webnovel

Tak Bertemu Lagi

Ada banyak hal yang Hailexa benci di dunia ini. Salah satunya saat Alesya berubah galak, tak cukup dengan menyuruhnya melakukan kegiatan fisik. Belum sampai setengah jam asal waktu istirahat, Hailexa sudah disuguhkan dengan tumpukan kertas.

Hailexa memang senang membaca, namun Bila waktunya sempurna atau pada konteks tidak sedang lelah. Selain menginginkan tidur, Hailexa cita rasanya ingin muntah.

dalam satu ketika Hailexa ingin berhenti berasal pekerjaan ini. Persetan dengan uang yang dia dapatkan, Hailexa ingin hidup mirip sebelumnya. tetapi teringat akan perjuangannya, membuat niat itu luntur seketika. banyak orang dengan usia lebih belia darinya tetapi mampu melalui siksaan ini. Setidaknya Hailexa wajib berjuang hingga akhir supaya pengorbanan pada awal tidak sia-sia.

"Bisakah aku meminta waktu tambahan lima belas menit? Sup-ku bahkan belum habis."

"Dengar, aku tidak akan mengambil waktu istirahatmu. Aku kemari hanya ingin menyampaikan sedikit cerita dongeng. Pelajari baik-baik. Tanyakan jika terdapat yang belum kau mengerti. Selesainya ini pulang ke ruangan yang seharusnya. Kau punya saat 2 puluh menit."

Cerita dongeng katanya. Cih, dongeng macam apa yang membahas wacana perdagangan narkoba, taktik penangkapan, aturan-aturan krusial, serta gerombolan mafia. Jika bukan sebab dibayar, Hailexa akan melemparkan kertas-kertas ini ke wajah Alesya.

"Terima kasih," jawabnya tanpa perlu menyebut ocehan yang memenuhi kepalanya.

"Good girl. Selamat berakhir pekan. saya mengucapkannya sebab kita tidak akan bertemu sampai hari Selasa."

Hailexa membersihkan meja serta memasukkan tumpukan kertas ke pada ranselnya. setelah dirasa tidak ada yang tertinggal, ia mematikan lampu kemudian menutup pintu ruangan kedap-rapat.

Hailexa berlari kecil ke arah lift, menekan tombol supaya naik sebesar dua lantai.

saat menunjukkan pukul delapan malam, tidak aneh Jika gedung yang Hailexa pijak sekarang berubah sepi. Gedung ini akan ramai waktu pagi sampai sore hari, selebihnya hanya mereka yang diberi izin bisa menetap sinkron batas saat yang sudah ditentukan. Hailexa keliru satu asal sekian orang yang mempunyai hak khas. Alesya memberikannya biar akses 2 puluh empat jam penuh dengan syarat dilarang mengacaukan fasilitas yang terdapat. Well, itu syarat yang praktis.

Pintu ruangan lain terbuka sempurna sehabis Hailexa menempelkan kartu pada layar. di dalam sana seorang laki-laki pria sedang duduk menghadap komputer. dia terlihat sedang sibuk sampai wajib mengabaikan kedatangan Hailexa.

"Maaf, saya belum terlambat 'kan?" Hailexa bertanya takut-takut. Pada pria di depannya ini paling tidak suka dengan keterlambatan.

"Aku baru selesai—"

"Duduklah. Kau belum terlambat."

Hailexa duduk dan langsung menggulung lengan bajunya sampai ke atas siku. "Lakukan dengan cepat. Waktuku tak banyak." kepala Hailexa menoleh ke arah lain, kedua matanya terpejam. tak dapat dipungkiri bila dia masih merasa takut setiap kali cairan kental dari dalam tubuhnya diambil.

"Berhentilah bersikap tegang. Ini tidak akan sakit."

"Bagiku akan selalu sakit."

"Jangan ditarik."

Bibir Hailexa mendesis pelan pada waktu menggunakan jarum mungil menembus kulitnya. beliau baru berani membuka mata waktu merasakan benda dingin yang membantunya buat menutup luka.

"Bulan depan kita lakukan lagi." Dia Nicholas Gambatista. Usianya mendekati kepala tiga menghasilkan wajah Nicholas terlihat dewasa. Kedudukannya tidak jauh tidak selaras dengan Alesya, hanya saja mempunyai gelar seseorang dokter. Jika diperhatikan lebih detail, sebenarnya Nicholas lebih terlihat sebagai contoh dibandingkan dokter. Tubuhnya tinggi kekar dengan rambut berwarna hitam. Nilai lebihnya artinya wajah Nicholas yang masuk kategori tampan.

"Aku mengaku Bila sangat membenci hal semacam ini. Apa tidak ada alternatif?" tanya Hailexa.

Nicholas menggeleng. "tak terdapat yang boleh terlewat pada cek kesehatan. Tekanan darahmu turun dari sebelumnya. Istirahat dan makan yang cukup. aku memahami jadwalmu padat, namun kesehatan tetap nomor satu."

"Aku sudah mendengar kalimat yang terakhir bulan lalu."

"Dan aku selalu mengatakannya pada orang yang ketemui."

"Terserah. aku akan pulang sekarang." Hailexa bangkit berasal kursinya. "Terima kasih serta selamat malam Dokter Nicholas."

Hailexa tidak pribadi pulang, melainkan pulang ke kafe pada mana dia bekerja. Hari ini memang bukan jadwalnya, akan tetapi Hailexa memilih tiba dengan niat membaca tumpukan kertas yang diberikan oleh Alesya. Bukan tanpa alasan Hailexa melakukannya di kafe, karena Bila pada apartemen telah pasti ia akan terpengaruhi buat bersantai lalu tertidur. Hailexa tidak bisa membiarkan itu terjadi. Semakin dia malas, maka pekerjaannya akan semakin menumpuk.

