webnovel

Topeng Pernikahan

Syaira Maheswari, gadis cantik yang memutuskan menemukan keberadaan sang kakak kandung terpaksa menjalani kehidupan kotor setelah lulus SMA. Primadona Dunia Malam yang dikenal sebagai Pemuas Hasrat tersebut berhasil menarik perhatian Leon Bimantara, suami sang kakak yang ditemukan tewas tanpa diketahui siapa pun. Bahkan, berita kematiannya viral dengan informasi-informasi yang salah. Lubna Anastasya yang membuat iri gadis satu Negeri karena dinikahi pangeran tampan yang mewarisi perusahaan hiburan justru tewas mengenaskan, sendirian di rumah sederhana di pinggiran kota. Bahkan, sang keponakan yang masih berusia dua tahun ditemukan dalam keadaan kritis di sisi jenazah ibunya. Berita viral yang pada akhirnya membuat Syaira nekat menjual diri agar bisa menaiki tangga para miliarder. Takdir pun merestui, dia benar-benar bertemu dengan pria yang sudah membuat sang kakak kehilangan nyawa secara tragis. Leon, pelanggan VVIP yang memanggilnya justru membuat sebuah kejutan. Menawarkan kontrak pernikahan bernilai miliaran rupiah. Jalan menuju balas dendam terbuka lebar, tetapi kebenaran mengenai kematian sang kakak justru membuat Syaira ragu melanjutkan niat awal. Bahkan, ia jatuh cinta pada Leon yang seharusnya dihukum atas dosa-dosanya. Bagaimana wanita itu menjalani dendam dan cinta di waktu bersamaan? Mampukah cinta mengubur kebencian di hati atau justru dendam yang mampu memadamkan kasih sayang dalam dirinya?

Zee_Jofany · Urbain
Pas assez d’évaluations
5 Chs

Bukan Lawan Mudah

"Mom … eh, kenapa mukanya beda?" Dindy yang senang dengan kemunculan wanita yang ditemui satu jam lalu langsung mengerem langkah, dia sudah tak merasakan kemiripan yang dicari dalam diri tamu sang ayah.

Bahkan, niat memeluk urung. Ada gerakan mundur, seolah jijik dengan kehadiran orang lain di rumah besar tersebut. Leon hanya memandang, dia akan menunjukkan sebuah kenyataan pada si jenius mengenai nasib ibunya.

Lubna meninggal, dia layak mati karena melindungi kekasih gelapnya. Bahkan, Leon tahu betul tentang hubungan rahasia sang istri dengan pria yang tampak hanya memanfaatkan untuk menghancurkan dirinya. Akan tetapi, wanita itu lebih memilih pergi karena merasa tersiksa berada di sisi pria tersebut.

Pernikahan mereka berlangsung meriah dan mewah, dua anak manusia yang berasal dari kalangan atas membuat kejutan publik. Leon tahu kalau acara tersebut demi konten, mereka menempuh jalur suci agar media meliput, dan membuat pemegang saham sekaligus sponsor kian mengeluarkan dana besar untuk perusahaan. Sebab, ayah keduanya merupakan pentolan terbaik di bidang bisnis masing-masing.

Lubna Anastasya merupakan anak tunggal dari keluarga Hardiyansyah, pemilik pabrik batu bara tersebut merupakan teman terbaik Bimantara. Kemudian, keduanya memutuskan menjodohkan anak-anak mereka guna kepentingan bisnis. Leon memilih mau karena perhitungan matang, saat itu peran sang istri sangat mendukung kariernya.

Nama Lubna dikenal sangat baik oleh media, dia model ternama yang selalu diikuti setiap apa pun yang dikenakan. Mau tidak mau, saat keduanya menikah, acara tersebut mendapat sorotan utama sehingga tak perlu mengeluarkan biaya apa pun. Bahkan, perusahaan mengalami keuntungan pesat. Sebab, model nomor satu menikahi putra mahkota Star Entertainment yang membuat satu Negara iri.

"Daddy, apa dia adalah nyonya yang tadi?" Kalimat ini mengembalikan kesadaran sang ayah pada tempatnya, Leon mengangguk sebagai sebuah pembenaran dari apa yang dipertanyakan sang buah hati. Sebab, ia memang sengaja menyuruh Anggrek melepas topeng karena memang warna asli harus diperlihatkan pada sang buah hati guna menunjukkan identitas yang sesungguhnya.

"Kenapa mukanya berbeda?" tanyanya sekali lagi, lalu mengamati Syaira yang hanya membeku. Sebab, ia kehilangan rencana karena sang bocah. Kenapa keponakannya justru tidak mendukung niat baik yang disusun selama ini? Dia akan mengambil Dindy dari sisi Leon, menyelamatkan nasib si bocah yang hanya mendapatkan fasilitas tanpa kasih sayang murni.

"Tuan Muda, biarkan tuan dan tamunya duduk dulu." Pengasuh yang menemani melangkah maju, mencoba membujuk Dindy yang masih memandang Syaira.

Memang sudah tidak terlihat sama, wanita itu tak lagi seperti pengantin yang ada di kamar pribadi sang ayah. Apa karena dandanan seseorang bisa menjadi begitu mirip? Sekarang, tamu tersebut jauh dari ekspektasi si bocah.

"Apa tamu Daddy akan bermalam di sini?" tanyanya pada sang ayah yang hanya mengangkat kedua bahu sebagai tanggapan, dia sudah menegaskan pada Syaira jika urusan mereka akan usai setelah malam ini. Selebihnya, mereka tak usah bertemu lagi dengan alasan apa pun.

