Kalaupun cintaku kelak kehabisan nafas
ia tidak mati
itu hanya karena akulah yang mati
berdampingan denganmu
di jajaran batu nisan bisu
Arawinda tersenyum penuh kasih ke arah Ario Langit yang sudah menggelosoh pingsan di pelukan seorang gadis cantik yang tak dikenalnya. Biarlah dia pingsan dulu. Aku akan mengurusi orang-orang jahat ini dulu.
"Kalian berani sekali mengganggu anak Arawinda!" Wanita pendekar setengah baya ini mengebutkan kedua lengannya. Angin pukulan dahsyat menerjang cepat ke arah Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh yang dengan tergopoh-gopoh berusaha menghindar. Tubuh Arawinda berkelebat ke depan menyusul pukulan pertamanya yang gagal. Pertempuran kembali terjadi. Kali ini antara Arawinda melawan guru murid yang terkenal cabul itu.
Dewi Lastri menyentuh pelan lengan gurunya.
"Guru, kali ini aku tidak bisa tinggal diam. Wanita itu ada dalam daftar wasiat Ibuku untuk kuhabisi!" Suara Dewi Lastri bergetar menahan dendam. Belum satupun musuh besar mendiang ibunya yang telah terlampiaskan dendamnya. Dewi Mulia Ratri nyaris berhasil dikalahkan dan tewas jika saja Raden Soca dan Ratri Geni tidak memunculkan diri. Arya Dahana sangat sulit dicari dan Dewi Lastri sangat ragu, meski dibantu oleh gurunya yang sakti ini, bisa mengalahkan pendekar besar itu.
Dewi Lastri memiringkan kepalanya secara tiba-tiba. Diikuti gerakan tangannya menangkap benda kecil hitam berkecepatan tinggi yang tadi berdesir lirih berusaha menghantam lehernya. Gadis cantik yang diselimuti dendam kesumat itu mengamati dengan terheran-heran sebuah cincin hitam dari kayu yang berada di telapak tangannya. Matanya liar mencari-cari siapa gerangan yang telah berbuat culas ingin mencelakainya. Tidak ada siapa-siapa yang bisa dicurigai dari ribuan prajurit yang berada di lapangan. Mereka tidak punya kemampuan setinggi si pelempar cincin. Hanya orang dengan kepandaian luar biasa saja yang sanggup melakukan gerakan tadi.
Dewi Lastri terperangah. Dia baru menyadari sesuatu. Begitu memegang cincin aneh berwarna hitam itu tubuhnya mendadak terasa sangat segar dan semua kelelahan hilang. Hawa sakti dalam tubuhnya bergerak cepat di seluruh tubuh. Sesuatu yang dahsyat seolah sedang bergelombang memenuhi jiwa, pikiran dan tubuhnya. Dewi Lastri menjadi kelimpungan dan kebingungan. Apalagi ketika suara tanpa bentuk menghampiri pendengarannya. Sangat jelas.
"Anakku, cincin hitam itu adalah hakmu sebagai keturunan laut utara. Pakailah. Cincin itu bisa menghindarkanmu dari berbagai macam racun yang mengancam. Terlebih lagi, cincin itu adalah perantara yang sangat kuat untuk membangkitkan tiwikramamu terhadap Siluman Karimata yang selalu ada sebagai bayanganmu. Siluman dahsyat yang memang ditugaskan untuk selalu mengikuti kemanapun kau pergi."
Dewi Lastri tercenung sejenak. Suara itu memanggil dirinya anakku. Apakah itu suara ayahnya yang tidak pernah lagi ditemuinya selama bertahun-tahun. Gadis itu tahu ayahnya adalah Siluman Karimun Jawa yang sangat terkenal. Namun tidak tahu di mana ayahnya berada dan apa yang dilakukannya.
Getaran di tubuh Dewi Lastri makin menguat. Selama ini, karena tidak mempunyai perantara yang kuat, Siluman Karimata hanya mampu menguasai sebagian besar jiwa Dewi Lastri dan mengendalikan jalan pikirannya. Namun tidak secara wadag. Karena Dewi Lastri seorang perempuan sedangkan Siluman Karimata adalah siluman laki-laki maka perlu kekuatan khusus atau perantara yang tepat agar gadis bisa menjelma menjadi wadag Siluman Karimata. Sekarang cincin kayu hitam yang hanya ada sepasang dan merupakan perantara terkuat bagi tahap tiwikrama, seperti yang telah mampu ditunjukkan Ario Langit bersama Siluman Masalembu, akibatnya terhadap Dewi Lastri sangat luar biasa. Gadis itu seolah menjadi kesurupan dan terjadilah perubahan secara perlahan pada tubuhnya.
Panglima Amranutta membuka mata dan menajamkan penciuman. Bau amis laut utara menguar lebih kuat dari sebelumnya. Ada keturunan siluman laut utara lagi yang berada di sekitar sini! Raja Lawa Agung ini melompat berdiri. Diikuti oleh Putri Anila dan Putri Aruna yang juga mencium aroma amis yang sama.
Ketiganya terbelalak hebat saat melihat Dewi Lastri yang tadinya seorang gadis cantik jelita berubah wujud menjadi siluman berwajah mengerikan, bermata pucat dan bertubuh besar dengan kulit yang berkilau keperakan. Rupanya murid Nyai Sembilang yang menjadi tamu kehormatan mereka ini juga seorang keturunan siluman dari laut utara!