"Buona sera—" Hailexa tidak melanjutkan kalimatnya karena terkejut sebab kafe sudah akan tutup. Tersisa Marni Armenti—sang pemilik kafe yang jua bersiap buat pulang.

"Oh, Hailexa, la Mia Bambina," ungkapnya girang.

Hailexa buru-buru merogoh ponsel dari saku celananya. dia membuka aplikasi penerjemah bahasa dan mengetikkan sesuatu di sana. Marni artinya rakyat lokal menggunakan kemampuan bahasa inggris yang terbatas. Usianya juga telah tidak lagi muda, maka asal itu Hailexa menentukan menggunakan perangkat lunak donasi dibandingkan Marni yang harus memahami apa yang akan beliau ucapkan.

Nyonya, saya datang buat mengerjakan tugas. Kupikir kafe sedang ramai, ternyata sudah akan tutup.

Setelah mendapatkan ponsel milik Hailexa, Marni turut melakukan hal yang sama.

Makanannya terjual habis. Jadi kafe tutup lebih awal, pukul enam. "Aku kemari karena ada barang yang tertinggal. Bila ingin belajar, aku mampu menemani."

"Tidak-tidak." Hailexa menggeleng cepat. sudah terbiasa bekerja di sini, Hailexa tidak ingin menambah beban menggunakan membuat repot Marni. "Aku akan pulang," ucapnya sembari menunjuk ke arah luar.

Marni menahan pergelangan tangan Hailexa lalu menyampaikan sebuah kunci. wanita itu mengisyaratkan sesuatu memakai tangannya. sesekali mengucapkan beberapa istilah pada bahasa inggris. yang Hailexa tangkap merupakan Marni memintanya buat menetap, dan nanti sebelum balik ia wajib mengunci pintu kafe. Ini solusi terbaik. tidak masalah meski wajib duduk seorang diri di dalam kafe, Hailexa hanya ingin balik ke apartemen tanpa beban. Lagi pula besok pagi ialah jadwalnya. Hailexa mampu datang lebih awal untuk membukakan pintu bagi pegawai lain.

"See you." Marni melambaikan tangan lalu berjalan keluar kafe.

Tumpukan kertas ini nyaris membentuk Hailexa murka . Sebelum memulai Hailexa selalu membentuk target untuk dirinya sendiri. Setidaknya sebelum jam membagikan pukul sebelas, dia sudah harus terselesaikan dengan pekerjaannya.

"Oke, ini bukan yang pertama kali. Kau pasti bisa melakukannya Hailexa.

Ketika berlalu dengan cepat. dua puluh mnt lagi sebelum pukul sebelas. Hailexa menguap lebar bersamaan menggunakan rasa lelah yang semakin bertambah. Mandi air hangat lalu tidur tanpa gangguan ialah hal yang paling diinginkan. Beruntung lokasi kafe dan apartemennya tidak terlalu jauh. Hanya perlu berjalan kaki kurang dari 5 belas mnt, maka dia telah akan tiba.

"Shit! Apa beliau sedang muntah?" gumam Hailexa waktu melihat seseorang yang baru keluar dari mobil. Hailexa masih membisu di tempat, menunggu reaksi selanjutnya. Bukannya kembali masuk, pria itu justru ambruk ke tanah.

Damn it! Padahal sedikit lagi Hailexa akan tiba pada apartemennya. kini rencana buat mandi air hangat wajib tertunda beberapa waktu. Hailexa gundah, jalanan mulai sepi dan dia tidak memahami harus meminta bantuan kepada siapa. Ditambah lagi kemampuannya bicara bahasa italia sangatlah jelek. kemudian ia harus bagaimana, Hailexa tidak mampu meninggalkan pria ini seorang diri.

"Hei, halo?" Telapak tangan Hailexa berkiprah pada atas paras lelaki-laki asing.

Tidak ada respon. Bila ditinjau asal caranya keluar kendaraan beroda empat kemudian muntah, mungkin dia sedang mabuk berat. Gila. Tega sekali yang membiarkan pria malang ini menyetir di malam hari.

"Kau bisa mendengar suaraku?"

Pria itu membuka sedikit matanya, lalu kembali tertutup. Sepintas wajahnya seperti orang Asia—Hailexa pernah punya sahabat menggunakan struktur paras seperti ini. akan tetapi Jika ditinjau ulang maka tampak sedikit tidak sama.

"Austin."

Hailexa bangkit dari posisi jongkoknya waktu bunyi maskulin mengetuk pendengarannya. terdapat pria lain yang baru saja datang dan berjalan ke arahnya. Hailexa sempat mendengar nama Austin diklaim, sisanya dia tidak mengerti apa yang baru saja dikatakan.

Austin. Tebakannya benar, pria yang sedang ambruk ini merupakan orang Asia.

"Alex." Austin mengerang, lalu pulang diam.

Tampaknya ini waktu yang tepat buat melarikan diri sebelum teman Austin bertanya yang aneh-aneh. Bukannya Hailexa tidak ingin membantu, hanya saja keterbatasan pada berkomunikasi membuatnya menentukan buat segera pulang.

"Sepertinya kalian bergaul. Baguslah. aku wajib pergi."

Hailexa memahami ini terdengar bodoh. Bicara dengan bahasa inggris kemudian berlari menjauh begitu saja. Masa kurang pandai dengan apa yang pria itu pikirkan tentangnya. dia hanya orang asing yang kemungkinan akbar tidak akan bertemu lagi.