webnovel

TKC 29

BUKANNYA lega, Apo justru jengkel usai curhat kepada orangtuanya. Tanpa ba bi bu dia memanggil sistem untuk minta penjelasan tentang organ reproduksi carrier karena terlalu penasaran. Apo sebal jika tidak ada bukti dia berperan sebagai istri. Seumur-umur, otaknya dipaksa untuk terima hal irrasional kala dijelaskan teori yang bersangkutan.

[Silahkan dibaca, Tuan Nattarylie]

[Tolong bijak dalam meminta jawaban. Kami tidak meminta Anda percaya, tapi begitulah adanya]

[Anda punya kelamin jantan serta rahim sekaligus, tapi bukan berarti berfungsi semua]

[Seorang carrier diberkahi hormon esterogen lebih banyak daripada testoterone, itulah yang menyebabkan infertilnya sperma Anda, walaupun wujudnya ada]

[Anda bisa berhubungan dengan wanita, tapi takkan bisa menghasilkan anak dengannya. Namun di game ini, hubungan tersebut tidak memenuhi standar etiket]

[Karenanya, sebaiknya tidak dilakukan, kecuali ingin dikecam oleh masyarakat. Begitupun hubungan sesama carrier]

[Terdapat katup sfingter-v antara anal dan serviks, yang mana hanya akan terbuka jika terjadi proses pembuahan]

[Perlu diketahui, yang bisa membuka katup ini hanya sperma dominan. Jadi, jika Anda berhubungan dengan sesama carrier, maka sperma tersebut hanya akan mengotori organ, bukannya menjadi janin]

[Setiap carrier akan mengalami menstruasi 3 hari setiap bulan, waktunya bisa maju, atau mundur, tergantung hormon dalam tubuh Anda. Maka setiap carrier sebaiknya memiliki note penanggalan khusus, agar tak terjadi kebocoran di tempat umum jika waktunya tiba]

[Kehamilan carrier memiliki waktu lebih singkat daripada wanita normal, yakni 6 bulan, dengan sistem zodiak dan kenaikan umur yang sama dengan manusia umumnya]

[Setiap bayi laki-laki yang terlahir akan diketahui dia dominan atau carrier pada umur 12-15 tahun. Ditandai dengan hadirnya menstruasi atau tidak]

[Berikut visualisasi organ intim Anda. Untuk mematuhi standar sistem, kami mohon izin untuk memberikan sensor kepada bagian yang tidak perlu dilihat]

[Tring! Tring! Tring! Loading gambar dalam 30 detik]

Apo stress saat melihat emot di gambar tersebut. Padahal dia penasaran apakah ukuran penis dominan dan carrier sama, tapi sistem terlalu suci, sampai memiliki parental advisory segala. Penis dalam gambar ditutupi dan sangat alim. Kata sistem, setting inti pusat adalah R-BO, seperti yang di tipi-tipi. Jujur dia pusing dikuliahi dadakan begini, karena nyata punya rahim tapi masih tak terima.

"Hmm, aku jadi ingin jalan-jalan," kata Apo seraya menutup gambar. Dia turun dari ranjang, meski sudah pukul 11. Sebuah jaket diambil dari lemari untuk membalut tubuh atasnya yang dingin.

[Lho, mau emana, Tuan Nattarylie?]

"Keliling rumah?" kata Apo. "Aku kan hampir 3 mingguan tinggal di sini, tapi belum pernah sekali pun melihat-lihat." Dia keluar kamar dan menatap suasana kastil yang sudah sepi karena jam tidur. "Yaaaa, ingin tahu saja sih? Soalnya barusan kita membahas janin dan bayi. Siapa tahu Ayah dan Ibu menyimpan foto bayiku."

[Oh, kalau itu jelas ada, dong! Banyak-banyak!]

Apo mengernyit dalam sekali. "Iyakah?" Nadanya nyaris tak percaya.

[Hu-um. Soalnya Anda kan anak tunggal, Tuan. Jadi, Tuan dan Nyonya memiliki ruang khusus untuk memajang foto-foto keluarga]

[Kalau di dinding biasa mah, lukisan-lukisan seperti yang Anda lihat setiap hari]

[Mereka ingin kenangan aman, jadi tidak dipajang diluar]

Apo pun berdecak kagum. "Wow," katanya. "Jadi, aku diberliankan sebegitunya?"

