webnovel

TKC 7

[SISTEM: SELAMAT PAGIIIIII

Bangun! Bangun! Bangun! Bangun!

Selamat mengawali hari yang luar biasa, Tuan Nattarylie. Anda memasuki level 4. Bukalah undangan di atas meja!]

Kondisi lapar, Apo ingin mengamuk karena sistem ribut subuh-subuh buta. Ini hari kedua dan challenge terus berlanjut. Apo pun membaca undangan ke istana noble consort, di sana isinya masih kosong karena raja belum punya ratu. Para calon selir hanya akan berkumpul semua. Mereka nanti melakukan dansa dengan pasangan yang random. Banyak prajurit pedang yang didaftarkan sebagai relawan. Menurut info mereka menempati posisi calon pasangan dalam ballroom super megah.

Astaga, dunia benar-benar tidak mengasihaninya!

"Bah! Tidak ada jeda ya?" omel Apo sambil melempar undangan itu. "Aku kan baru dapat luka! Ini tidak adil! Semua player tidak dalam kondisi 100%! Kalau begini caranya aku cepat kalah! Ada-ada saja kalian ...."

Protesan itu ditanggapi sistem.

[Aw! Aw! Terdapat pilihan untuk situasi seperti ini, Tuan Nattarylie. Game kami memberikan penawaran "istirahat" dengan tebusan poin. Silahkan tentukan sekarang~]

A. Naik ke level 5 langsung, dengan mengorbankan 30.000 poin

B. Tetap main, dan jika kalah menyerahkan 20.000 poin seperti sebelumnya

"Dih ...."

Apo melipat kedua lengan di dada. Dia mengkalkulasi menghabiskan 20.500 poin kemarin, yang artinya tetap untung ikut challenge daripada manja-manja. Please 30.000 itu banyak ya! Lagipula istirahat sehari takkan membuatnya mendingan. Maksud Apo, luka kan sembuhnya sedikit lama.

"Sebentar ... sebelumnya aku tanya dulu. Jadi setiap level ada bonus level?"

[Iya, Tuan Nattarylie. Tapi challenge bonus level bersifat rahasia. Anda hanya akan dibocori berapa banyak poin yang akan didapat]

"Oh, begitu." Apo pun mengangguk pelan. "Terus, kelanjutannya?"

[Terdapat 10.000 poin yang akan didapat pada bonus level ini. Jika kalah hanya akan berkurang 500 poin]

"Oke, paham. Sekarang jelaskan soal yang kemarin. Nona Victoria dapat reward dinner berdua dengan Yang Mulia? Itu reward menang level atau bonus level?" tanya Apo.

[ Reward bonus level, Tuan Nattarylie. Jadi, momen inilah yang akan membuka kesempatan Anda dekat dengan Yang Mulia. Misalkan dinner, jalan-jalan, atau berdansa berdua. Anda dan beliau juga bisa mencoba pakaian matching]

"Maksudnya?"

[Perlu diingat, Yang Mulia adalah raja. Beliau memiliki hak mengangkat siapa pun yang menarik hati sebagai "Kepala Consort" saat penobatan. Jadi, yang sanggup memenangkan 25 level akan menjadi ratu, sementara pujaannya bisa menjadi pemimpin selir]

"Alahh ...." Apo refleks mengayun tangannya di depan hidung seolah mencium bau busuk. "Kalau begitu caranya, ini sebenarnya game siksaan dong. Kukira ratu, ya ratu saja. Malah begituan ikut eksis. Cih, seperti di novel-novel."

[ Ini kan memang game yang diadaptasi dari novel, Tuan Nattarylie. Hanya saja di sini posisi ratu bisa berubah. Pihak developer hanya ingin fans-fans ikut merasakan sensasi jadi ratu! Karena itulah game kami akhirnya dirilis]

"Oh ...."

Aku belum tanya Phi Aye sejauh itu.

[Apakah Anda menyerah? Kami bisa ambilkan rancun sekarang jika ingin quit game]

"Anjing ya."

