webnovel

5

Karra meneguk air mineral setelah itu memasukan kentang dalam mulutnya sambil membaca dokumen kerajaan. Duduk di samping Kaisar, awalnya Karra merasa canggung namun perlahan Karra mulai sibuk sendiri seperti tidak menganggap Kaisar di sampingnya.

Kaisar menyuruhnya untuk duduk di samping dengan lima tumpukan dokumen bersampul emas untuk dirinya dan sebagian untuk Kaisar. Awalnya Karra menolak, namun akhirnya menurut saat Kaisar mengancam akan membuang kentang gorengnya itu dan tidak mengijinkan ke dapur selamanya.

Sungguh kekanakan!

Karra tanpa sadar memukul pelan tangan Kaisar yang menyentuh tangannya saat tidak sengaja mengambil kentang secara bersamaan dalam kotak itu. Kaisar melirik, mulai mengalah dengan gadis itu yang fokus membalikan kertas ke halaman selanjutnya. Walaupun baru tiga dokumen yang dibacanya, Kaisar mendengar helaan nafas gadis itu seperti kelelahan. Sedikit prihatin, Kaisar memilih untuk tidak peduli. Membiarkan gadis itu yang sebentar lagi berkomat-kamit dengan nada kesal, itulah yang menjadi hiburan bagi dirinya.

"Bagaimana bisa perekonomian kerajaan neraca debitnya kurang dari kredit? Bukannya debit harus melebihi dari kredit?" Karra menatap Kaisar, "apa kau tidak pernah melihat jurnal keuangan ini?"

"Apa kau ingin mengurusinya?" Bukannya menjawab Kaisar malah menawarkannya.

Karra memutar bola matanya malas, "baiklah kalau kau mengijinkannya. Tapi bukan berarti aku di angkat menjadi menteri perekonomian."

Karra membalas tatapan Kaisar, "aku akan berdiri di garis netral selamanya. Aku sebagai badan pemeriksaan keuangan."

Kaisar mengangguk saja mulai memasukan kentang ke dalam mulut tanpa berkata apa-apa. Karra yang melihat itu langsung senyum sumringah. "Kau menyukai masakan ku?"

"Tidak. Aku hanya menghargai saja, tidak baik jika kau terlihat kesal kalau aku tidak memakannya."

Jawaban itu tidak Karra inginkan, memicing kesal lalu menarik kotak makanan itu ke arah Karra sepenuhnya. Kaisar menaikan sebelah alisnya.

"Jawabanmu tadi menjelaskan bahwa kau hanya makan sebagai formalitas."

Kaisar mengangguk, "kalau begitu berikan. Biarkan aku menghabisinya bukan sebagai formalitas bagimu."

Karra mendadak tidak enak hati, kotak makanan berisi kentang yang semula erat di pelukannya perlahan merenggang sehingga Kaisar dengan mudah menarik dan mulai menyantapnya dengan diam.

"Bu..bukan itu maksud ku Kaisar. Aduh.. bagaimana menjelaskannya.." Karra menggaruk pelipisnya lalu melirik Kaisar yang sudah kembali membaca dokumen seakan tidak ingin diganggu. Karra perlahan kembali fokus pada dokumen keempat yang baru dibukanya.

Suasana seketika membuat Karra gerah, bagaimana tidak gerah kalau Kaisar dari tadi menatapnya. Melirik kaku pun ketahuan oleh Kaisar bahwa dirinya sedang melirik sosok di sampingnya. Semakin lama di biarkan, semakin Karra salah tingkah.

Oh tidak.

Salah tingkah?

Karra menggerutu dalam hati mencoba menetralisir suasana hatinya yang kurang di ajak kerja sama. Ingin bercanda hanya saja Kaisar tampak tidak menyukai candaan yang di lontarkan. Bingung untuk menanggapi Kaisar yang menatapnya sambil memiringkan badannya menopang dagu.

"Kau harus tetap di sampingku." Ujar suara berat itu membuat jantung Karra memompa cepat.

"Yang Mulia, apa kau menyukai ku?"

Tatapan datar tanpa ekspresi itu membuat Karra jengkel sendiri. Entah bagaimana Kaisar hidup berpuluh-puluh tahun dengan ekspresi seperti itu.

"Kau terlalu percaya diri. Ceburlah dirimu di danau di belakang kerajaan agar kau tau aku tidak menyukai mu."

"...."

Sarkas sekali.

Karra menguatkan hatinya mendapat kata sarkas dari mulut nan tajam Kaisar. Mental Karra benar-benar di latih di istana ini.

Karra ikut memiringkan kepalanya menatap Kaisar, "apa kau kesal?"

Kaisar hanya mengerjap pelan, "sepertinya kau sangat terlihat kesal. Di lihat dari telinga mu berwarna merah padam."

Karra lalu memperbaiki posisi duduknya tidak menanggapi lagi Sang Kaisar. Dalam mode 'ngambek' saat ini Karra akan diam sampai Sang mulut tajam nan pedis itu meminta maaf.

Karra mendecih, "mana mungkin." Gumamnya.

Karra membeku di tempat ketika tangan kekar itu menepuk pelan kepalanya lalu diakhiri dengan elusan pelan di dahinya. Karra mengerjap kaku melirik sebentar memastikan Sang Kaisar tidak kesurupan kali ini.

"Kontrol emosi mu. Kau tidak pandai mengatur emosi. Setiap kali berbicara kepadaku kau selalu terlihat kesal."

Karra akan mempertahankan ekspresi kesalnya di hadapan Pria itu walaupun ingin sekali tersenyum mennyimak kembali gaya bahasa Kaisar yang mulai berubah. "Kau berhenti lah membuat ku kesal."

"Justru aku senang melihatmu kesal."

Karra mendecih pelan sambil menahan senyum, beralih mengambil kentang goreng lalu menyuapi Kaisar dan akhirnya tersenyum. "Aku senang apabila kau senang Kaisar, walaupun aku korban dari kesenanganmu."

Karra memperbaiki posisi duduknya, kali ini menopang dagu karena terdengar ketukan pintu dari luar.

"Yang Mulia, Duke Arther datang membawa laporan." Kata Jenderal Gith setelah memberi surat kepada Kaisar.

Kaisar melirik Karra, "kau ikutlah pertemuan ini."

Karra mengangguk, "kau duluan, aku masih mengurusi banyak hal."

Kaisar menaikan sebelah alisnya, "mengurusi makanan?"

Karra tertawa pelan, "baiklah aku akan menyusulmu setelah menghabiskan ini." Ujarnya menunjuk toples berisi kentang yang sedikit lagi habis.

Jenderal Gith sudah berjalan dahulu menuju ruang rapat. Ingin menutup pintu, Kaisar ditahan oleh Karra.

"Hati-hati di jalan Kaisar!"

Kalimat ambigu itu membuat Kaisar aneh, terlihat gadis itu masih tersenyum disana.

"Awas jalannya masuk kedalam hati saya!"

Sialan. Kalimat itu membuat dirinya ingin terkekeh di depan gadis itu, mengangguk seraya menutup pintu akhirnya suara kekehan pelan keluar dari Pria tampan itu dalam perjalanannya menuju ruang rapat.

**

Tbc