Arini menatap pantulan dirinya yang memakai pakaian serba hitam di cermin yang berada di kamarnya.
"Apa ini dress?" tanya Arini pada dirinya sendiri.
Arini berjalan keluar kamarnya dan menemui Mamanya yang tampak masih sibuk dengan pakaian Papanya.
"Mama"
"Ya, sayang?" tanya Mutiara seraya membalik badannya dan menatap putrinya yang sudah siap dengan pakaian yang dia berikan.
"Apa aku terlihat cantik,rasanya seperti Upim abu?" kata Arini seraya memutar badannya di depan Mutiara.
"Kamu cantik kok,Nak" kata Robert,sang Papa membuat Arini mendengus kesal.
"Tapi Mama jauh lebih cantik" dan ya Arini sudah bisa menebak kelanjutan kata kata Papanya itu.
Robert terkekeh melihat putri bungsunya kesal karena kata katanya, sudah lama dia tak mengobrol santai dengan putri kesayangannya itu.
"Papa jamin kamu suka sama calon tunangan kamu" kata Robert membuat Arini berdecak.
"No, Papa" kata Arini seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
"Mas, pakai dasi ini aja ya? Dasi yang kamu mau nggak ada" kata Mutiara seraya mengangkat tinggi tinggi sebuah dasi kupu kupu berwarna hitam.
"Apa boleh buat" kata robert seraya bangkit dari duduknya dan mendekati sang istri.
Mutiara dengan sigap memakaikan dasi kupu kupu itu ke leher sang suami dan setelah selesai Robert menghadiahkan kecupan kecil di kening sang istri.
Arini memutar bola matanya, sudah menjadi rahasia umum kalau Papanya itu cinta mati dengan sang Mama, begitu pula sebaliknya dan Arini juga Alvino dan Andine tidak asing lagi melihat kemesraan kedua orang tuanya.
"Ma, Pa, jangan mesra mesraan terus dong, kasihan tuh jones galau nggak ada pasangan" dan suara Alvino membuat Arini berdecak sebal.
"Aku lagi malas debat ya,Bang" kata Arini seraya bangkit dari duduknya dan akan berlalu ke kamarnya.
"Eits ... mau ke mana kamu hah?!" teriak Alvino seraya memiting kepala Arini,membuat Arini memekik.
"Abang apa apaan sih?!" teriak Arini seraya memukuli tangan Alvino yang melingkari lehernya.
"Mau balas dendam karena yang tadi siang" kata Alvino dengan seringai kemenangan.
Arini melotot lalu menggigit tangan Alvino, membuat Alvino mengaduh dan akhirnya melepas pitingannya.
"DASAR ADIK DURHAKA!!" teriak Alvino sebal karena di tangannya ada vekas gigitan sang adik.
"BODO!" balas Arani seraya memeletkan lidahnya.
"Sudah sudah ayo berangkat" kata Mutiara melerai aksi kedua kakak beradik ini.
" Kak Andine mana,Ma? Nggak ikut?" tanya Arini yang tak melihat kehadiran kakak perempuannya itu.
"Kak Andine jaga malam, jadi nggak bisa ikutl kata Robert dan Arini hanya mengangguk anggukan kepalanya mengerti.
🍴🍴🍴🍴🍴
Revano sampai di rumahnya saat jam menunjukkan pukul 6 lebih 15 menit., dan dia sudah melihat Mama, Papa, Amelia-adik perempuannya beserta suaminya.
"Wow, ganteng banget Abangku" kata adiknya, Amelia Afifah Nugraha,membuat Revano tersenyum kecil.
"Aku kangen Abang" kata Amelia seraya memeluk sang kakak dan Revano pun mencium puncak kepala sang adik kesayangannya itu.
"Abang juga kangen kamu" kata Revano balas memeluk adik kecilnya yang sudah beranjak dewasa,bahkan sudah menikah mendahului dirinya.
"Jangan peluk peluk!" kata Naufal Rizky Alvian,sahabat sekaligus adik iparnya dengan wajah cemberut.
"Apa sih, aku kangen kakakku" kesal Amelia saat Naufal menariknya menjauhi Revano.
"Kamu itu udah besar, nggak boleh di peluk peluk lagi sama kakak kamu!" kesal Naufal yang langsung mendapat pukulan dari Revano.
"Dia adik kandung gue,Fal!" kesal Revano yang melihat adiknya dipeluk erat oleh sang suami.
"BODO!!" kata Naufal sambil menciumi pelipis Amelia, membuat Revano menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah posesif Naufal.
"Udah, Ayo berangkat" ajak sang Papa, Yohanes Putra Nugraha,memutus acara debat kedua saudara ipar itu.
30 menit setelah itu mereka sampai di restoran berbintang lima dan mereka segera masuk mengingat mereka harus menyambut tamu karena mereka yang mengundang.
"Masih lama, Pa?" tanya Revano karena mereka sudah menunggu sekutar 15 menit.
"Masih di jalan mungkin. Kamu lupa gimana macetnya Jakarta?" kata Yohanes dan Revano hanya terdiam di tempatnya.
"Udah nggak sabar dia Pa ketemu calon istri" celetuj Naufal membuat Revano menatap tajam.
"Aku ke toilet dulu ya, Ma, Pa" pamit Revano yang dianggukin kedua orang tuanya.
