webnovel

Three Little Miracles Tiga Mukjizat Kecil

Three Little Miracles Tiga Mukjizat Kecil Satu-satunya pria yang dicintainya ternyata adalah kakaknya sendiri! MESKI belum sepenuhnya pulih dari amnesia, Tracey ingat betul rahasia mengerikan yang menyebabkannya lari meninggalkan suaminya hanya empat hari setelah mereka kembali dari bulan madu.sekarang, sebelum menyetujui perceraiannya, Julien mengajukan syarat agar Tracey tinggal seatap bersamanya selama tiga puluh hari! Dengan tekad untuk membuktikan bahwa hubungan mereka benar-benar sudah berakhir, Tracey mengikuti Julien kechateau-nya.Namun,Puri keluarga itu ternyata menyimpan banyak kejutan, lebih-lebih ketika Tracey mendengar tangis bayi dan mendapati dirinya berhadapan dengan tiga bayi kembar.Tracey semakin terguncang ketika melihat wajah-wajah mungil mereka yang merupakan replika dirinya dan Julien Kini Tracey menghadapi dilema yang sulit dipecahkan. Mempertahankan perkawinan mereka, berarti dia melanggar adat dan aturan agama.Tapi meninggalkan chateau setelah tiga puluh hari seperti rencananya semula, berarti dia akan kehilangan anak-anak yang baru saja ditemukannya kembali.Adakah mukjizat yang dapat mengubah hidup mereka semua sehingga mereka berhak untuk berkumpul blagi sebagai sebuah keluarga?

Ikbal_Saputra_8964 · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
1 Chs

Bab Satu

"Selamat pagi, Tracey. Bagaimana pasien ajaib kita hari ini?"

Tracey berhenti menulis dan menatap dokternya.

"Selamat pagi,Louise."

"Aku senang mendengarmu memanggil nama depanku."

Sudut-sudut bibir Tracey yang indah bak dipahat,

merekah membentuk senyum tipis."Rasanya itu terlalu lancang,ya?"

"Nonsens." Mata Louise yang tajam segera mengadakan pemeriksaan.pandangannya menyapu seluruh tubuh Tracey ."Kau kelihatan baik-baik."

"Aku merasa baik-baik.Aku sudah cukup baik untuk pergi ke luar,kan?"

"Sabar, Semua ada waktunya," Gumam Louise sambil membaca catatan terakhir dijurnal Tracey."Bagus, tulisanmu sudah jelas dan logis, seperti sebelum kecelakaan yang kaualami.Kau pantas diberi hadiah."

"Aku suka hadiah."

"Bagus.Kau akan mendapatkannya.tapi sebelumnya,aku ingin kau membuat gambar lagi untukku."

Tracey bergerak-gerak resah dibkursinya."Aku lebih suka main kartu atau main dam."

"Ini kan semacam permainan juga."

"Apa yang harus kugambar?"

"Kau masih sering diganggu mimpi tentang sejenis binatang yang mengerikan.Aku ingin tahu bagaimana bentuk binatang itu," ujar Louise dengan sorot mata penuh simpati.

Tracey menggeleng-gelengkan kepala dan mengerutkan tubuh dengan ketakutan.

"Ayolah, Tracey.Kau bisa melakukannya.ini penting.Mungkin bila aku memperlihatkan beberapa gambar padamu,kau bisa memberitahuku apakah ada yang mirip dengan yang kauocehkan dalam tidurmu."

Louise mengangsurkan sebuah buku dan dengan perlahan-lahan membukanya halaman demi halaman.Dengan takut-takut,Tracey melirik gambar-gambar itu.Dia terpukau oleh gambar lusinan binatang yang terpampang disitu, mulai dari binatang-binatang yang biasa sampai domba bertanduk besar yang hidup di Padang belantara Yukon serta rusa Afrika.Ketika tiba pada gambar terakhir, Tracey mengangkat kepalanya."Tak ada yang mirip."

Louise meletakkan kertas dan pensil didepan Tracey."Sudah kuduga.Karena itu,aku ingin kau memvisualisasikan apa yang terus-menerus kaulihat dalam pikiranmu,Ini cuma gambar takkan bisa menyakitimu."

Lama Tracey berpikir-pikir, berusaha mengumpulkan keberanian."Kalau aku menuruti kehendak mu, apakah kau akan mengizinkaku pergi ke luar dan berjalan-jalan di taman?"

"Tracey, yang kuinginkan adalah supaya kau bisa keluar dari tempat ini dan menjalani hidup yang penuh dan produktif lagi.Tapi didunia luar ada banyak binatang,dan aku tak mungkin melepasmu kalau kau belum dapat mengatasi ketakutanmu pada binatang ini,kan?"

Tracey mendesah."Kau benar," katanya dengan tersiksa. Setelah ragu-ragu lagi, "Baiklah.Aku... akan mencoba membuat gambarnya.Tapi aku benci dia."

Dengan tangan gemetar Tracey mulai mencoret-coret dikertas, mencoba menggambarkan sosok makhluk mengerikan yang terus mengusiknya setiap kali dia memejamkan mata.

Makhluk itu mengejarnya ke mana-mana dan Tracey tak dapat bersembunyi darinya. Satu-satunya cara untuk mengusirnya adalah dengan memaksa diri untuk bangun.Dan saat terbangun, Tracey selalu mendapati dirinya sedang menjerit-jerit dan terengah-engah dengan tubuh Bermandi keringat.

