webnovel

They Are My Destination

Bercerita tentang seorang gadis yang tidak dipedulikan oleh orang tuanya. Dia berfikir untuk apa sebenarnya dilahirkan?apakah nantinya dia akan sama seperti orang tua yang menjalani hidup masing-masing tanpa menghiraukan ikatan? Seperti ketika mempunyai masalah pribadi,dia merasa orang tuanya menjadi asing yang mempunyai kehidupan berbeda,hanya tinggal satu atap saja. Gadis itu terluntang-lantung mencari tujuan hidupnya.Sampai dia tiba-tiba masuk kesemacam dunia survivor bertahan hidup yang diciptakan oleh seorang "pemilik dungeon". Akankah dia menemukan tujuan hidupnya disana?

Asnow · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
24 Chs

Dia yang rapuh

Yeena berlatih sendirian saat malam hari agar lebih kuat,dia tidak bisa berlatih disiang hari karena harus melatih teman-tmannya. Setelah beberapa jam berlatih dia memutuskan kembali kerumah. Sesampainya dirumah tidak ada orang disana

"Eh mereka kemana malam-malam?"kata Yeena melihat kiri-kanan

"Ya udahlah paling sendiri"Yeena memutuskan untuk tidur

Diluar rumah Haru sedang mengintip

"Si gila didalam tuh. Emm,saatnya pembalasan! Pertama matiin listriknya dulu terus kunci"Haru mengunci Yeena dari luar

"Rasain tuh! Gara-gara kau Nanad marahkan,sok-sok ngatur lagi cewe iblis!"Haru meninggalkan rumah itu dengan berlari pelan

Jeder!

Suara petir yang menggelegar disertai kilatan,Yeena sontak terduduk. Rumahnya diguyur hujan yang lebat

"A,aku harus keluar!"Yeena berlari menuju pintu

"Kenapa gelap!?"paniknya

Sementara di rumah Maze

"Kalian ngapain sih disini!"kata Haru jengkel melihat Nacia dan Kesha yang membuatnya teringat pada Yeena

"Maaf banget, kami gak mau ganggu tapi anak satu ini maksa-maksa"ujar Kesha menunjuk Nacia

"Kau ngapain kesini"kata Maze lagi

"Menjalin pertemanan...?"jawab Nacia melirik Austin yang duduk disampingnya

"Pertemanan apa pendekatan"sambung Zhai

"Pulang sana! Balik ke cewe bengis"usir Maze mengingat kejadian tadi sore

"Astaga Cia! Ayo pulang kau mau dihukum push up 100 kali?!"kata Kesha teringat dan menarik Nacia

"Ih gapapa. Yeena cuma keras dimulut doang, dihati mah lembut"Nacia melepaskan tarikan Kesha

"Yee, gini aja kau bilang dia lembut"ketus Kesha

"Lembut? Kalau cewe bengis bisa lembut ku pacarin langsung"kata Maze tak percaya

"Enak aja! Jangan mimpi deketin Dewi Nana-ku!"Tristan melompat dan menduduki pundak Maze

"Akh! Turun gak woy berat,berat! Kami udah lebih dari dekat juga!"Maze meronta agar Tristan turun dari pundaknya

"Bagus Tristan jangan biarin dia deketin guru-ku! Eh udah lupain aja mereka berdua, guru-ku mana? Eh maksudnya Yeena mana?"Zhai bertanya pada Kesha dan Nacia

"Yeena? Dirumah"kata mereka serempak

"Dirumah? Paling dia lagi santai-santai kek di pantai,dasar pengangguran"Maze menyambung

"Kau yang pengangguran,bodoh. Dewi Nana-ku ngajarin latihan!"Tristan memukul-mukul Maze

"Aku juga, loly tolol!"balas Maze

Kembali ke rumah Yeena

"Buka! Buka pintunyaaaaa!"teriak Yeena, tangannya gemetaran memegangi kepalanya

"Tenang Yeena...bernafas...huff huf...huf.."nafasnya bertambah sesak

"Keshaaa! Naciaa! Nanad!! Buka pintu...!"dia merosot terjatuh kelantai karena kakinya yang lemah tidak kuat lagi menopang tubuhnya

Di rumah Maze

"Kenapa Yeena gak ikut?"tanya Zhai

"Kami gak bilang kalau keluar,gara-gara si bucin ini taunya Austin,Austin aja"Kesha mendengus

"Jangan gitu dong Key, sini Cia"Austin merangkul Nacia

"Ih jijik"ucap mereka seisi rumah

"Aduh banyak jomblo yang iri nih"sindir Austin

"Sialan! belum juga jadian"ketus Eindelyn

"Yee bentar lagi nih"kata Austin mengedip pada Nacia yang tersenyum malu

"Teman kalian yang satu lagi mana?"tanya Eindelyn tak menghiraukan Austin

"Dia lagi pacaran"kata Kesha

"Dia udah punya pacar?"tanya Eindelyn lagi

"Udah,tuh si Haru"jawab Kesha

"Kenapa? Kau naksir ya utututu kasian"cibir Austin

"Ya enggaklah. Kalau naksir mending sama Yeena"kata Eindelyn

"Apa!? Kayaknya kita harus jadi sekutu sementara,Ze"Tristan menyambung mendengar nama Yeena

