George baru saja menerima panggilan dari tentara dan rumah sakit. Kullitnya langsung pucat mendengarnya. Yaa.. Siapa yang tidak begitu? Apabila ayahnya meninggal?.
"Kenapa, sayang?"
Savana yang baru sembuh hanya diam di meja makan. Ia makan dengan tenang. Namun ia terdiam begitu mendengar kabar mengejutkan dari Tv.
"Prof. Dr. Harl Luiza dikabarkan tewas terbunuh 1 jam sebelumnya.. Tentang sang pembunuh masiih menjadi pertanyaan. Namun mengenai bukti sudah mengarah pada 3 tentara yang selama 20 tahun mengabdi untuk negara. Komandan Aaron Aldric, Sersan Dary Arsenio, Sersan Reymond Fidelyo.. Yang masih sampai sekarang menyangkal hal itu dan malah menyalahkan korban yang dinyatakan berinisial A dan M. Kabar selanjutnya akan kami kabarkan setelah ini.."
"Yaampun.."Ucap Clara segera menangis tersedu sedu mendengar hal itu.
"Hh.. Hh.."Nafas tak teratur dialami oleh George.
Ketiganya langsung menuju ke rumah sakit tempat Harl dibawa.
Di rumah sakit..
Mereka berlari ke kamar VVIP dimana terdapat mayat sang ayah dari George Luiza.
"Ayah.. Ayah.."Ucap George tak kuasa menahan tangisnya.
"Mah.. Aku mau ke toilet ya.."Ucap savana yang diangguki Clara. Bukan salah savine karena sama sekali tidak menangis akan hal itu. Itu karena memang Kakeknya itu tidak dekat dengannya. Maka dari itu, Ia tak merasakan apa-apa.
"Nona savana.. Anda mau kemana?"Ucap sekretaris ayah savine bernama Agler Zeroun.
"Ke toilet, Agler.."Ucap savana pergi sendiri ke toilet yang ada agak jauh dari kamar kakeknya.
Selesainya..
Tak sengaja, Telinga savine menangkap suara seseorang yang ia kenal.
"Argh..Jangan!"
"Hahaha.. Lo selalu mati lawan gue,Ar.."
"Masa? Terima nih peluru gue.."
Dorr!
Brug!
"Stop! Jangan berantem.."
Krik
Krik
Krik
Savana yang menyadari ketenangan tanpa suara tadi itu segera membuka matanya. Terlihatlah archer dan mors yang terdiam membeku melihat savana tiba tiba masuk ke ruangan mereka.
"Uhuk.. Uhuk.."
Arhes nampak buru-buru mengambil minum untuk menghilangkan 'tersedak'nya.
ARION MORS WIN
ARSAL ARCHER LOSE
"Lho? Kok?"
"Gue menang!"Ucap mors melirik archer dengan senyuman kemenangan.
"Argh! Lo mah.. Ga adil lah.. Orang gue break dulu juga.."
"Kelamaan.."
"ARGH! BODO AMAT!..Lo ngapain kesini?"Ucap Archer membuang PS nya lalu melirik savana yang masih terdiam ditempat.
10 Menit kemudian..
"Jadi lo kesini mau njenguk kakek lo itu?"Ucap Archer yang diangguki savana.
Tanpa sadar, Archer memajukan wajahnya karena savana menunduk. Melihatnya, Mors hanya berjalan santai ke toilet pribadi di ruangan itu.
'Deket banget'batin Savana
Savana menutup matanya.
Archer yang menyadari kesalahpahaman savana tersenyum jahil. Ia ikut menutup matanya dan tetap memajukan wajahnya.
~
Archer mendekati wajah savana sambil memainkan pisau ditangannya.
Air mata savana bercucuran. Tangisan yang sangat pilu dan sejujurnya siapapun yang melihatnya takkan tahan untuk menyelamatkannya. Namun, siapa pula yang ingin berurusan dengan archer.
'Tolong! Jangan bunuh aku!.. Hiks..hiks... Archer... Aku pengen ngerasain hidup bebas lebih lama'batin savana sambil mencengkram tangan arhes yang menahan wajahnya.
~
Savana tanpa sadar mendorong arhes menjauh darinya dan membuka matanya. Ia ikut terkejut akan apa yang dilakukannya.
Archer yang bingung hanya memiringkan kepalanya.
Savana berdiri dan diam sejenak. Lalu pergi meninggalkan archer yang kebingungan sendiri.
Ceklek..
Mors keluar dari kamar mandi.
"Lho? Udahan?"Ucap mors santai.
"Apanya yang udahan?!"Ucap archer membalas 'pikiran kotor' mors dengan bantal rumah sakit.
BUKK!
Archer bangun dari duduknya. Karena dorongan yang mengagetkan archer, ia tak sempat untuk menahan keseimbangan dan jatuh terduduk.
Seseorang masuk kedalam ruangan.
"Masih hidup ternyata.. Aku khawatir--"
"Gausah khawatir ama gua.. Gabutuh! Hentiin akting lo yang seakan-akan bokap gue..Ck"Ucap archer kembali ke kasur rumah sakitnya. Dan juga mors yang kembali ke kasurnya.
"Hh...Aku khawatir soal kasus yang kalian berdua lakukan bukan khawatir tentangmu"
"..."