Melawan salah satu datuk golongan putih yang penuh pengalaman dan merupakan murid langsung tokoh ajaib Si Bungkuk Misteri, terang saja pengeroyokan Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh tidak mampu mendesak pendekar wanita yang sedang marah besar itu. Dahulu, Arawinda bukanlah seorang yang mudah marah. Namun sejak dirinya makin menua dan tidak mempunyai pasangan hidup semenjak gadis, wanita itu berubah menjadi pemarah. Apalagi pesan terakhir gurunya yang mengatakan bahwa dia tidak perlu menjaga keseimbangan lagi, membuat Arawinda jarang sekali berpikir panjang. Peristiwa menyelamatkan Ario Langit dari kebakaran di pulau, mampu menipiskan hawa amarahnya. Mungkin karena naluri kasih seorang ibu yang membuat Arawinda tidak lagi terjebak terlalu dalam terhadap nafsu amarah. Namun tetap saja. Arawinda terkenal sebagai pendekar wanita pemarah yang tidak segan-segan menurunkan tangan besi terhadap para penjahat yang berbuat kekejian di dunia persilatan.
Terdengar geraman rendah dan kasar ketika sesosok tubuh besar menerjang Arawinda yang berhasil mendesak guru murid cabul itu hingga hanya bisa mengelak dan berlompatan menghindar. Siluman Karimata yang sudah sempurna wujudnya menyerang Arawinda dengan serangan-serangan dahsyat dan mematikan.
Pendekar wanita itu terkejut bukan main. Serangan makhluk mengerikan ini luar biasa. Angin pukulan yang berbau anyir dan membuat sesak nafas menguar hebat. Arawinda sadar dia sedang berhadapan dengan jelmaan siluman sakti. Pendekar wanita langsung saja memainkan jurus-jurus dahsyat dari Ilmu Pukulan Aguru Bayanaka. Ilmu pukulan langka dari unsur bumi yang bahkan mampu membangkitkan pasukan dari pohon-pohon raksasa.
Seandainya pertarungan terjadi satu lawan satu, sesakti apapun Siluman Karimata, tidak akan bisa mengalahkan Arawinda yang tingkatannya sudah sangat tinggi. Namun karena Unduh Kusuma dan Si Tua Aneh yang memang berwatak licik ikut mengeroyok dengan bermain kucing-kucingan, pendekar wanita itu perlahan mulai terdesak.
Panglima Amranutta menatap Nyai Sembilang dengan sorot mata marah. Dia sama sekali tidak menyangka ternyata ada lagi siluman dari laut utara yang menyusup masuk ke benteng Mandalawangi. Nyai Sembilang terlihat tidak peduli dengan tatapan marah Panglima Amranutta. Nenek sakti itu hanya mencibirkan mulut dan mengangkat bahu.
Terdengar geraman dahsyat lagi. Kali ini lebih rendah dan lebih dalam. Sesosok tubuh besar masuk ke arena pertempuran menerjang Siluman Karimata. Ario Langit kembali merubah dirinya menjadi Siluman Masalembu. Saat pemuda itu masih pingsan, Galuh Lalita mengerahkan segala tenaga sakti yang masih tersisa padanya untuk disalurkan ke tubuh Ario Langit. Mendapatkan bantuan dari luar, dengan segera Ario Langit siuman dan menyadari Galuh Lalita tergolek pingsan di sampingnya. Gadis itu terlalu memaksakan diri yang berakibat buruk pada tubuhnya sendiri. Ario Langit menjauhkan dan membaringkan gadis itu baik-baik. Setelah melihat ibunya terdesak hebat oleh keroyokan Unduh Kusuma, Si Tua Aneh dan sesosok siluman mengerikan yang baru kali ini dilihatnya, amarah Ario Langit bangkit. Seketika itu juga dia merubah dirinya menjadi Siluman Masalembu dan menerjang ke depan membantu ibunya dengan mengambil alih Siluman Karimata sebagai lawan. Sambil bertempur mata Ario Langit mencari-cari hal yang paling ditakutinya. Ayu Kinasih masih bersila memejamkan mata dan sekarang sedang dibantu memulihkan diri oleh gurunya yang sinting. Ario Langit bernafas lega dan melanjutkan serangan kepada Siluman Karimata. Setidaknya dia tidak akan terganggu untuk bertarung dengan bebas.
Siluman melawan siluman membuat medan laga menjadi sangat kacau. Kedua tubuh besar yang sama-sama menakutkan itu seolah tidak mengenal sakit. Saling gebuk, saling pukul, saling tendang. Keduanya bertarung habis-habisan. Sementara Arawinda kembali mendesak Unduh Kusuma dan gurunya sehingga kedua orang itu terdesak hebat.
Saat sedang saling serang mati-matian dengan Siluman Karimara, Ario Langit seperti tersengat kalajengking ketika mendengar jeritan tinggi nyaring yang melengkingkan ketidakawarasan masuk ke telinganya.
"Ario Langit keparat! Hentikan! Atau aku akan menghancurkan kepala kekasihmu ini!"
Ario Langit menghentikan semua gerakannya. Begitu pula Arawinda yang segera melompat di samping putranya. Ayu Kinasih dengan raut muka pucat dan rambut riap-riapan nampak sedang tertawa cekikian sambil menempelkan telapak tangannya di kepala Galuh Lalita yang belum sadarkan diri. Bersiap-siap menjatuhkan pukulan mematikan. Ario Langit dalam wujud siluman hitam Masalembu merasa jantungnya seolah terjatuh dari tempatnya. Tubuh besarnya terhuyung hampir jatuh jika tidak segera ditahan oleh lengan Arawinda.
----***