Leng Yejin berdiri di pintu masuk koridor sambil meneguk kopi di tangannya. "Apa kamu ingin bekerja di kantor Presiden?" tanya pria itu pada Tong Lu.
"Iya. Sebentar lagi aku akan lulus. Bekerja di kantor Presiden merupakan kesempatan yang sangat baik, jadi aku ingin berjuang untuk mendapatkannya," ucap Tong Lu dengan yakin.
"Tidak akan ada jalan pintas untukmu," sahut Leng Yejin dengan santai, namun terdengar dingin.
Pipi Tong Lu memerah seketika itu juga dan darahnya terasa mendidih mendengar ucapan Leng Yejin. "Aku tidak berniat untuk melewati jalan pintas. Aku hanya ingin tahu mengenai standar penerimaannya agar aku dapat menggunakannya sebagai referensi." Dia berusaha menjaga nada bicaranya agar tetap tenang.
Leng Yejin kemudian mengangkat alisnya dan menatapnya dalam-dalam. "Apakah kamu tidak percaya pada dirimu sendiri?" tanyanya Lu dengan nada sedikit merendahkan.
"Aku juga tidak buruk! Aku merupakan salah satu siswa berprestasi di sekolah. Dan walaupun ingatanku tidak sebaik ingatanmu, namun aku tetap bangun pukul 5:30 pagi dan bekerja keras untuk mengejar ketinggalanku!!" ujar Tong Lu terdengar kesal.
Berani-beraninya dia membahas tentang tadi pagi? Batin Leng Yejin kesal bukan main ketika dirinya kembali teringat akan kejadian tadi di mana Tong Lu telah menghilang begitu saja pagi-pagi buta.
"Kalau begitu kamu harus bekerja keras dan menunjukkan kinerja yang baik," kata Leng Yejin dengan nada kesal. Dia lalu segera menyesap kopinya, menyerahkan cangkir tersebut pada Tong Lu, berbalik dan berjalan pergi.
Tong Lu tidak paham mengapa pria yang satu ini selalu bersikap jahat padanya. Hanya membantunya mencari tahu sedikit saja tidak mau, padahal hal itu saat mudah bagi Leng Yejin. Dia bergegas mengejar dan mengikutinya dari belakang sambil bertanya, "Adik ipar, apa menurutmu luka di wajahku ini hilang terlalu cepat? Aku tidak tahu apa yang terjadi belakangan ini, namun luka-luka di tubuhku sembuh dengan sangat cepat."
"Walaupun Ji Yiming tampak seperti tidak dapat diandalkan, namun kemampuan dan pengetahuan medisnya tidak perlu diragukan lagi. Kemarin dia memberimu salep, kan? Apa kamu mengoleskannya pada luka-lukamu?" tanya Leng Yejin yang terdengar datar dan cuek.
"Aku sudah mengoleskannya sesuai anjuran Dokter Ji. Tapi ini terlalu bagus dan cepat untuk sebuah salep. Atau jangan-jangan ada kandungan hormon atau obat-obatan terlarang di dalam salep itu?" tanya Tong Lu curiga.
"Perkataan ini tidak perlu sampai diperdengarkan ke telinga Ji Yiming. Jika tidak, dia bisa-bisa meracuni wajahmu sebentar lagi," balas Leng Yejin tanpa sedikit pun menghentikan langkahnya.
Tong Lu segera menutup mulutnya dan terdiam. Apa benar salep itu adalah salep ajaib? Namun mengapa aku merasa sepertinya ada sesuatu hal lain yang disembunyikan dariku? Batinnya penuh rasa curiga. Ketika dia masih berpikir keras, Leng Yejin tampak berjalan langsung menuju lobi konferensi tanpa menunggu dirinya sedikit pun.
Aku harus mengurus gadis itu! Namun dengan cara apa? Pemerkosaan dan pembunuhan? Atau mencekik lehernya? Batin Leng Yejin sibuk dengan pikirannya sendiri.
