Sementara itu, Leo keluar dari loker penggantian baju. Baru selangkah keluar, ponselnya sudah berbunyi.
"(Sialan... Siapa sih?)" dia menatap dan terdiam karena yang menghubunginya bertuliskan nama direktur.
Lalu dia mengangkatnya sambil berjalan keluar. "Ya... Apa harus sekarang?"
Tiba-tiba ia bertabrakan dengan seorang wanita di lorong.
"Ah..." Wanita itu terkejut, hampir jatuh ke belakang, tapi tak disangka-sangka Leo menangkap tangannya dengan santai dan membuat wanita itu kembali berdiri.
"Jaga mata milikmu," tatap Leo dengan suara kecil lalu berjalan pergi. Wanita itu terdiam. Leo tak marah karena sedang menerima panggilan telepon.
Wanita itu bingung lalu kembali berjalan dan mendekat ke Noah.
"Hai..." dia menyapa, lalu Noah menoleh dengan senang.
"Kita bertemu lagi. Aku Noah, kau bisa memanggilku begitu karena ada masalah dengan umur kita. Jadi, mau aku bantu lagi?"
"Boleh, aku mau berganti baju dulu," wanita itu membalas, lalu berjalan ke ruang loker. Rupanya itu wanita yang kemarin malam memberikan minuman pada Noah dan berbicara seperti curhat.
"Waw, bro... Kau cepat dapat pacar, apa kau juga titisan atasanmu itu?"
"Cih... Selera Leo lebih berbeda," balas Noah.
---
"Jadi, apa kau datang sendiri, Noah?" tanya wanita itu saat Noah berada di meja pengangkat besi.
"Aku datang bersama seseorang."
"Tapi benar-benar, kau hebat menemukan nomor ponselku begitu saja. Jika aku ingat, ada nomor tidak dikenal menghubungiku saat tidur, dan rupanya itu kau... Hahah, benar-benar lucu, kau menghubungiku hanya untuk berkenalan. Apa kau tertarik padaku, Noah?"
"Sepertinya begitu. Kau tidak keberatan, kan, jika menjalin hubungan denganku?"
"Tentu, tapi harus kau tahu, aku bukan wanita yang punya banyak waktu. 80 persen waktuku dihabiskan untuk bekerja, hari ini hanya semata-mata libur saja."
"Tak apa, aku hanya ingin tahu apa arti dari kata... kesepian milikmu," tatap Noah.
"Kesepian?"
"Menurutmu, apa arti dari kesepian?"
"Menurutku, kesepian itu tak memiliki siapapun, hanya dikelilingi oleh mulut orang lain dan merasa ada yang kurang. Bagaimana denganmu, Noah?"
"Entahlah, aku tak terlalu memikirkannya jika untukku," balas Noah sambil terdiam sendiri.
Ingatan masa lalunya kembali terlintas dalam pikirannya saat ini.
"(Wanita ini membuatku ingat masa lalu. Apa aku bisa mengingat semuanya jika terus bersamanya... Akan kucoba.)"
"Oh, tadi aku juga menabrak seseorang," kata wanita bernama Inei itu.
"Siapa?"
"Entahlah, sepertinya dia baru di sini. Sangat tinggi dengan rambut oranye, mungkin dia sama seperti kamu. Dia tadi keluar dari tempat loker, tapi sepertinya tidak jadi..."
Seketika Noah terkejut. "K... Kau... Tidak diamuk olehnya kah?!" Noah sudah tahu bahwa itu Leo.
"Tidak... Dia sepertinya harus fokus pada ponselnya."
"(Fyuh... Untungnya, mungkin dia sudah pergi sekarang,)" Noah menghela napas lega.
Sementara itu, rupanya benar Leo sudah pergi dari sana. Ia menaiki mobilnya dan pergi sambil mendengarkan ponsel dari seseorang sambil mengemudi.
Rupanya Direktur Mandara yang menghubunginya.
"Leo... Kau sudah mengurus apa yang kuminta kemarin, bukan?"
"Soal info itu, hanya saja bukan berarti apa-apa. Mereka tidak akan menyerangmu dalam waktu dekat. Cukup kembalikan uang milikku saja," balas Leo.
"Baiklah, bagaimana dengan perjanjian pengambilan obat-obatan itu?" tanya Tuan Mandara masih di ponsel.
Pertanyaan itu membuat Leo terdiam. Dia lalu menghela napas panjang. "Bisa aku batalkan?"