Revano mencuci wajahnya, dia sangat lelah karena dia belum sempat beristirahat tadi sore. Dia harusnya pulang jam 4 sore lalu istirahat sebentar sebelum bersiap siap untuk acara makan malam ini, tapi tadi ada operasi mendadak, membuatnya baru pulang jam 5 lebih. Revano menatap pantulan dirinya di cermin dan dia akui dia sangat berubah dari 1 tahun yang lalu saat belum menjadi dokter. Dulu wajahnya bersih dan terurus, sekarang sudah ada bulu bulu halus di sekitar rahangnya, itu karena dia tidak ada waktu untuk merawat diri. Revano menghela nafasnya sebelum kembali ke ruangan di mana dia akan makan malam bersama keluarganya dan rekan kerja sang Papa.
Drrttt .....
Ponsel Revano bergetar,menandakan ada panggilan masuk di sana dan dia melihat panggilan dari rumah sakit.
"Ya" Revano menghela nafasnya mendengar perkataan orang di sebrang sana.
"Tapi saya sudah izin"kata Revano dengan kesal dan jawaban orang di sebrang sana membuat Revano mengeraskan rahangnya.
"30 menit" kata Revano sebelum.memutuskan sambungan sepihaknya.
Revano yang sudah kehabisan waktu segera berlari ke arah jalan raya, menghentikan taksi dan pergi ke rumah sakit.
Ya, dia ada operasi mendadak lagi. Sedangkan di dalam sana Millenia mulai gelisah menunggu putranya yang tak kunjung kembali, padahal sudah hampir 10 menit berlalu.
"Pa, apa Revano habur ya?" tanya Mellenia membuat Yohanes mengerutkan dahinya.
"Putra kita bukan tipe laki laki yang seperti itu, Ma. Dia laki laki yang bertanggung jawab" kata Yohanes membuat Millenia menghela nafasnya.
"Coba telepon aja,Pa" kata Amelia dan Yohanes segera menelpon Revano.
📞 "Hallo,Nak. Di mana?"
📞"Hallo,Pa. Maaf ya Revano pergi nggak bilang"
📞"Kamu pergi? Ke mana?"
📞"Tiba tiba rumah sakit nelepon. Ada kecelakaan dan harus operasi sekarang"
📞"Kenapa nggak dokter lain saja? Dokter di sana bukan cuma kamu"
📞"Tapi dia salah satu pasien rawat jalan aku, Pa. Hanya aku yang tau jelas baik buruknya operasi inu dan aku nggak mau gitu aja lepas tanggung jawab"
📞"Ya sudah, selesaikan pekerjaan kamu"
📞"Iya, Pa. Maaf ya. Lain kali nggak akan aku ulangi"
📞"Hmm"
Yohanes memutuskan sambungan teleponnya dengan sang putra lalu menghela nafasnya.
"Kenapa, Pa? Revano pergi?" tanya Millenia dengan cemas.
Yohanes mengangguk pelan,membuat Millenia langsung terduduk lemas di kursinya,"Tapi dia bukan kabur, Pasiennya operasi, dia nggak bisa lepas tanggung jawab gitu aja" kata Yohanes menjelaskan.
"Sudah aku bilang, aku nggak suka dia jadi dokter" kata Millenia dengan pandangan kospng, tak bisa dipungkiri dia kecewa sekali saat ini.
"Sudahlah, Ma. Seperti kata Mama, apa pun pilihan Bang Revan harus kita dukung" kata Amelia menenangkan sang Mama.
"Amelia benar, Ma. Ini pilihan Revano. Dia sudah dewasa, sudah tau mana yang baik dan buruk buat hidupnya" kata Naufal membuat Millenia kembali menghela nafasnya.
"Ah itu dia yang kita tunggu" kata Yohanes seraya bangkit dari duduknya,menyambut kehadiran tamunya.
"Arini" "Amelia" kata Amelia dan Arini bersamaan saat mereka saling pandang.
"Ah iya kalian pasti sudah kenal ya,dengar dengar dulu kalian sahabat waktu SMA" kata Yohanes yang diangguki kedua anak manusia itu.
"Jadi Arini, Pa, yang mau dijodohkan sama Bang Revan?" tanya Amelia to the point membuat Arini melotot.
Yohanes mengangguk dengan senyum kecil, membuat Amelia memekik kesenangan karena sahabatnya yang akan menjadi kakak iparnya.
"Ah sudah sudah duduk dulu" kata Yohanes menyilakan tamunya untuk duduk.
"Ah iya kenalkan ini anak pertamaku,Alvinol kata Robert memperkenalkan putranya.
"Dan ini anak bungsuku, Arini" lanjutnya memperkenalkan putri bungsunya.
"Dan anakku yang kedua, Andine, tidak bisa ikut, dia jaga malam di rumah sakit" jelas Robert tak enak.
"Tidak apa apa" kata Millenia dengan lirih.
"Ah ini anak bungsuku, Amelia dan suaminya,Naufal" kata Yohanes memperkenalkan putri dan menantunya.
"Dan maafkan putraku, dia tiba tiba ada operasi mendadak"Kata Yohanes yang diangguki Robert dan Mutiara.
"Tidak apa apa" kata Robert dengan senyum lebar.
Oh ... jadi dia dokter,batin Arini seraya mengangguk anggukan kepalanya.
"Ah iya,anakmu kerja di mana?" tanya Robert memecah keheningan yang entah sudah berapa lama terjadi.
"di rumah sakitmu" kata Yohanes membuat Robert mengerutkan dahinya.
"Kalau boleh tau siapa namanya ya, Om?" tanya Alvino sopan.
"Revano Ilyasa" kata Yohanes membuat Alvino melotot.
"Oh Revano,sahabat saya" kata Alvino dengan senyum mengembang.
"Oh ya?" tanya Millenia dan Alvino mengangguk.
Dan mengalirlah cerita cerita seru di antara mereka,sedangkan Arini dan Amelia memutuskan untuk ngobrol berdua saja.
"