webnovel

Topeng Pernikahan

Syaira Maheswari, gadis cantik yang memutuskan menemukan keberadaan sang kakak kandung terpaksa menjalani kehidupan kotor setelah lulus SMA. Primadona Dunia Malam yang dikenal sebagai Pemuas Hasrat tersebut berhasil menarik perhatian Leon Bimantara, suami sang kakak yang ditemukan tewas tanpa diketahui siapa pun. Bahkan, berita kematiannya viral dengan informasi-informasi yang salah. Lubna Anastasya yang membuat iri gadis satu Negeri karena dinikahi pangeran tampan yang mewarisi perusahaan hiburan justru tewas mengenaskan, sendirian di rumah sederhana di pinggiran kota. Bahkan, sang keponakan yang masih berusia dua tahun ditemukan dalam keadaan kritis di sisi jenazah ibunya. Berita viral yang pada akhirnya membuat Syaira nekat menjual diri agar bisa menaiki tangga para miliarder. Takdir pun merestui, dia benar-benar bertemu dengan pria yang sudah membuat sang kakak kehilangan nyawa secara tragis. Leon, pelanggan VVIP yang memanggilnya justru membuat sebuah kejutan. Menawarkan kontrak pernikahan bernilai miliaran rupiah. Jalan menuju balas dendam terbuka lebar, tetapi kebenaran mengenai kematian sang kakak justru membuat Syaira ragu melanjutkan niat awal. Bahkan, ia jatuh cinta pada Leon yang seharusnya dihukum atas dosa-dosanya. Bagaimana wanita itu menjalani dendam dan cinta di waktu bersamaan? Mampukah cinta mengubur kebencian di hati atau justru dendam yang mampu memadamkan kasih sayang dalam dirinya?

Zee_Jofany · Urbain
Pas assez d’évaluations
5 Chs

Janji Manis

"Anggrek!" Seruan ini kembali menjadi kejutan yang membuat keadaan kian terasa menegangkan, Alby menyusul saat seseorang yang ia tempatkan di hotel memberikan laporan mengenai masalah di luar dugaan. Sebab, seorang anak kecil mengacaukan pertemuan pertama Syaira dengan Leon.

Benar saja, wanita itu tampak masih di lobi, belum berada di ruangan yang dituju. Alby bahkan tak mengamati sekitar, menerobos kerumunan, dan mendapati Syaira sudah berada dalam masalah. Sebab, seseorang telah mencekal pergelangannya.

"Mohon maaf, Tuan." Alby langsung bergerak maju karena dia tahu jika anak kecil tadi merupakan putra dari kalangan atas, "wanita ini masih baru dan …."

"Anggrek?" ulang sang lelaki yang langsung mengagetkan Alby saat mendengar suaranya, "jadi, kalian dari Red Moon?"

Syaira yang hanya merasakan sakit di pergelangan mengangguk, memandang pria yang hanya membuang muka ke arah kiri. Kemudian, melepas tangannya. Sejenak ia menoleh pada posisi sang buah hati berada, tampak putranya masih memandang pemilik nama Anggrek dengan sorot penuh harapan.

"Daddy, aku mau dia menjadi ibuku." Bocah itu mengatakan hal mengejutkan yang sangat tiba-tiba, memaksa pria dengan setelan jas lengkap yang semula cemas langsung terkesiap.

Sang pengasuh terlihat mencoba membujuk, menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Namun, percuma. Akan sia-sia saat si kecil sudah menginginkan sesuatu, bahkan ayahnya pun terlihat kebingungan.

"Maaf, Tuan Leon." Alby menyebutkan namanya dengan jelas sebagai isyarat untuk wanita yang langsung terkesiap, "apa itu putra Anda, Tuan Muda Dindy?"

Syaira yang merasa kesal pada ayah si bocah langsung mengarahkan pandangan pada lelaki kecil yang sudah berdiri dengan tenang di sisi pengasuhnya, sosok tampan yang begitu menggemaskan. Jadi, dia putri Lubna? Keponakan yang berada di lokasi kejadian dan bertahan hidup berkat keajaiban selama tiga hari, tiba-tiba gejolak dalam hati membuat dentum yang sulit dikendalikan.

Hanya saja, sekuat tenaga ia tahan. Jangan sampai menunjukkan gelagat aneh yang bisa membuat Leon menyadari tujuannya, Syaira harus bisa tetap tenang. Namun, kenapa mereka justru mengenalinya sebagai sosok yang mirip ibu Dindy Bimantara?

'Jadi, pria ini adalah dia?' Syaira membatin sembari memandang pria yang terlihat mematung di tempat, mungkin karena mendengar permintaan aneh sang anak. Dia menjadi berpikir keras, apalagi ada banyak orang di sekitar mereka sekarang yang akan menyimpulkan salah keadaan tersebut.

"Kita akan bicara di kamarku." Leon memberikan perintah pada Alby yang langsung mengangguk, pria itu mendekat pada Syaira, dan merasa lega karena sang wanita baik-baik saja.

Namun, aksi Dindy kembali menarik perhatian semua orang. Dia merentangkan tangan, kembali lolos dari pengawalan, dan sudah menghadang tiga orang dewasa. Leon sampai menahan diri untuk tetap tenang melihat aksi sang buah hati.

"Daddy sedang dalam urusan bisnis, kita akan bertemu satu jam lagi. Pulanglah," ujarnya masih dengan sikap tenang yang sangat dingin, Syaira langsung mengerutkan kening. Apa begitu cara seorang ayah bersikap pada putranya? Jahat sekali dia, ternyata memang tak salah rumor mengenai Leon Bimantara yang begitu kejam.