"Leon hanya mau bertemu sekali dengan seorang wanita, jangan sampai gagal karena akan sulit menemuinya lagi." Kalimat Alby mengingatkan Syaira pada risiko yang bisa saja terjadi nanti, apa yang harus dia lakukan sekarang?

Dirinya sudah gagal mendapatkan malam erotis bersama Leon, sekarang juga tidak mampu membuat Dindy menginginkannya. Bagaimana dia bisa memulai misi balas dendam? Syaira hanya bisa memeras otak di tengah kegelisahan.

"Daddy membawanya pulang karena aku yang meminta?" Dindy kembali bertanya pada sang ayah yang lagi-lagi hanya mengangguk, "jadi, dia tamuku sekarang?"

Sang ayah mengernyit mendengar pertanyaan kedua sang buah hati, "Ada apa dengan pertanyaan itu, kamu tak menyukainya dan berniat mengusir nyonya itu?"

Dindy menggeleng pelan sambil tersenyum lepas, "Aku sudah meminta Daddy menggagalkan kencan kalian karena salah mengenali orang, tapi karena ini pertama kali ada wanita di rumah ini … Tante, mau tidur bersamaku?"

Pertanyaan yang mengejutkan semua orang, ada apa dengan Dindy yang begitu manis pada tamu asing? Bahkan, saat sang pengasuh selalu mendapatkan perlakuan kasar, justru Syaira diterima begitu baik. Ini merupakan sebuah kejutan yang sangat tak masuk akal bagi semua orang.

"Atau Tante mau kita tidur bertiga malam ini?" lanjutnya dengan gaya khas bocah yang sangat lugu, di usianya yang menuju angka empat membuat Syaira tak percaya akan tindakan serta ungkapan yang keluar dari mulut kecilnya.

Sebab, pemikiran demikian hanya bisa dimiliki oleh orang dewasa. Akan tetapi, Dindy telah menjadi bocah dengan tingkat kematangan pemikiran luar biasa. Ajaib sekali saat ia meminta sang tante tidur bersama malam ini, entah dari mana ia mendapatkan pola pikir tersebut.

"Karena tante sudah berjanji padamu, kita akan menghabiskan malam bersama." Syaira akhirnya mengatakan dengan senang, membungkuk bebas karena jas yang dikenakan sudah menutupi tubuh yang tidak seharusnya Dindy perhatikan.

Bocah itu langsung melebarkan senyum, ada binar bahagia yang begitu sempurna. Memandang perempuan cantik yang mendebarkan jantungnya, entah kenapa ia sangat menyukai sosok tersebut. Apa ini yang disebut ikatan tak kasat mata?

"Daddy, aku akan naik dan tidur. Jangan mengganggu kami," ujarnya pada sang ayah yang hanya bisa membeku, tak percaya kalau keduanya akan melakukan hal luar biasa tanpa terduga.

"Tuan Muda, Anda belum makan malam dan minum susu." Peringatan ini membuat Dindy mengabaikan, dia hanya meraih tangan Syaira.

Namun, wanita muda itu menggeleng pelan. Dia hanya mau sang keponakan menjadi anak baik yang manis, bukan tuan muda menyebalkan yang mirip ayahnya. Niat hati mulai terkikis setiap kali memandang ke dalam dua bola bening milik Dindy yang menyimpan banyak rahasia.

"Kita akan makan malam, Tuan Muda. Saya juga lapar, bisakah Anda menjamu saya dengan benar?" tanyanya pada Dindy yang hanya tergelak, lalu mengangguk setuju sembari menoleh pada ayahnya.

"Apa Daddy tak membelikan Tante makan malam?" tanyanya dengan nada penuh selidik, "seharusnya bukan hanya meminjamkan jas pada seorang perempuan, tapi juga membelikan makan. Pasti karena Daddy pelit yang membuat mommy pergi menuju Surga lebih awal."

Syaira hanya bisa terdiam, dia memandang iba pada keponakannya. Ini pertama kali dia menggenggam tangan adik kakaknya, sebagai satu-satunya keluarga yang memiliki ikatan darah. Wanita itu hanya perlu menemukan sebuah alasan terbaik dalam menjatuhkan Leon, lalu mengambil hak asuh Dindy segera.

Selain itu, Syaira juga akan menghancurkan apa pun yang ada di sekitar Leon. Entah bisnis, kehidupan pribadi, bahkan perhatian publik. Semua itu akan menjadi boomerang yang menghancurkan.

Saat keduanya menaiki tangga, Leon menggerakkan tangan. Salah seorang anak buah maju, sosok yang memang sangat ia percaya. Marvin Wijaya, sang sekretaris pribadi sudah membungkuk sopan.

"Selidiki alasan dia ada di sini, jangan segan melenyapkannya saat tahu tujuan yang dimiliki." Leon mengatakan dengan datar, masih saja dipenuhi curiga. Sebab, ia telah dikhianati oleh sosok paling dipercaya di masa lalu. Luka yang disebabkan sangat perih, mustahil bisa terlupa begitu saja.

"Baik, Tuan. Anggrek adalah barang baru yang langka, Madam Putri mendapatkannya dari Alby Bramastya. Pria yang datang ke hotel sebelumnya, apa Anda mengenal pria itu secara pribadi?" Marvin menjelaskan sekaligus bertanya mengenai sosok yang disebutkan, "apa saya juga harus menguliti masa lalu keduanya?"

Leon mengangguk pasti, "Temukan apa pun yang tersembunyi, firasatku buruk tentang wanita itu."

***