"Huh, apa?!!" Tuan Mandara berteriak. "Apa yang merasukimu?! Aku sudah memintamu, bukan?!"
"Pengambilan barang dari kargo itu sangatlah sulit. Jika sampai ketahuan pihak hukum, namaku juga akan tercantum dalam kasusnya... Itu sesuatu yang ilegal."
"Apa yang kau bicarakan?! Bukankah kau bisa merubah kasus menjadi legal?"
"Tetap saja, aku tidak mau... Aku sadar dengan apa yang aku lakukan... Aku bisa menjadi penjahat untuk diriku sendiri, tapi jika menjadi penjahat untuk orang lain, aku tidak bisa lagi... Lagi... Aku tidak mau kehilangan kendali lagi," kata Leo.
". . . Apa kau mencoba mengatakan kau tak mau menerima tawaranku yang besar?"
"Aku lebih suka menganggapnya jangan memperbudakku. Aku bisa mencari yang lain sendiri."
"Leo!! Inti dari aku meminta bantuanmu karena kau bisa menutupi kasus ini dan aku bisa tenang dalam menjalankan bisnis ilegal ini... Jika ada kau, masalah tidak akan datang... Ingat ini, dari awal aku membayarmu hanya untuk menjadi distributor penyalur barang modal yang aku beli secara cuma-cuma."
"Berisik!!!" tiba-tiba Leo berteriak, membuat Tuan Mandara terkejut.
"Anjing lu, aku sudah bilang tidak, ya tidak!! Apa aku harus mengulanginya!! Jangan membuat temperamenku naik!! Aku mencoba menahan diriku!! Sialan!!" Leo berteriak marah. Untungnya dia berada di dalam mobil, jika di luar, pasti banyak yang mendengar kemarahannya itu.
"Aku sudah bilang dari awal aku lelah dengan semua ini!! Uang memang mengalir di tanganku, tetapi ini semua tidak membuatku puas sama sekali!! Aku ingin menikmati hidupku dengan sebaik-baiknya, dan aku tak mau disuruh-suruh oleh direktur tidak berguna... Aku tahu ini semua memang kesalahanku dari awal menuruti kerja sama kontrak, tapi mau bagaimana lagi, aku hanya tanda tangan dan ini semua terjadi...." kata Leo.
Tuan Mandara masih terdiam tak percaya mendengar itu tadi. Hingga ia harus bicara sesuatu. "Apa ini karena orang yang kau sukai?"
"Apa hubungannya, sialan!"
"Semenjak kau bilang kau suka pada seseorang, sikapmu jadi seperti ini, menolak aku dengan begitu keras... Kau pikir ini seperti tisu yang basah dan kering lagi... Ini adalah pekerjaanmu. Jika kau sampai sibuk hanya karena orang yang kau sukai, masalah akan terjadi.... Aku tunggu kau bertemu di bar malam ini."
"Heh, tunggu, bagaimana dengan pertemuan siang ini... Aku sudah menuju ke sana."
"Tak jadi, nanti malam saja."
Mendengar itu Leo menjadi kesal dan mematikan ponselnya. Dia benar-benar kesal, banyak sekali kepingan kemarahan muncul di uratnya, di leher maupun pipi.
"Sialan.... Dia benar-benar membuatku mengemudi sejauh ini dan juga.... Aku telah kehilangan kendali," Leo meremas gagang kemudi mobil itu.
Tapi ada yang menghubunginya, ia melihat dan rupanya itu dari Caise. "Caise..." Dia menjadi reda, tidak marah lagi, dan malah mengeluarkan senyumnya. Kepingan kemarahan di uratnya pun menghilang. Lalu ia mengangkat panggilannya.
"Caise~ kau benar-benar menghubungi aku dulu," kata Leo.
"Ah, iya... Mas Leo sekarang ada di mana?"
"Aku ada di dalam mobil saat ini, ada apa? Kau mau aku jemput? Tapi ini masih jam belajar, bukan?" Leo menatap jam tangannya, memang masih jam belajar.
"Ya, tapi... Kenapa tadi Mas Leo bilang ada di mobil, apa tidak di kampus?"
"Haha lucu sekali kau bertanya begitu... Kehidupan kampus lebih enak dari apapun. Kebetulan dosen di kelasku kadang-kadang sibuk, jadi tidak bisa mengajar, tapi terkadang juga mendadak sekali," kata Leo.
"Ah, aku mengerti... Um... Aku tidak mengganggu kan sekarang?"