"Benar, Tuan Muda. Mari, kita pulang." Sang pengasuh yang cukup telaten kembali maju, tetapi sebuah dorongan kasar membuat Syaira semakin kaget dengan sikap keponakannya? Apa begini cara Leon mendidik seorang anak? Kenapa bisa sampai sekasar itu pada orang tua, di mana sopan santunnya?

Dia sudah sangat tidak tahan untuk memaki lelaki tersebut, tetapi harus bisa mengendalikan diri demi tujuan besar yang sudah disusun selama dua tahun. Sampai dirinya berhasil membuat pria tersebut mengalami kehancuran, Syaira akan menjadi sosok naïf yang akan melakukan apa pun demi pria tersebut. Sebab, untuk bisa bertemu Leon saja dibutuhkan dua tahun.

Syaira harus membentuk tubuh, menjadi cantik sesuai standart lelaki tersebut. Bahkan, rela diperlakukan sangat rendah oleh para pria yang menguji. Sekalipun keperawanan masih dipertahankan, tetap saja ia diwajibkan memuaskan laki-laki berbagai karakter dengan cara berbeda sehingga setiap kali mengingatnya akan melahirkan jijik bagi diri sendiri.

"Aku mau pulang dengannya," ujar Dindy yang masih enggan memberikan akses bagi para orang dewasa, "Daddy juga setuju denganku bukan? Wanita ini mirip dengan mommy."

Leon tak bisa mengatakan apa pun, sekilas memang pemilik nama Anggrek tersebut persis Lubna. Istri yang meninggal di masa lalu, kehidupan pernikahan yang memang menjadi sorotan harus berakhir dengan skandal besar yang tragis. Bahkan, meninggalkan luka yang akan terasa setiap kali melihat anak lelaki yang kini menginginkan hal mengejutkan.

"Kalau pulang dengan saya, apa Tuan Muda juga akan menolak?" Pertanyaan ini melegakan semua orang, "Anda tak merindukan saya?"

Seorang pria tampan dengan jas putih terlihat tersenyum, kedua tangan berada di balik saku yang ada di masing-masing sisi. Terlihat lebih ramah, bahkan memiliki senyum Malaikat yang memukau. Sesaat Syaira terhipnotis, mengagumkan sekali.

"Dokter Farel jangan ikut campur, ini urusan keluarga." Dindy masih menolak menjinak meski dokter pribadinya pun dipanggil, dia hanya ingin wanita yang mirip ibunya ikut pulang.

Sebab, selama ini hanya bisa memandang gambar yang ada di kamar, itu pun satu saja. Sekarang, ketika ada replika ibunya, dia tak akan melepas begitu saja. Dalam pandangan si kecil, kemiripan Syaira dengan Lubna tertera nyata.

Namun, tidak di mata para orang dewasa. Mereka hanya mencoba menemukan persamaan lebih lanjut, sekilas mungkin terlihat sama. Tetap saja, Lubna lebih cantik dibanding wanita dengan dandanan mencolok tersebut.

"Jadi, Anda mau nyonya ini ikut pulang?" tanya Farel masih dengan senyum mengembang sempurna di wajah, "kalau begitu, biarkan Tuan Leon mengajaknya. Orang dewasa akan menyelesaikan masalah untuk Anda, Tuan Muda. Kalau masih bersikeras memaksa, bisa-bisa nyonya tersebut takut. Bagaimana kalau dia melarikan diri?"

Kalimat tak logis selalu berhasil membujuk seorang anak, bocah tersebut hanya terlihat bimbang. Kemudian, memandang ayahnya yang terlihat mengangguk malas. Namun, geraka berikutnya beralih pada perempuan yang tampak bingung dengan kejadian tersebut. Dindy merasa bersalah sudah membuatnya berada dalam situasi aneh.

"Maaf, saya sudah membuat Anda merasa tidak nyaman, Nyonya." Bocah itu kembali mengatakan sesuatu yang luar biasa, berbeda saat berujar pada pengasuhnya. Dua sisi yang mengejutkan, apa didikan keluarga Bimantara memang selalu aneh?

Bagaimana seorang anak berusia tiga tahun memiliki kemampuan berbicara seperti orang dewasa? Syaira teringat dengan obrolan mereka di telepon, sang kakak menjelaskan kalau putranya sangat pintar. Bahkan, dokter mengatakan kalau keponakan yang belum ia temui jenius.

"Anda bisa pulang lebih dulu, Tuan Muda. Saya akan menyusul bersama ayah Anda." Syaira mengatakan dengan senyuman yang begitu manis, kembali maju sembari mengulurkan tangan untuk mengelus kepala sang bocah.

"Sungguh?" tanyanya dengan tatap berbinar-binar, "Anda sudah berjanji, saya akan menunggu di rumah."

Syaira mengangguk dengan senyum penuh kepastian, jelas dia harus datang saat perlakuan Leon begitu keras padanya. Bahkan, saat keponakan rewel, bukannya membuat gerakan menghibur, justru mendatangkan tenaga ahli. Apa begini caranya membesarkan Dindy selama dua tahun terakhir?

Mulai sekarang, dia tak akan tinggal diam. Sekalipun Leon memiliki kuasa penuh atas diri Dindy, pria itu bisa kehilangan hak asuh kalau ketahuan melakukan hal yang menelantarkan. Jadi, Syaira akan menemukan semua tindakan kekerasan sekaligus penelantaran seorang anak sehingga bisa digugat, lalu mengambil bocah tersebut dari sisi psikopat kejam tersebut.

***