webnovel

Jarak dan Perpindahan

" Non ngelamun aja." Suara Arman terdengar bersamaan dengan pintu yang terbuka.

"Kenapa sih non kamu. Katanya dari tadi uring uringan ya. Semua staffmu sampe kabur tuch." tambah Arman sambil menunjuk ruangan depan Fiya yang sudah sepi. Fiya tersenyum tipis. Ia melihat depan ruangannya. Sudah sepi.

"Orang- orang hilang mas."Tanya Fiya spontan diikuti suara tawa keduanya.

"Hilang gundulmu. Mereka sudah tak suruh pulang. Lha kamu dipamiti gak nengok blas."Jawab Arman sambil duduk di depan meja Fiya.

"Masih kepikiran Solo? Apa mau dianterin?" Tambah Arman sambil senyum jahil. Fiya belum bergeming. Ia masih dengan pikiranya.

"Masih takut ke Solo? Apa gak bias jauh dari aku?"Ledek Arman.

"Masih malu sama kerjaanmu?"Tanya Arman mendesak. Tak disangka pertanyaan itu akhirnya mengalihkan Fiya dari lamunanya.

"Hei listen to me. You are awesome. Diusia semuda ini kamu sudah ada di posisimu sekarang itu luar biasa. Mungkin yang ngomong itu dia cuman iri sama kamu gajinya juga belum tentu setengah dari gajimu. Come on this is not you. My Safiya is strong and always positive. And i always proud of you." kata Arman yang sedikit menyadarkan Fiya bahwa tidak ada masalah dan dia berharga.

Fiya berfikir keras. Kenapa hal sepele itu membuat hatinya sakit. Seberapa jauh jarak yang iya tempuh. Tapi perpindahannya tetap 0. Hati Fiya disana. Solo Spirit of Java.

Fiya tersenyum memandang pria didepannya. Ah pria ini yang selalu ada buatku. ah pria ini jatuh hati pada ku.

"I'am flying without wings"

Suara merdu shane filan mengalun merdu di atas meja kerja Fiya memecahkan suasana sendu antara Arman dan Fiya yang hampir satu jam hanya pembicaraan sepihak.

Fiya terhenyak melirik handphonenya yang dari tadi bernyanyi nama pak indra terpampang jelas. Fiya tertegun sebentar. Diangkatnya ragu sambil melirik wajah Arman yang penuh senyum menyemangatinya. Ia tau siapa yang menelepon

"Halo, Asalamuallaikum."sapa Fiya ragu.

"Wa'alaikumsallam." Terdegar suara di seberang sana."Fiya sudah sampai mana? Kenapa tidak jawab pesan saya dari tadi?". Tanya Indra dengan nada khawatir.

Terdengar helaan nafas berat Fiya

"Saya masih dikantor pak."jawab Fiya singkat.

" Apa ?Masih dikantor? Jadwal keretamu kan 1jam yang lalu? Apa kamu tidak jadi bantu saya FI? Tidak ikut reuni lagi?"Terdengar ada kekecewaan dari pertanyaan Indra kepada Fiya.

Fiya terdiam sejenak. Fiya berfikir apkah dia telah mengecewakan orang yang ia segani itu.

"Fiya" panggil Indra sekali lagi.

"Maap pak kenapa ada nama saya sebagai pembicara. Saya rasa bapak mengerti apa masalahnya. Kenapa bapak tidak mau mengerti." jawab Fiya dengan suara bergetar berusaha menguatkan dirinya.

"Kenapa Fi? Semua dosen merasa kamu pantas untuk mewakili fisika untuk share pengalaman kamu ke mahasiswa yang lain." Jawab Indra setenang mungkin. Ia tak ingin murid favoritnya ini kembali tertutup.

" Sudah lupakan apa yang terjadi 4 tahun yang lalu. Kamu kan orang yang paling cuek kenapa kamu malah ambil hati omongan orang. Ayolah I know you. Ini malah bikin kami bangga. kamu bisa survive di segala kondisi. Dan kamu membuktikan kalo kamu mampu. Jadi juara malah. Kesempatan ini jangan kamu lepas hanya karena omongan orang.Kamu punya ilmu, share sama mereka untuk motivasi."Jelas Indra berusaha meyakinkan mantan mahasiswi yang sempat menjadi mahasiswi terbaiknya itu.

Fiya hanya terdiam mendengarkan. Beberapa saat tidak ada seorangpun yang bicara.

Dan akhirnya Indra tampak menyerah. "Oke kamu boleh mundur jadi pembicara. Tapi kamu harus mau bantu panitia di posisi yang lain. Pokoknya kamu harus datang. Kamu yang sudah menjadikan reuni ini nyata. Sudah sebulan ini kamu bekerja keras untuk mewujudkannya. Setidaknya kamu harus merasakan hasil dari merja keras kamu. Es teh aja terus pulang juga boleh." jawab Indra dengan nada usara pasrah meghadapi Fiya yang sangat keras kepalanya sudah kumat.

Arman yang sedari tadi berada disamping Fiya dam memperhatikan gadisnya itu. Terlihat hal memang ada yang terlalu berat untuk Fiya. Arman menggengam tangan Fiya. Fiya tersentak kaget dan memandang laki laki yang sedari tadi ada di sampingnya. Arman tersenyum menguatkan. Senyum hangat yang selalu bisa meruntuhkan tembok baja semkalipun. Fiya hanya bisa menarik nafas dalam dan mengiyakan maksud senyuman Arman.

Diseberang telepon Indra masih menunggu.

"Fiya".Indra memastikan apakah mahasiswinya itu masih disana.

"Eh dalem iya pak."Jawab Fiya kaget karena masih mengagumi senyum Arman.

"Kamu datang?."Tanya Indra memastikan.

Fiya terdiam masih ragu. Genggaman tangan Arman dipererat Fiya sadar Arman mau dia menghadapi semuanya.

"Iya pak." jawab Fiya sedikit ragu sambil memandang Arman yang masih setia menggengam tangannya.

"Tapi saya mohon bapak merubah pembicaranya. Saya bersedia membantu dalam hal lain. Apa saja saya bisa." tambah Fiya dengan suara yang sudah tegas seperti Fiya sesungguhnya.

"Oke. Saya tinggu kamu disini. Terima kasih Fiya. Janggan lupa kita ada GR jam 9 pagi."Tutup Indra dengan suara yang terdengar lega.

Fiya menutup sambungan telponnya dengan tarikan nafas lega pula.

"Ok kita berangkat." Arman berkata memecahkan kesunyian sambil mematikan computer Fiya dan disambut dengan senyuman.

" Kita?maksudnya?" Tanya Fiya.

"Iya. Kita. Aku antar kamu dengan selamat sampai Solo. Nanti aku lanjut ke Jogja." Jawab Arman santai sambil berjalan menuju pintu diikuti Fiya dibelakangnya.

" Udah kangen sama ibu y? minggu lalu bukannya udah pulang? Tanya Fiya

" Yah kangen aja. Kan sekalian antar kamu." jawab Arman cengengesan.

" Tiketnya?" tanya Fiya saat mereka sudah berada di lift.

"Aman." Jawab Arman santai.

Tak berselang lama mereka sudah masuk ke dalam mobil Arman.