[Tentuuuuuuuu saja!]

[Anda kira kenapa mereka memanggil "Bayi, bayi" setiap saat?]

[Nattarylie J Livingstone memang bayi di mata Tuan dan Nyonya]

"Bengek."

GPS sistem menunjukkan jalur menuju ke "Ruang Kenangan". Letaknya di lantai 3, dan di sanalah Apo menemukan ratusan foto terpajang. Ada yang memakai figura kecil, sedang, besar, bahkan super gigantis pun tersedia ... bibirnya membentuk senyum tipis karena baru masuk sudah disambut potret Phelipe ketika muda.

"Hoo ... anjir, cantik banget!" Jemarinya membelai pelan ke sana. Dari tekstur kentara ini kualitas cetakan yang lawas. Kamerany mungkin belum secanggih di dunia nyata. Anehnya Apo suka hal vintage begini. Dia merasa sangat epik nan seperti dewi. "Ya Tuhan, andai memperkosa Ibu tidak dosa, pasti sudah kulakukan sedari lama. Ha ha ha," gumamnya sebelum berlalu.

Apo menikmati setiap potret di dalamnya dengan khidmad. Dia sempat menimang-nimang foto bayinya sendiri sambil tersenyum. Ternyata wujud mungilnya begitu lucu, setidaknya hal tersebut mengobati rasa penasarannya dengan wujud bayi versi di dunia nyata.

Well, Ibu kandung Apo memang bilang mereka terlalu miskin. Beli ponsel saja tak pernah, sehingga momen lahirnya tidak terekam. Jaman dulu, apalagi tahun 1981 jarang orang punya ponsel. Adanya telepon kabel di wartel, itu pun harus bayar mahal sekali mengobrol. Kamera masih jadul dan maraknya cuma hitam-putih. Apo mewajari jika yang dia punya hanyalah foto wisuda SMP.

"Wah, kangennya ... sama Ibu," batin Apo sambil mengembalikan foto ke gantungan dinding. "Aku jadi ingin cepat pulang, tapi mau bagaimana kalau belum bangun." Dia geleng-geleng demi mengenyahkan pikiran buruk. "Pokoknya harus yakin beliau baik-baik saja. Kan kata sistem sudah dijamin semua."

[Ada apa lagi, Tuan Nattarylie?]

"Eh?"

Apo kaget karena layar sistem tiba-tiba mendekat ke depan muka.

[Anda kepikiran sesuatu? Saya mau loh mendengarkan setiap Anda sedang galau. Curhat tidak dipungut biaya]

"Oh, itu ... ha ha ha. Cuma ingin tahu bagaimana kabar Ibu. Apa aku boleh tahu mendapat bocoran?"

[Ohhh]

[Tentu saja, Tuan Nattarylie. Coba lihat jepretan di bawah]

[Loading foto target 30 detik]

[Tring! Tring! Tring! Muncul!]

Apo seketika melotot bahagia, sebab dalam gambar sang Ibu tua masih semangat bekerja. Tak seperti dulu yang jualan kue di pasar, sistem menepati janji dengan mengirim wanita itu ke toko keik yang bergaji tinggi. Umur boleh sepuh, tapi gerakannya termasuk cekatan. Dia punya segudang resep untuk dipraktikkan langsung selama di dapur bagus. Hasil baking-annya juga mantap nan terlihat lezat. Pantas wanita itu menyuruh Apo ikut mengabdi di pabrik roti.

Ternyata ada hubungannya juga. Ibu pasti senang memegang banyak fasilitas keren.

"Oiya, aku juga ingin tahu asal bantuanmu. Maksudku soal biaya di RS," kata Apo. "Apakah ada kaitannya sama bansos pemerintah? Aku hanya heran karena biasanya tak seroyal itu."

[Ha ha ha ha]

[Tidak sih. Memang bukan pemerintah, Tuan Nattarylie]

"Kan."

