Memenangkan sebuah pertarungan
melawan hati yang pecah berantakan
dan jiwa yang tak lagi bertuan
membuat orang menjelma menjadi ronin
yang melakukan pengembaraan
mencari majikan
Ario Langit menggerakkan kakinya berlari. Perlombaan sudah dimulai. Para peserta bersicepat lari hingga ke pinggir Danau Lengkong lalu menceburkan diri dan mulai berenang. Pendekar Langit yang memang tidak membebani dirinya dengan target apapun itu jauh ketinggalan di belakang orang-orang yang sudah berenang menjauh ke tengah. Ario Langit benar-benar peserta terakhir yang sampai di pinggir danau.
Galuh Lalita dan Sekar Wangi yang menyaksikan tak jauh dari tempat dimulainya uji sayembara, masing-masing menunjukkan raut muka yang berbeda. Galuh Lalita terlihat sangat gemas melihat Ario Langit seperti bermalas-malasan. Wanita ini menjerit meminta Ario Langit segera terjun dan berenang. Sekar Wangi tidak berkata apa-apa. Namun sorot matanya nampak berseri-seri. Senang bahwa akhirnya Ario Langit berniat untuk gagal.
Ario Langit mendengar jeritan Galuh Lalita. Matanya bersirobok dengan mata wanita cantik jelita itu yang terlihat sangat berharap. Hatinya langsung tergerak. Apalagi saat berpindah pandangan dan melihat betapa Sekar Wangi terlihat begitu gembira, Ario Langit berubah pikiran.
Kakinya menyentuh air danau yang dingin, Ario Langit tersentak kaget. Sesuatu dalam dirinya yang lama tertidur tiba-tiba bangkit. Tubuhnya seperti dialiri petir. Tanpa bisa dicegah lagi tubuhnya menyelam dan meluncur dengan kecepatan tinggi. Galuh Lalita dan Sekar Wangi yang melihat Ario Langit menceburkan diri di air lalu menyelam dan berenang di bawah permukaan air, buru-buru berlari cepat ke seberang.
Mereka bergabung dengan para juri yang sudah menunggu. Belum ada satu pesertapun yang sampai di pinggiran danau tempat berakhirnya uji ketahanan air dan dimulainya uji ketahanan kecepatan di gunung. Dari kejauhan terlihat kecipak dan cipratan air di mana-mana. Para peserta mengerahkan segala keahlian berenangnya agar bisa mencapai pinggir danau.
Jarak yang harus dilintasi oleh para peserta sayembara dalam uji ketahanan air ini tak kurang dari lima ribu depa. Sangat jauh bagi orang yang tidak mahir berenang. Kecipak air sudah mulai mendekat ke tempat para juri menunggu. Galuh Lalita memperhatikan dengan seksama. Meski dia tahu bahwa Ario Langit kemungkinan masih berada di setengah perjalanan.
Sebelum peserta pertama sampai di tujuan, tiba-tiba saja permukaan danau tersibak. Sesosok tubuh meluncur keluar dan berdiri di tempat yang telah ditentukan dengan baju basah kuyup. Ario Langit sama sekali tidak nampak terengah-engah. Nafasnya biasa saja. Sesuatu yang tadi bergejolak dalam dirinya membuat pemuda itu sampai pertama di tujuan akhir meski memulainya dari urutan paling belakang.
Galuh Lalita berlari kencang menubruk Ario Langit. Memeluknya erat dan mengucapkan terimakasih berkali-kali. Pendekar Langit yang merasa risih dipeluk seintim itu di depan orang-orang, melepaskan rangkulan lengan Galuh Lalita di lehernya dan bertanya kepada para juri yang memandangnya dengan terheran-heran untuk mengalihkan perhatian semua orang pada kejadian pelukan itu. Para juri juga melihat dengan mata kepala sendiri pemuda itu mulai berenang paling belakang. Tapi ternyata dia justru yang tiba paling depan.
"Apakah aku harus menunggu mereka tiba semua baru bisa melanjutkan uji kecepatan di gunung?"
Pimpinan juri menjawab cepat.
"Tidak pendekar. Kau boleh lanjut langsung ke uji kecepatan di gunung saat ini juga. Ikuti tanda-tanda yang telah kami letakkan di sepanjang rute. Di setiap seratus lima puluh depa akan ada seorang juri yang mencatat siapa saja yang telah lewat."
Ario Langit mengangguk mengerti. Menoleh ke arah Galuh Lalita dan lagi-lagi melihat tatap mata penuh permohonan di sana. Pemuda sakti yang pemurung itu menghela nafas. Ario Langit menggerakkan kakinya berlari kencang. Dalam sekejap saja tubuhnya telah menghilang dari pandangan. Kembali para juri menggeleng-gelengkan kepala dengan takjub. Pemuda ini benar-benar pendekar sakti!