"Oke! 1 2 3"mereka menindih Eindelyn

"Arghh awas sana dasar homo!"teriak Eindelyn

"Ah udah lah aku mau pergi"Maze beranjak

"Kemana?"tanya Tristan

"Kemana lagi. Ya ketempat Ye-Na"Maze berlari

"Tidak! Jangan! Awas kau ya cabul!"Tristan mengejar Maze

"Ets mau kemana"Eindelyn menahannya

"Lepasin! Kau mau jadi bagian dari dosa ha?"Tristan meronta

"Apa sih! Urusan kita belum selesai"kata Eindelyn,

Tristan menginjak kakinya dan terlepas

"Opp mau kemana,disini aja dulu"Zhai kembali menahan Trsitan

"Kau...Bukannya kita satu fraksi! Dia itu guru-mu!"ujar Tristan

"Perihal cinta itu bukan urusan kita kawan"kata Zhai

Kembali ke rumah Yeena

"Buka..siapa pun..."Yeena terisak.dia teringat kenangan buruk saat ibunya menguncinya didalam kamar untuk menghukumnya,tapi mendadak lampu padam. Yeena benar-benar ketakutan dia merasa dinding mulai mendekat,dia berteriak memohon agar ibunya membukakan pintu tetapi tidak ada orang di rumah,mereka sedang sibuk dengar pekerjaan masing-masing. Dia sendirian didalam rumah yang besar ditemani petir dan kilatan,bahkan suara tangis anak yang malang itu bisa terdengar ditengah gelegar petir. Kenangan buruk akan masa kecilnya mulai menghantuinya kembali

"Plis tolong..! Bukaaa....hah...tolong..hiks..."sesaknya bertambah parah,dia bahkan bernafas melalui mulut membuat kerongkongannya kering, air mata yang tiada mengering karena terus bercucuran,mata yang terus memejam didalam kegelapan,ingatan yang terus memperlihatkan ketakutan,setelah sekian tahun dia kembali menyedihkan,ingatan yang menyakitkan mulai menggerogoti keteguhannya yang ada hanya Yeena tanpa jalan keluar dan kekosongan

Kret

Pintu akhirnya terbuka, Yeena langsung memeluk orang yang membukakan pintu

"Yo...baru ketemu tadi sore udah kangen aja"ucap Maze menutupi keterkejutannya

"Kau..."Maze berniat melepaskan pelukan Yeena

"Biarin...sebentar,sebentar aja..."ucapnya dengan suara serak

Maze membiarkannya setelah melihat keadaan Yeena. Gadis itu menangis dipelukannya,dia menyadari untuk kesekian kalinya bahwa gadis yang sedingin es itu ternyata juga sama rapuhnya. Gadis itu menangis sesegukan sambil menggenggam bajunya seperti anak kecil. Tangan Maze seperti bergerak sendiri mengusap kepala gadis itu,mungkin itu berasal dari relung hatinya,setiap usapan dia lakukan dengan sepenuh hatinya dengan harapan agar gadis itu berangsur membaik dan benar saja gadis itu sudah tenang, malah tertidur nyaman dipangkuannya

"Kau sebenarnya berapa banyak ketakutan yang kau sembunyikan"ucapnya dengan tatapan perih,iba,khawatir dan berharap dia bahagia,disana ada rasa cinta yang masih samar

"Ha, Maze..."kata Zhai terkejut melihat mereka

"Shuutt! Jangan berisik dia lagi tidur!"kata Maze berbisik

"Kau ngapain dia?!"tanya Tristan melotot

"Dia kecapean em coba tebak"Maze memprovokasi

"Keparat! Kalau kau benearan"ancam Tristan

"Aku bercanda"kata Maze cepat

"Yeena kenapa?!"tanya Kesha khawatir

"Gak tau tuh. Tadi dia dikunci dari luar, pas aku buka eh tau-tau dia udah nangis"Maze bercerita

"Tapi dia tidur tuh"kata Nacia

"Biasalah, ini namanya kenyamanan dari pria tampan"Maze bersikap arogan

"Basi. Pindahin Yeena kedalam dulu ntar masuk angin"ujar Nacia

Saat Maze akan menarik pangkuannya Yeena tiba-tiba memeluk pinggangnya,itu membuat mereka tercengang  termasuk Maze sendiri

"Ahaha aku coba angkat aja kali ya"katanya canggung mendapat tatapan tajam dari Zhai dan Tristan

"Uhh"Yeena merasa terganggu saat Maze bergerak dan kembali mereka menatap penuh ancaman

"Kalian sebenarnya mau apa sih?!"katanya risih dengan mereka yang menatapnya sebagai pengganggu tidur Yeena

"Kau diam aja kayak gitu,jangan gerak biar Yeena gak bangun"ujar Kesha

"Awas kau berani bikin Dewi Nana-ku bangun!"ancam Tristan

"Kalau sampe guru-ku bangun awas kau!"ancam Zhai pula

"Bukannya sama aja?"kata Austin

"Beda orang"sambung Eindelyn

"Woy kalian ngehakimin aku ya? Disini yang ditindas aku! Jelas-jelas dia tidur nyaman gini loh"protes Maze

"Diam nanti dia bangun!"kata mereka serempak

Yeena terbangun karena bising,mereka menatap tajam Maze

"Eh kau bangun? Tidur lagi!"Maze merebah paksa kepala Yeena diatas pangkuannya

Yeena mengerejap-rejap melotot kaget "Aduh kau ngapain sih!"kata Yeena merasa posisinya ambigu.

Mereka semakin menatap tajam Maze