Claire meremas kuat bantal dihadapannya, perlahan Claire menunduk ke bantal tersebut.
Tubuhnya terkoyak hebat, Claire menyukainya.
"Ssss .... aaaahh"
Erang lelaki itu yang kemudian ambruk menimpa tubuh Claire, Claire mengernyit mendengarnya.
Pergerakan lelaki itu terhenti .... Claire masih kuat menahan tubuhnya untuk tidak turut ambruk saat tertimpa tubuh lelaki itu.
Menjijikan sekali .... Claire memajukan satu kakinya dan langsung menendang paha lelaki itu hingga membuatnya terjatuh ke samping.
Claire menendang lagi lelaki itu dengan kerasnya, Claire sudah sangat membayangkan kabahagiaan yang akan didapatkannya malam ini.
Tapi Claire harus menahannya sendiri, hanya beberapa menit saja lelaki itu sudah tidak berdaya.
Lelaki macam apa dia ini, lemah sekali.
Entah setan apa yang merasuki Claire, tapi Claire merasa sangat kecewa saat ini.
Semua tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya, lelaki itu sangat tidak berguna.
"Gaya-gayaan mau perkosa anak orang, lemah seperti ini juga"
Lelaki itu diam tak menjawab Claire, ia juga tidak mengerti kenapa seperti itu keadaannya.
"Gak usah bertingkah kalau seperti ini, gaya doang digedein"
Claire memakai kembali pakaiannya dengan sempurna, lelaki itu hanya mengotorinya saja tanpa bisa memuaskannya.
Claire mengambil dompet lelaki itu dan merampas semua isinya, memasukan ke dalam tasnya.
"Lemah"
Ucap Claire lagi yang kemudian turun dan berlalu meninggalkan lelaki itu, Claire kesal sekali sekarang.
Kenapa ada lelaki selemah itu, kelompok lelaki yang pernah menyakiti Claire begitu kuat meski sempat berkelahi dengan Pras.
Dan dua lelaki yang juga beramin dengan Claire beberapa hari lalu juga sama kuatnya, tapi kenapa dengan lelaki yang ini.
"Menjijikan sekali"
Claire keluar dari rumah itu, Claire membuka ponselnya dan memesan kembali taxi online untuknya pulang.
Claire tidak sudi lagi bertemu dengan lelaki seperti itu, buang-buang waktu saja tanpa menghasilkan apa pun untuk perasaan Claire.
Claire memasuki taxi yang dipesannya tadi dan meminta agar lajunya dipercepat saja, Claire ingin cepat sampai agar bisa cepat mandi.
Jijik sekali .... Claire tidak suka dengan pengalamannya malam ini, semuanya sia-sia.
Lelaki itu tidak bisa apa-apa, hanya membuat Claire kesal saja.
----
Tina dan Wahyu sepertinya masih terjaga, Cindy sudah tertidur di kamarnya sendiri jadi Tina tidak perlu lagi menemaninya.
Keduanya tengah berbincang beberapa hal, dan mereka juga sesekali membahas Claire.
Tina mungkin sudah sedikit menerima dengan kepergian putranya, tapi Tina tetap tidak bisa melupakan kalau Claire adalah penyebab dari kepergian Pras.
Bagi Tina sampai kapan pun Claire akan tetap bersalah, dan Tina tidak akan pernah mau memaafkannya lagi.
Wahyu sudah berusaha menjelaskan semuanya, jika Tina sudah sangat keterlaluan terhadap Claire.
"Sudahlah pah, buat apa sih bahas dia terus"
"Ya enggak, biar mamah ngerti aja"
"Ya mamah udah ngerti, cuma ya udah buat apa juga, dia kan udah gede bisa pasti urus hidupnya sendiri"
"Ya iya memang bisa cuma maksudnya, mamah jangan gini terus, kasihan Claire cuma punya kita loh"
"Enggak, dia puznya teman-teman kok, gak cuma Pras aja"
"Mamah juga jadinya salah loh benci sama orang terus"
Tina tak lagi menjawab, untuk apa memikirkan wanita itu lagi.
Dia sudah sangat merugikan keluarganya sekarang ini, tidak ada yang harus difikirkan tentang dia.
"Mamah gak mau tengok Claire ?"