Apo pun duduk lagi sambil menatap layar-layar sistem yang menyembul di hadapannya. Kalau sistem berbentuk manusia pasti akan dia tinju. Bisa-bisanya ada emot kasmaran saat menyampaikan kabar buruk. Namun, dia tiba-tiba penasaran sesuatu--

"Oh, ya ... sistem? Kau bilang aku koma kemudian hadir di sini."

[Iya, Tuan Nattarylie]

"Jadi, sasaran game kalian memang orang koma?"

[Betul]

"Maksudku, bukan versi yang di ponsel."

[100% untuk spekulasi Anda]

"Hmmm ...." Apo menyentuh dagunya. "Terus apa yang terjadi kalau aku minum racun hingga game over?"

[Anda akan kembali tidur seperti koma normal, Tuan Nattarylie. Tidak bermain dengan kami lagi. Jadi, jangan pergi ya. Ayo berpetualang seru-seru! Sambil menunggu bangun, kami temani Anda melewati semua ini. Semangat! Semangat! Semangat!]

"Ini agak membingungkan," gumam Apo. "Mungkin karena rasanya terlalu nyata, ya. Aku jadi lupa "The King's Choice" cuma sebuah game," batinnya.

[Apakah ada lagi yang Anda tanyakan?]

"Ada."

[Apa itu, Tuan Nattarylie?]

"Kalau aku bangun sebelum game habis, bagaimana?"

[Kalau begitu selamat! Tugas kami mengajak Anda bermain sudah selesai! Semoga semakin sehat dan sukses! Tring! Tring!]

"Begitu toh."

[Iya]

"Kalau aku mati duluan, bagaimana?"

[Kami sangat menyesal mengatakan ini, tapi game hanya akan menemani Anda hingga selesai]

"Jadi mellow sekali kedengarannya."

Apo pun mondar-mandir di kamar itu. Dia memikirkan strategi berikutnya dan batal bersantai. Di sini dia seperti catur, tapi bergerak sendiri. Apo membuka peta di otaknya karena sudah sadar. Setidaknya di game ini dia punya kehidupan, meskipun nanti meninggal. Karena tidur sambil menunggu kematian itu menakutkan. Salah-salah malaikat maut nanti datang dadakan padanya. Segala pengalaman game perang-perangan selama hidup coba dia kumpulkan menjadi satu.

"Ckck, seharusnya tidak sulit, ya kan?

Game incess pasti punya pengaturan lebih sederhana," batin Apo.

Lelaki carrier itu meminta pulpen dan kertas. Dia mencatat informasi penting terkait pengurangan poin, penambahan, reward, dan lain sebagainya. Apo mengingat sebaik mungkin. Dia baru mantap memilih opsi B karena challenge level 4 berarti petualangan.

[Okee! Jawaban telah dikunci! Silahkan memilih baju yang akan Anda kenakan ketika dansa]

A. Baju Putih-Hitam

B. Baju Biru-Putih

[A akan menonjolkan sisi feminitas Anda. B akan menonjolkan sisi kecakapan Anda. Semoga kriteria ini memberikan Anda gambaran!]

"Lagi-lagi memilih baju sebelum acara," gerutu Apo. "Tidak bisa ya ... simpel saja? Pakai kaos, misalnya?"

Si manis pun memencet A, walau jengkel. Dia ingin kelihatan lebih menarik hari ini. Mungkin dengan begitu Apo dapat poin lebih. Otaknya menolak keras kehilangan 20.000 lagi demi "hidup" makin lama.

[Cantik sekali, Tuan Nattarylie. Anda cocok pakai itu!]

"Berisik kau. Aku tidak terbiasa memakai baju seribet ini," kata Apo sambil memasang sarung tangan. "Apalagi ada cincinnya begini. Heran deh. Stylish game-mu itu siapa. Rupa-rupa sekali desainnya."

[Xixixi. Rahasia~]

"Ck."

[Sekarang lewat sini untuk sarapan. Kereta Anda di perjalanan. Happy breakfast!]