[Tapi badan amal untuk orang-orang miskin. Mereka berpusat di Kota Huahin yang anggotanya para pengusaha dermawan. Meski jauh dari Bangkok, tapi agen kami sudah mendaftarkan nama Anda ke dalam list pasien tertanggung]

"Hooo, mantap," puji Apo sambil menyeringai. Dia jadi kepikiran dengan betapa canggihnya si sistem ini. Rasa penasarannya pun semakin tinggi "Oiya, kalau begitu bisa jawab 1 pertanyaan lagi?"

[Apa itu?]

"Kau bisa melihat ke masa lalu? Aku hanya ingin tahu siapa pemilik kontol yang menghamili ibuku," kata Apo. "Siapa tahu kalau ketemu kapan-kapan akan kuhajar dirinya. Pih! Seenaknya saja "naninu" dan langsung lari seperti kucing. Ibuku jadi susah begini seumur hidup."

[Aww, maaf kalau itu tidak bisa]

[Kemampuan kami terbatas mesin dan tingkat kecerdasan AI]

[Kalau permintaan Anda kan, seperti sihir ajaib. Ha ha ha. Input yang susah sekali]

"Haisshh, ya sudahlah," gerutu Apo. "Lagian aku 42, dan Ibu sudah 63. Ayah mungkin lebih tua lagi dan sekarang melebur di lubang neraka."

Sistem pun tertawa sepanjang jalan. Dia iringi kemana pun Apo pergi hingga kembali ke kamar lagi. Pukul 1 malam Apo baru bergelung ke pulau kapuk. Dia peluk bantal guling dan mendengkur seperti kucing.

Rasanya punggung agak pegal berkat aktifitas yang keras. Namun mendekati pagi, mimpinya malah kemana-mana.

"Ha ha ha ha ha. Ibuuuuu! Ibuuuu!"

Itu adalah dirinya versi mini yang turun dari ayunan di pohon.

Apo berlari dari sana setelah goyangan berhenti, tapi keningnya berkeringat karena wanita yang dia peluk bukanlah sosok Ibu yang di toko keik.

"Siniiii, sayang! Muaach! Awwww, pintaaar! Jangan lupa robotmu dibawa pulang!"

"Oke!"

"Terus, habis ini pergi beli donat mau?"

"Donat!"

"Yang keju atau cokelat kira-kira?"

"Mammm!"

"Iyaaa, pasti mam. Ibu nanti belikan yang banyak."

Sosok cantik itu menggandeng Apo pelan-pelan keluar kebun yang penuh tomat serta cabai. Mereka melempar senyum dan obrolan ringan, sebelum pulang menyambut seorang lelaki bermotor butut.

"Wah, itu Ayah! Ayo ngueeeeng! Pasti bawa jajan kamu."

"Whoaaaaaa, Ayahhhhh!"

Wanita itu tertawa ketika dirinya berlari kencang.

"Ha ha ha ha. Pelan-pelan, Sayang. Nanti kesandung! Ayah gantengmu takkan kemana-mana."

"Ayah! Ayah! Mana donat punya Apo?"

"Weiiiii! Jagoan Ayah! Sini peluk!"

"Donaaaaat!"

Apo memeluk lelaki itu.

"Ha ha ha, masih di jok, astaga. Tapi tak masalah Ayah ambilkan sekarang, hm? Sekalian kita unboxing kain baru buat kamu. Biar Ibu jahit jadi seragam ke TK."

Apo mulai menggeram-geram dalam tidurnya karena lupa total pernah berhadapan dengan wajah asing itu. Wajah yang berkumis lebat, kulit cokelat, tapi tampan rupawan seperti dewa. Sosok itu mengacak rambut Apo sebelum menggendongnya mendekat ke motor.

Apo pun tingling sekujur badan dengan kepala pusing. Dia terbangun setelah ingatannya berganti lagi ke adegan mirip film dokumenter. Adalah banyak noda darah di ruang tamu dengan sosok lain berada di ambang pintu. Tiba-tiba saja bayang-bayang tinggi membias di lantai merah yang berbau amis karat.

"Arrrgh! Tunggu, kenapa kau ada di sini? Nara jangan--"

Suara bacokan berkali-kali mulai menyerbu.

Apo pun terjatuh dari gendongan dengan kepala terbentur lantai sebelum semua hal lenyap dari pandangannya.