Ario Langit sampai kembali di alun-alun padepokan sebelum tengah hari. Uji kecepatan di gunung sangat mudah dilaluinya. Setibanya di depan juri terakhir yang mencatat kedatangan para peserta, Ario Langit melihat Galuh Lalita berada di antara mereka dan tersenyum dengan sangat manis kepadanya. Senyum yang sangat tulus penuh dengan rasa terimakasih. Kembali Ario Langit harus menahan jengah. Bagaimana nanti jika dia benar-benar jadi pemenang? Ah, dia akan bertarung biasa saja dalam pertandingan uji kepandaian nanti. Atau kalaupun dia jadi pemenang, paling penting adalah membebaskan wanita itu dari keharusan untuk menuruti perintah ayahnya agar segera menikah. Galuh Lalita tidak mau orang lain yang memenangkan sayembara ini karena takut terikat. Mungkin dia berharap aku memenangkan semua ini agar dia bisa memintaku membebaskannya dari ikatan pernikahan yang diperintahkan ayahnya.
Ario Langit menunggu hingga petang di alun-alun. Pemuda ini penasaran juga siapa saja yang lolos dari dua uji ketahanan berat itu. Hanya ada dua orang selain Ario Langit yang berhasil sampai ke alun-alun sebelum matahari tepat di atas kepala. Sesuai dengan peraturan sayembara, tujuh orang pertama yang tiba sebelum petang menjatuhi kepala dinyatakan lolos untuk menggenapi sepuluh orang yang akan menaklukkan Kebo Giras esok hari.
Sekar Wangi melihat keberhasilan Ario Langit sebagai kesialan baginya. Pemuda sakti itu makin tertahan di padepokan ini setidaknya selama dua hari lagi. Gadis itu terjebak dalam permainannya sendiri. Dia terlalu mendesak Ario Langit sehingga menimbulkan kecurigaan pemuda itu bahwa informasi tentang Ratri Geni hanya hal yang dilebih-lebihkan olehnya. Sekar Wangi tidak punya pilihan lain. Dia akan menunggu semua ini sampai selesai. Wajah Pangeran Arya Batara yang melintas terus di pelupuk matanya membuat gadis itu menyabarkan hatinya.
Keesokan harinya, sepuluh orang yang lolos uji ketahanan dan kecepatan telah bersiap di lapangan. Kali ini mereka semua harus berhasil menaklukkan Kebo Giras jika ingin lolos ke babak akhir. Kebo Giras adalah seekor kerbau liar yang sengaja dibiarkan terus liar oleh Ki Sambarata. Kerbau bertubuh raksasa yang didapatkan dari wilayah Blambangan dulu sekali saat Ki Sambarata masih muda.
Peraturan sayembara hari kedua ini adalah setiap peserta dinyatakan lolos jika berhasil berada di punggung Kebo Giras setidaknya hingga tambur yang ditabuh memainkan sebuah tembang mengenai Padepokan Maung Leuweung berhenti. Rentang waktu tambur itu ditabuh adalah selama beberapa menit.
Orang pertama langsung gagal karena tambur baru menyelesaikan separuh tembang, dia sudah terjatuh. Tak kuat menahan hentakan dan gerakan Kebo Giras yang marah saat merasakan seseorang berada di atas punggungnya.
Orang kedua juga gagal. Kali ini bahkan pemuda peserta itu terluka setelah dilemparkan Kebo Giras ke udara dan jatuh ke tanah dengan sangat keras.
Ario Langit mendapatkan giliran terakhir. Tiga orang berhasil lolos ke babak berikutnya setelah sanggup bertahan di punggung Kebo Giras sampai tetabuhan tambur berhenti. Salah satunya adalah pemuda raksasa yang malam itu membuat gara-gara dengan Ario Langit di acara perjamuan makan malam.
Pendekar langit yang tampan namun pemurung itu memasuki arena tempat kandang Kebo Giras berada. Pemuda itu mengangkat tangannya meminta agar Kebo Giras tidak perlu dipegangi terlebih dahulu. Pemuda itu langsung melompat ke punggung Kebo Giras dan pintu kandang dibuka.
Kebo Giras kembali marah bukan main. Tubuhnya melompat-lompat dan menghentak-hentak kasar berusaha melemparkan tubuh Ario Langit. Merasa orang di atas punggungnya sama sekali tidak terusik, Kebo Giras lari mengelilingi lapangan dengan kecepatan tinggi lalu berhenti mendadak berulangkali. Berharap pemuda yang enak-enakan duduk di atas punggungnya itu terlempar.
Ario Langit tidak ingin Kebo Giras kelelahan dan terluka. Pemuda itu mendekatkan mulutnya ke telinga Kebo Giras yang masih melonjak-lonjak menggila.
"Aku adalah manusia setengah siluman yang bisa memakanmu mentah-mentah. Hentikan kegilaanmu. Kau adalah tungganganku sekarang."
Ario Langit sebenarnya hanya ingin menghabiskan waktu. Bisikannya hanyalah untuk menghilangkan kebosanan. Namun yang terjadi kemudian sangatlah mencengangkan semua orang!
-**