"Tidak, aku senang bisa mengobrol denganmu, melalui ponsel sekalipun. Apa yang sedang kau lakukan, Caise?"
"Um.. Aku hanya sedang jam istirahat... Um, Mas Leo... Bisa aku mengatakan sesuatu?"
"Ajukan saja."
"Um... Tadi aku bermimpi sesuatu bahwa Mas Leo menyakiti orang lain...." kata Caise.
Seketika Leo terdiam. "(Apa yang dia katakan?) Ah hahaa... Itu pasti salah...."
"Um... Tapi..."
"Aku baik-baik saja, aku tidak mungkin memukul orang lain di depan Caise, bukan?"
"Um... Itu mungkin benar. Kalau begitu aku tutup dulu. Terima kasih waktunya, Mas Leo," kata Caise. Seketika dia mematikan panggilan.
Leo terdiam masih dengan ponsel di telinganya, tangannya memegang keningnya. Seketika kepingan amarahnya muncul lagi.
"(Mimpi sialan apa itu, aku tak mau Caise tahu soal aku yang kehilangan kendali....)"
Leo masih memberhentikan mobilnya di tepi jalan sambil berpikir dan menyalakan rokoknya.
"(Ini membosankan, aku ingin bermain di gang sebelah.)"
Tak lama kemudian, ada yang mengetuk kaca mobilnya. Ia membuka jendela dan terlihat seorang wanita cantik.
"Halo... Aku dari tadi melihatmu di dalam mobil sendirian, apa aku bisa menemanimu?" tatapnya dengan ramah.
Lalu Leo tersenyum seringai. "Berapa?"
"Um... Terserah, hanya sepuasmu saja, kita mungkin bisa ke hotel."
"Naiklah," kata Leo lalu wanita itu masuk ke mobilnya.
"Wah-wah.... Mobil ini mahal, apa kamu seorang direktur atau eksekutif?" wanita itu bertanya sambil duduk di bangku samping pengemudi.
"Hm... Kau bisa menganggapku begitu," Leo membalas sambil terus mengemudi.
"Tuan.... Sepertinya aku tertarik padamu... (Orang ini ganteng, dia pasti bisa memuaskan aku...) Aku tidak keberatan jika kita melakukannya beberapa kali... Aku yakin kamu juga sudah tak sabar, kan?" Wanita itu memegang paha Leo, naik dan menyentuh perutnya.
"(Wah, perutnya juga keras.... Itu pasti besar banget,)" wanita itu berpikir penuh nafsu hingga Leo memberhentikan mobilnya di sebuah gedung besar.
"Wah.... Apa ini milikmu?" wanita itu menatap terkesan.
Leo hanya diam tersenyum dan turun duluan. "Turunlah, ikutlah denganku... Kau wanita yang cocok akan sesuatu."
"(Ih... Ganteng banget, dari beribu-ribu lelaki yang tidur denganku, hanya dia yang memiliki segalanya.... Ganteng, dan kaya,)" wanita itu tersenyum sendiri dalam hati sambil mengikuti Leo masuk ke gedung.
Saat sampai di sebuah pintu besar ruangan kantor eksekutif, Leo menoleh ke wanita itu dengan senyum kecil. "Katakan permintaanmu ketika masuk," kata Leo.
Wanita itu tersenyum senang. "(Astaga, aku beruntung sekali hari ini.... Hahaha.)"
"Hei... Berapa umurmu?" tanya Leo sebelum mereka masuk ke ruangan itu.
"Eh... Aku 21... Bagaimana dengan mu Tuan?"
"Tidak perlu tahu... Dimana kau bekerja?"
"Um.... di bar bagian selatan."
". . . Apa? Hahaha sungguh... Kudengar di sana itu hampir bangkrut, apa itu benar?" Leo menatap sombong.
"Itu mungkin benar, karyawan semakin sedikit dan kami tak tahu harus apa supaya bisa membuat bar kami maju lagi..."
"Buat apa susah susah, kau bisa datang di bar ku... Aku pemilik bar baru dan paling besar itu."
"Tapi Tuan... (Itu tawaran yang bagus, aku tadi agak terkejut ketika dia bilang bar nya sendiri, dia benar benar punya bar sendiri...) Kalau begitu bisa aku bergabung dengan bar anda?" Wanita itu menatap manis.
"Tentu, tapi harus punya syarat... Kau harus tahan selama 12 jam..."
"12 Jam!!! Pria mesin atau pria normal!! kenapa harus 12 jam bertahan!!"