Begitu duduk dan dijamu, jenis makanan yang datang lebih beragam daripada kemarin. Apo pun makin semangat. Lutut boleh sakit, tapi takkan menghentikannya nanti. "Ini benar-benar enak," batinnya nyaris menangis. Apo menyuap segelas parfait ketika nampan penutup datang. Sarapan belum pernah se-fancy ini, sepanjang kehidupannya. Lidah Apo serasa menari dengan manis-manis khas puree bercampur kustar. Apo takkan bosan kalau pun diberi sarapan begini setiap hari.

"Selamat datang di Istana Noble Consort," sambut barisan dayang yang tumben memakai gaun. Mereka menunduk ke para tamu undangan. Apo pun mengangguk ke mereka sebagai basic attitude.

"Halo ...."

Ballroom sudah dipenuhi prajurit yang berjejer rapi. Kesembilan player lain langsung menggaet tangan mereka ketika ditawari dansa. Apo pun ikut bergabung. Dia menerima tangan seorang prajurit, walau rasanya geli sekali.

"Mari, Tuan Nattarylie."

"Oke."

"Kita menari dengan yang lain."

Prajurit itu senyam-senyum karena berhadapan dengan Apo. Begitu pun prajurit lain, kala berdansa dengan player lain. Di titik itu Apo paham sudah masuk dunia survival. Apapun yang terjadi pasti setting-an sehingga cukup dinikmati. Mereka melangkah ke tengah-tengah couple yang sibuk berputar indah. Apo meringis-ringis akibat pinggulnya dipegang lembut. Dia membuat jarak agar wajah mereka tidak menempel. Apo masih tidak suka napas lelaki lain menerpa wajahnya sendiri.

"Anda cantik," puji prajurit itu tiba-tiba.

"Ha?" kaget Apo. "Tidak lah. Sudah cukup sistem yang bilang begitu. Kau jangan."

"Eh? Sistem siapa?"

Apo pun terdiam menyadari yang punya sistem cuma player. "Bukan kok. Cuma salah ngomong saja. Ha ha ha," tawanya.

"Baiklah."

Tubuh Apo diangkat tinggi melalui pinggulnya. Ritme gerakan prajurit ternyata mirip, karena memiliki pola. Mereka pasti terlatih agar kompak nan ahli di ballroom. Apo lihat, player lain tampak menikmati kegiatan ini karena merasa dipuja.

[Bagus, Tuan Nattarylie! Teruskan! Buatlah gerakan seindah mungkin! Ingat partner paling bagus, akan dipilih Yang Mulia setelah ini. Tring! Tring!]

[Beliau mengawasi semua calon istrinya di ujung balkon. Lihat!]

Apo tentu sudah melihatnya sedari tadi.

Sengaja membuat kontak mata, malah. Apo lirik-lirik ke Raja Millerius III, serisih apapun dia. Karena kalau menggoda memang kunci game, maka dia takkan tanggung-tanggung mulai sekarang.

"Terima kasih sudah menghadiri undanganku. Suatu kehormatan dari kalian bisa berkumpul di sini," kata Raja Millerius III. Pasangan mana pun segera lepas dan saling menghormat. Musik berakhir adalah tanda mereka harus menyimak perkataan sang raja. Puluhan calon selir, semua player, para prajurit, dan dayang-dayang sekaligus. Mereka menatap ke arah yang sama dengan sikap yang siaga. Seolah-olah latihan militer saja, tetapi versi elegan.

Raja Millerius III tersenyum dengan tampannya, sosok itu turun dari tangga utama sambil melanjutkan speech.

"Beberapa yang kulihat gigih sekali. Aku takkan melewatkan kesempatan ini untuk berdansa dengan salah satu dari kalian."

"Oke, sekarang saatnya bertaruh!" batin Apo bersemangat. "Ayolah! Kau menatapku kan! Iya kan? Ke sini! Aku tahu kau ingin berdansa denganku! Jangan buat aku kehilangan poin lagi, tolong ...."

Raja Millerius benar-benar berjalan ke arah dia. Jantung Apo pun berdebar ribut karena langkah itu tak berhenti. Tangan dan kakinya agak gemetar. Rasanya sudah sudah gatal ingin meraih, hingga bibirnya tersenyum manis.

"Aku--"

"Silahkan kemari, Tuan Gavin," panggil Raja Millerius III melewati Apo. "Maukah Anda menerima tawaranku?"