webnovel

Chapter 19

Sejak melihat mata Randy menyala samar dan ketakutan yang tiba-tiba muncul di ekspresinya, Bagastara telah memutuskan menjadikan Randy miliknya apa pun yang terjadi. Skill untuk mengetahui status dan skill orang lain sangatlah berguna dalam pertarungan, terutama untuknya. Meski sepertinya Randy sendiri tidak mengetahui seberapa berharga skillnya, itu bukan masalah untuknya.

Skill semacam itu tidak boleh hilang begitu saja.

Meski begitu, Bagastara tak menyangka Randy memiliki penjaga yang menarik.

"Gelombang rasa takut?" tanyanya ringan. "Maaf mengecewakanmu. Tapi itu tidak mempan padaku."

Anak itu bahkan tidak terlihat ketakutan sama sekali saat dia menggunakan skill [Jack the Ripper]. [Jack the Ripper] adalah skill yang sangat efektif ketika lawan memiliki ketakutan dari nama itu. Tidak sulit. Orang-orang dari dunianya pasti pernah mendengar sebutan untuk pembunuh keji yang membunuh banyak wanita dengan kejam berabad-abad lalu. Meski kisah itu telah terjadi selama ratusan tahun silam, ketakutan dan teror yang dia berikan tak pernah berakhir.

Dengan begitu, dia memiliki satu perkiraan lain. Anak itu pasti memiliki [Merciless]. Skill [Mesciless] adalah skill yang didapat setelah membunuh lebih dari satu orang dan tidak menyesalinya. Skill itu sebagai penanda sekaligus memiliki keuntungan untuk mengurangi ketakutan dari hawa membunuh pemain lain.

Tidak. Salah. Dengan ketahanan anak itu saat Bagastara menggunakan skill teror [Jack The Ripper], dia pasti memiliki sesuatu yang lebih dari itu. Sesuatu yang membuatnya lebih menarik lagi.

Bagastara menyeringai. "Ah! Kau sepertiku."

"Memalukan bila dianggap sepertimu."

Bagastara tak pernah bertemu Player yang tak ketakutan saat dia menggunakannya.

Menarik. Sungguh menarik.

Bagastara sudah mulai bosan dengan pembunuhan yang tidak menyenangkan ini dan lelaki itu baru saja diberi buruan yang sangat menyenangkan.

Akan tetapi, sekarang, bagaimana dia membunuh anak itu? Memburunya sekarang akan terlalu membosankan. Anak Rantai itu bisa tumbuh menjadi petarung yang sangat hebat dan dia tak sabar untuk melawannya. Ditambah dengan Randy yang memiliki mata dan keberanian yang manis itu.

Bagastara tersenyum puas.

Dia akan memberi mereka waktu dua hari.

Saat kedua anak itu menghilang dari pandangannya, Jendela Status dengan perintah tidak lucu itu muncul.

[Special Quest]

Bunuh Player bernama Randy Pangestu.

Reward : 1000 exp

Mata Bagastara berkilat merendahkan. Dia menepis jendela statusnya tanpa ragu. Siapa orang bodoh yang akan membuang berlian seberharga Randy Pangestu? Akan tetapi, reward itu menganggunya. Itu adalah hadiah yang terlalu besar untuk satu quest membunuh seseorang. Bahkan quest untuk menjadi Raja Grassland tidak sebesar itu.

Randy sepertinya memang lebih berharga daripada yang dipikirkannya.

OooOooO

"Aku hanya meninggalkanmu selama satu jam loh."

Damar membawaku ke rumah kosong di pinggir kota. Aku bertanya tentang pemilik rumah dan cara Damar mengangkat bahu membuatku tidak ingin memikirkannya.

Damar menceritakan tentang kemana saja dia pergi selama ini. Bagaimana Grassland dibagi menjadi lima kubu dan satu kubu korban. Aku kembali mengingat tittle yang dimiliki Bagastara dan memahami apa maksudnya. Masing-masing kubu itu dinamai sesuai dengan arah mata angin dan satu kubu central.

"Ada pengumuman seperti quest game di jendela statusnya. Tidak lama, para Makhluk Dunia Lain terbagi menjadi lima. North atau daerah ini dikuasai oleh Bagastara. Empat orang lainnya aku belum tahu benar. Waktunya singkat. Yang kutaku hanyalah kontes itu tetap berlansung hingga sekarang dan puncaknya adalah dua hari lagi."

"Darimana lo dapet info itu?"

"Semalam aku pergi," katanya ringan. "Kamu terlihat sangat lelah, jadi kuputuskan untuk pergi sendiri. Aku bertemu kubu korban. Kebanyakan dari mereka anak-anak yang terlalu muda atau yang tidak memiliki sihir. Kebanyakan dari mereka perempuan dan kau tahu, tidak suka konflik."

Aku tahu dia hanya beralasan, jadi aku membiarkannya untuk sekarang.