"Hh.. Ekhem.. Jadi? Ada apa lo kesini?"Ucap Archer menghilangkan rasa malunya
"Ada sidang besok di mahkamah.."Ucap Zegas
"Iya terus?"Ucap archer santai
"Kamu diundang sebagai korban sekaligus saksi.."
"Lewat?"Ucap archer
"Vidcall(Archer mengangguk paham).. Kamu ga akan jujur ke mereka kan?"Ucap Zegas. Yaa karena archer sekalipun psychopath kejam. Archer entah kenapa sangat jujur.
Archer melirik Zegas sinis dan dingin.
"Oke.. Terserah kamu.."
Arhes menetralkan kembali ekspresi dinginnya. Ia meraih telfonnya.
Seorang pengantar pizza masuk ke dalam ruangan.
"Kamu beli pizza?"Ucap Zegas kaget.
"Iya kenapa?"Ucap archer.
"Kamu bisa dicurigai sama mereka.."Ucap Zegas.
"Bodoamat.."Ucap archer yang santai menerima pizza'nya.
"Gue yang moza"Ucap mors yang terbangun karena pizza yang daritadi mereka tunggu akhirnya datang. Keduanya memakan pizza itu dengan santai.
"Eh! Lo jangan pergi.. Maen game ama gw dulu.. klo nolak ampe rumah tinggal nama lo.."Ucap archer pada sang pengantar pizza.
Zegas menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Yaa.. Walaupun ia memiliki archer yang merupakan killer paling berbahaya.namun tetap saja anak keras kepala seperti archer tidak mungkin ia taklukkan. Lagipula ia juga tetap membutuhkan archer. (Uang tentunya)
Setelah Zegas pergi, Dion melepas baju seragam pizza itu dan duduk di kasur milik archer.
"Ngapain lo tadi mau pergi?"Ucap mors
"Gue kira lo lagi di interogasi polisi.."Ucap dion
"Ngomong-ngomong, Lo kok malah beliin pizza?"Ucap Archer
"Suruh mors.."Ucap dion polos.
Arhes melirik sinis mors yang sedang enak menikmati pizza rasa mozarella'nya.
'Partner berasa babu keknya si Dion'-Batin Archer
"Sidangnya besok"Ucap archer mengalihkan pandangannya
"Iya gue denger tadi.. Gue udah siap sama semuanya.. Gue juga udah minta kepercayaan nyokap gue buat analisis peluru dan ngelakuin investigasi duluan sebelum dari pihak berwajib dateng. Dan clean! Ga ada apapun..Kalian keren banget.."Ucap dion.
Jujur saja Dion tak percaya, ia menyuruh para kepercayaan ibu'nya untuk memastikan apabila ada bukti ia akan menghapus bukti itu. Namun ini tidak ada. Ia benar benar tak terfikir bisa bergabung dengan dua psycopath hebat seperti mereka.
Esoknya Di Gedung Mahkamah..
Terjadi keributan mendadak di mahkamah. Jika bertanya ini ulah siapa. Yaa.. Siapa lagi kalau bukan archer.
"Tolong bekerja sama dengan kami, Archer.. Jangan membuatnya menjadi sulit.. Memangnya kenapa kalau kita melakukannya terbuka?"Ucap salah satu petugas.
"Kalau kalian gamau, Gausah ambil persaksian dari gue.. Bisa dari dia.. Kalo lo pada bisa.."Ucap archer melirik mors yang malah bermain game ditangannya. Walaupun agak susah karena tangannya di infus.
"i'll do it, If he do.."Jawab mors singkat.
Kembali lagi para wartawan dan petugas menghela nafas lelah membujuk archer dan mors. Yang satu tak ada sopan santun sedangkan yang satu hanya mengikuti satunya.
Ceklek..
Seorang lelaki berpakaian rapih layaknya pengacara datang ke ruang archer dan mors. Ia adalah perwakilan dari mahkamah yang datang karena kesal dengan kelakuan archer yang meributkan mahkamah. Orang-orang menyebutkan bahwa ia akan menjadi hakim agung berikutnya walaupun umurnya terpaut muda yaitu 28 tahun. Namanya Alex Gracio Adskhan.
"Dr. Alex.."Ucap yang lain menyadari kehadirannya.
Alex berjalan kesal menghadap archer yang tiduran di kasur tanpa malu. Padahal kini ia sedang ada didepan para wartawan alias didepan banyak orang. Kenapa ia begitu tidak sopan?.
"Jadilah sopan dan ikuti pengadilan dengan baik, Mr. Orlando.."
Aura mengerikan muncul dari tatapan dan omongan Alex. Yahh.. Semua merasakannya kecuali archer dan mors yang nampak santai saja.
"Jadilah sopan dan ikuti pengadilan dengan baik, Mr. Adskhan.. Siapapun yang melihat kita pasti berfikir kalau saya melakukan hal yang paling tidak sopan.. Hentiin akting sok bijaksana lo, Lulusan LSE.."Ucap archer memandang sinis alex.
"Nampaknya anda sudah tahu saya siapa.. Tapi tolong tuan.. Jadikanlah sidang ini cepat selesai.. Dan saya juga tidak bisa bertindak diluar kendali jika anda masih seorang pasien,saksi,sekaligus korban.."Ucap alex
"Jadi lo ngajak berantem pas gue udah sembuh?"Ucap archer menatap Alex dengan pandangan menantangnya begitu juga dengan Alex
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Waiting for the next part.