"Nah, sudah!" Tracey menyorongkan gambar itu kearah Louise ,yang memungutnya Tanpa melihatnya lebih dulu. Dokter itu lalu mengeluarkan sebatang cokelat dan memberikannya kepada Tracey. Bungkusnya yang berwarna merah dengan tulisan berwarna emas menarik perhatian Tracey.

"La Maison Chappelle," Tracey membaca tulisan itu keras-keras." Fabrique en Suisse."

"Griya Chappelle," Louise menjelaskan dengan suara pelan. "Kau pernah makan cokelat merek ini?"

"Ya," jawab Tracey yakin. Dia mengernyitkan dahinya. "Nama itu... Chappelle..."

"Ayahmu bekerja di kantor cabang Griya Chappelle di Amerika sampai saat kematiannya."

Tracey tersentak. "Ini kedua kalinya kau menyebut-nyebut ayahku."

"Kau sama sekali tak ingat kepadanya?"

Tracey menggeleng, lalu mengusap-usapkan jempolnya pada label yang berhuruf timbul itu. "Tapi rasanya aku ingat sesuatu tentang nama Chappelle."

Louise menatap Tracey dalam-dalam."Mungkin karena itu adalah merek cokelat yang paling terkenal di dunia.Griya Chappelle sudah menjadi produsen cokelat sejak seratus tahun lalu dan kelezatan produk mereka diakui oleh para ahli.Cobalah kaucicipi sendiri."

Tracey membuka bungkus cokelat itu dan mengigit cokelatnya sepotong.perbuatannya tersebut terasa begitu familier baginya. "Umm... hazelnut, kesukaanku.Bagaimana kau bisa tahu?"

Louise mengedipkan mata. "Aku kan seorang paranormal.Kau kenal kata ini?"

"Ya".Tracey tersenyum."Coba sebutkan kesukaanku yang lain."

"Hmm...apa,ya? Cokelat putih dengan kacang-kacang kecil."

Tracey terperangah."Kau benar-benar seorang paranormal."

"Tidak," kata Louise menggeleng. "Aku cuma menebak-nebak. Kebetulan aku juga suka kacang.

Lain kali akan kubawakan untuk mu."

Louise berdiri dan mengamati Tracey sambil terpekur. "Aku punya kejutan lain untukmu," ujarnya akhirnya. "Diluar ada seorang wanita yang ingin sekali berbicara dengan mu. Tapi kalau kau belum siap untuk bertemu siapapun,katakan saja."

Tracey bangkit dengan penuh ingin tahu. "Siapa dia? Pernahkah aku bertemu dengannya?"

"Ya, sekitar dua bulan yang lalu, tapi pertemuan itu tak menimbulkan kesan bagimu.Orang ini sangat menyayangimu dan dia terus memantau perkembanganmu.ini fotonya."

Tracey menyambar foto yang diangsurkan Louise dan melihatnya. Selintas, sosok wanita anggun yang diabadikan dalam foto itu tak berarti apa-apa baginya.Namun lambat laun Tracey mulai mengenali wajah itu dan sesuatu yang terputus dalam otaknya tiba-tiba menyambung kembali. "B-Bibi Rose!" serunya dengan tenggorokan tercekat.

"Betul," ujar sidokter dengan wajah berseri-seri.

"Tak lama lagi seluruh ingatanmu akan kembali.Wanita di foto itu adalah bibimu,Rose Harris.Kau tinggal bersamanya saat kecelakaan itu terjadi.Kau ingat?"

"Tidak. Tidak sama sekali.Tapi aku kenal wajah ini."

Dengan ujung jari Tracey menelusuri garis-garis wajah cantik yang sangat mirip dengan wajah ibunya sendiri itu. Dan mendadak, wajah tampan ayahnya melintas dalam benaknya.

"Ayah!" bisiknya. Sebutir air mata mengambang dimatanya, kemudian turun membentuk anak sungai di pipinya saat bendungan ingatannya bobol dan adegan-adegan masa kecil menari-nari dipelupuk matanya. Sosok orang-orang yang dicintainya bermunculan...Ayah, Ibu,Kakaknya Isabella... Ingatan-ingatan itu menerjangnya dengan begitu cepat sehingga dia hampir-hampir tak sanggup mencernakannya.Namun anehnya, bersamaan dengan itu muncul pula kesedihan, rasa sakit yang mengoyak-ngoyak hatinya.

Berusaha menepiskan perasaan itu, Tracey berseru,"Aku ingin ketemu Bibi Rose. Aku harus menemuinya.Izinkan aku keluar," desaknya, hasratnya untuk berkomunikasi dengan bibi yang telah mengurusnya sejak kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan pesawat itu mendadak meluap.

"Dia ada diruang tamu."

Louise membuka pintu lebar-lebar dan menyilakan Tracey keluar lebih dulu.Sekarang ini Tracey sudah bisa berjalan normal tanpa bantuan tongkat dan bebas mondar-mandir dilantai tempatnya dirawat.

"Bibi Rose!"

"Tracey, darling!" sambut bibinya ketika dia dan Louise muncul diujung lorong.

Tracey terbang ke pelukan bibinya dan menyurukkan kepala kepundaknya sambil berulang-ulang memanggil,"Bibi...Bibi..."

"Akhirnya kau tahu siapa aku," Kata bibinya dengan penuh haru . "aku sudah begitu lama menunggu."

"Louise menunjukkan foto bibi dan aku mengenalinya."