Entah mengapa Tong Lu tiba-tiba bergidik. Bulu kuduknya tampak berdiri tegak dan dia merasa ada perasaan yang tidak nyaman dan mencekam seolah sedang melintas di gerbang maut. Dia pun segera menoleh ke sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada sesuatu yang membahayakan, dia menarik napasnya dalam-dalam dan tanpa sadar mengambil secangkir kopi, lalu meminumnya.
Beberapa detik kemudian tenggorokan Tong Lu tercekat. Kopi yang berada di dalam mulutnya hampir saja tersembur keluar. Dia teringat jika kopi yang diminumnya barusan merupakan cangkir kopi milik Leng Yejin. Dan itu artinya, dia baru saja berciuman secara tidak langsung dengan adik iparnya itu. Ah! Tidak lagi! Apa ini artinya aku lagi-lagi mengambil keuntungan dari adik iparku itu? Batinnya yang merasa lesu.
Tong Lu pun dengan cepat melarikan diri dari tempat kejadian perkara dan mencoba membuang sisa kopi pada cangkir itu ke wastafel kamar mandi. Namun ketika hendak membuka kran wastafel, dia mendengar suara dentuman yang cukup keras dari arah kamar mandi pria. Gerakannya pun terhenti seketika. Suara apa barusan itu? Gumamnya was-was.
Namun, karena asal suara barusan adalah dari kamar mandi pria, Tong Lu tidak berani untuk langsung masuk begitu saja. Dia kini berdiri di pintu kamar mandi pria dan berseru, "Maaf, apa ada orang di dalam? Saya mendengar suara dentuman keras barusan. Apa yang terjadi? Saya adalah sukarelawan wanita yang bertugas di sini…"
Belum sempat Tong Lu menyelesaikan kalimatnya, telah terlebih dahulu terdengar suara lirih dari dalam kamar mandi yang berkata, "Ma… Masuk…" Seorang pria di dalam kamar mandi tersebut terdengar sedang menahan sakit.
Dengan ragu-ragu Tong Lu berjalan masuk ke kamar mandi pria tersebut. Begitu melangkahkan kaki masuk ke dalam, dia melihat seorang pria tampak terkulai lemas di lantai kamar mandi. Ya Tuhan! Ternyata Perdana Menteri Inggris!
Tong Lu pun segera bergegas masuk dan mendekati pria itu dan bertanya: "Permisi Tuan, apa yang terjadi?"
Perdana Menteri Inggris mengidap penyakit jantung koroner. Dan saat ini sedang mengalami serangan jantung. Sayangnya, obat jantung miliknya tidak dibawa saat ini. Tong Lu pun dengan cepat menekan jari pria itu pada titik akupunturnya untuk melakukan pertolongan pertama.
Beberapa menit kemudian, Leng Yejin menerima berita bahwa seorang sukarelawan wanita ditemukan menyerang Perdana Menteri Inggris di dalam kamar mandi pria. Dan saat ini wanita itu telah diamankan oleh para penjaga keamanan Inggris. Situasinya sangat rumit saat ini. Jika sampai terjadi sesuatu dengan Perdana Menteri Inggris, maka itu akan menimbulkan perang antar negara. Presiden sendiri telah meninggalkan tempat konferensi tersebut. Leng Yejin saat ini tampak mengerutkan dahinya dan sedang berpikir keras.
"Bagaimana keadaan Perdana Menteri Inggris sekarang?" tanya Leng Yejin.
"Beliau sedang tidak sadarkan diri dan dibawa segera ke rumah sakit. Pengawal Perdana Menteri mendapati Beliau terkapar di lantai kamar mandi bersama dengan salah satu relawan wanita yang tampak sedang melepaskan kerah baju Perdana Menteri. Dan relawan itu tidak lain tidak bukan adalah Nona Tong," lapor Sekretaris Yu pada Leng Yejin.