"Enggak, biar saja dia pasti baik-baik saja"
Wahyu balik diam, susah sekali istrinya itu dikasih tahu.
Tina memejamkan matanya sesaat, Tina sudah sangat berusaha melupakan semuanya, dan berusaha untuk meneriman semuanya.
Tapi tetap saja tidak bisa, Tina tetap saja menyalahkan Claire atas apa yang terjadi pada keluarganya.
"Papah besok harus pergi lagi, mamah mau ikut"
"Kemana ?"
"Bogor"
"Gak usah, mamah di rumah saja"
"Mamah mungkin butuh hiburan untuk bisa menenangkan diri"
"Nanti saja, Cindy juga baru mendingan kan, kasihan kalau harus diajak pergi jauh"
"Cindy masih harus periksa lagi ?"
"Gak usah, tinggal habiskan obatnya saja. Cindy juga udah membaik sekarang"
Wahyu memangguk, syukurlah kalau seperti itu, berarti Wahyu bisa pergi dengan tenang.
"Papah berangkat jam berapa ?"
"sore"
"Kemalaman dong"
"Gak apa-apalah, gak malam-malam banget kok, jalanan masih ramai pasti"
"Tetap saja khawatir"
"Doakan saja supaya bisa sampai dengan selamat"
Tina tak menjawab, sejak kepergian Pras, Tina tak pernah lagi berani keluar malam.
Tina takut dengan malam, khawatir jika hari sudah berganti malam.
Tina selalu sedih jika ingat Pras, apa lagi jika Cindy sudah bertanya tentang Pras.
Cindy sudah berkali-kali mengatakan kalau Cindy rindu dengan kakaknya itu, memang sudah cukup lama Pras pergi, tapi Cindy tidak juga lupa dengan Pras.
Tina kerap kali menangis jika Cindy sudah bertanya tentang keberadaan Pras, Tina fikir diusia Cindy yang masih 2,5 tahun tidak mampu mengingat selama itu.
Tapi ternyata Tina salah, karena Cindy begitu jelas mengingat sosok kakaknya itu.
Mungkin karena memang mereka berdua sangat dekat, jadi Cindy juga merasakan kehilangan Pras sekarang.
"Mah .... mamah"
"Apa ?"
Tina menoleh, Wahyu tersenyum dan mengusap kepala Tina dengan sayang.
Wahyu tahu dengan apa yang difikirkan Tina saat ini, semua pasti masih tentang Pras juga.
"Sebelum papah pergi besok, kita ke makan Pras dulu ya"
Tina mengangguk pasti, tentu saja .... Tina setiap hari selalu datang kesana.
Meski hanya sekedar untuk mengganti taburan bunga disana, tapi Tina selalu melakukannya setiap hari.
Berdoa disana dan kadang bercerita disana, Tina merindukan Pras.
Sejak Pras pergi memang tak pernah ada lagi yang mengajaknya berbicara, Tina selalu rindu saat dimana Tina selalu membuat Pras kesal.
"Mau jam berapa kesana ?"
"Jam 10 saja, kalau mamah udah selesai di rumah, baru kita pergi"
Tina mengangguk setuju, Tina memang harus mengurusi Cindy terlebih dahulu.
Sejak sakit Cindy tak mau diurus sama bibi, Cindy hanya mau diurus sama Tina saja, Cindy selalu rewel jika diurus bibi.
"Ya sudah, kita istirahat sekarang, sudah tengah malam"
"Ya udah papah tidur aja, kan besok katanya mau pergi, jangan sampai ngantuk saat nyetir nanti"
"Enggaklah, papah kan udah biasa perjalanan jauh"
"Iya kan takutnya, siapa yang tahu kalau yang namanya kecelakaan"
"Mamah gitu, fikirannya jadi buruk terus"
Tina tak menjawab, entahlah .... tapi Tina memang takut dengan semuanya.
Tina tidak mau jika harus kehilangan lagi, cukup Pras saja yang meninggalkannya sekarang, tidak harus ada lagi yang lainnya.
Wahyu tampak berbaring dan meminta Tina untuk berbaring, sudah bukan waktunya lagi untuk berfikir, sekarang adalah waktu untuk beristirahat dari segala urusan mereka.
Agar kondisinya juga tetap baik, jadi istirahatnya harus tetap diperhatikan, karena Tina sering kali lupa dengan istirahatnya.