"Apa masalah mereka sampai harus mengikuti hal semacam itu?"

Damar duduk di sebuah kursi dan matanya terus menatap tidak nyaman ke leherku. Dia melemparkan syal padaku. Tanpa sadar aku melirik ke kaca dan cetak tangan Bagastara terlihat mengerikan.

"Keinginan. Mereka menjanjikan semacam kekuasaan."

"Untuk?"

"Dengan menjadi King of Grassland mereka memiliki hak untuk mengatur apa pun yang ada di sini. Kekuasaan bisa menjadi sesuatu yang sangat menggiurkan. Itu tak berubah, baik di dunia kita sebelumnya maupun di sini. Justru kekuasaan di sini lebih mengerikan karena kita diberi macam-macam kekuatan."

Penjelasan Damar mulai terasa mengerikan. Membayangkan Bagastara menjadi penguasa di kota ini membuatku merinding. Bagaskara bukanlah petarung. Dia seperti pembunuh gila yang bersembunyi di dalam topeng ramah pebisnis muda. Tatapannya ketika memaksa dan mengancamku masih begitu terasa seolah dia masih ada di hadapanku.

Aku mengeratkan syal di leherku.

"Kita akan pergi sebelum festival. Akan tetapi, aku ragu kita masih bisa melakukannya. Tidak. Kita mungkin bisa. Bagastara tidak akan menyebarkan kekuatanmu, karena bila kamu dikejar lebih banyak orang, itu takkan menguntungkannya. Akan tetapi, aku tidak bisa menang melawan ...."

Aku mengerutkan dahi atas ketidak percayaan dirinya.

Damar tidak pernah merasa rendah diri, bahkan di dunia sebelumnya.

"Statusnya tidak setinggi itu. Bahkan lebih tinggi Gerr, terutama saat Gerr menggunakan doubling-nya."

"Ada beberapa alasan, pertama, skill-ku tidak cocok digunakan untuk pertarungan dalam kota. Aku bisa menggunakan petir di tengah lapangan terbuka, itu pun aku harus menggunakan barier mana agar efeknya tidak mengenaiku. Aku tidak memiliki kontrol sebagus itu. Setidaknya tidak sekarang. Bila aku menggunakan petir itu di kota, kerusakannya akan sangat parah."

"Tapi lo bisa gunain petirnya gampang banget kemarin."

"Kekuatanmu, [Perfect Key], tidak hanya membuka semua skill basic sementara, tetapi juga memaksimalkan exp level sebuah skill yang sudah terbuka. Hal itu memungkinkanku untuk mengendalikan skillku lebih baik dengan penggunaan mana dan kekuatan yang bisa diatur dengan sangat presisi. Hal itu juga menjadi alasan ke dua, skillmu hanya bertahan paling lama 1 menit. Kita juga tak bisa mengambil resiko mereka melihatmu menggunakan skill itu."

Aku baru tahu [Perfect Key] memiliki efek semacam itu.

Kalau sampai orang seperti Bagastara mengetahui skillku yang ini, dia pasti takkan melepaskanku sama sekali. Aku meneguk ludah gugup saat kembali mengingat ancaman Bagastara.

"Alasan lain, skill Bagastara sangat bagus untuk pertarungan semacam itu."

"Lo tahu skillnya?"

Damar menyentuh dagu. "Hanya tahu sebatas [Slaughter Man]."

Mulutku terasa kering saat mendengar namanya.

Tanpa ragu, Damar menjelaskan, "Orang-orang kubu korban mengatakan [Slaughter Man] adalah skill untuk membunuh. Dia bisa menggunakan bayangan sebagai senjata dan mungkin itu ada hubungannya dengan skill phantom."

"Ada kemungkinan [Slaughter Man] itu tittle dan kekuatan sebenarnya ada di skill phantom. Gue punya gambaran buat [Phantom Step], kayak teleportasi jarak dekat, nggak sih?"

"Kurang tahu. Kebanyakan orang yang berselisih dengan Bagastara mati. Dia biasa dikenal dengan orang kejam yang berdiri di tumpukan mayat lawannya. Itulah mengapa dia menjadi kandidat terkuat sekaligus orang terakhir yang mereka inginkan untuk menduduki tahta. Berita baiknya, kubu Bagastara hanya dirinya sendiri. Lainnya hanya orang-orang yang mengikutinya dan dia buang saat dia merasa mereka menyebalkan."

"Dia itu semacam penjahat di dunia animanga atau semacam, ya?"

Damar mengangkat bahu.

Aku baru saja akan menyerah ketika tiba-tiba jendela Quest terbuka dengan perintah yang sangat tak masuk akal.

Wajahku memucat dan Damar bahkan mematahkan kayu di kursi yang didudukinya.

[Special Quest]

Bunuh Player bernama Randy Pangestu.

Reward : 1000 exp