"Matikann!" Nier berteriak karena ledakan itu hampir membuatnya mati konyol.
Api pada Dark Stove padam dan terlihat dapur itu sudah sangat berantakan, untung saja rumah tetua Orcoz tidak hancur.
Seluruh isi panci itu menghilang dan isinya tersebar kemana mana tetapi Dark Pan masih terlihat sangat kokoh, Nier memperhatikan sekelilingnya dan dia melihat Lucia ditutupi berbagai daging dan sayur.
"Hahaha..., ada apa denganmu Lucia sudah kubilang untuk berhati hati." Nier tertawa kencang melihat Lucia yang anggun kini terlihat berantakan.
"Pfft, apa yang kamu tertawakan lihat dirimu sendiri dulu!" Lucia terlihat menahan suara tawanya.
Mendengar itu Nier tidak melihat apa apa selain daging dan beberapa sayur di tubuhnya lalu dia membersihkannya dengan mudah.
Mereka berdua mulai membereskan kekacauan yang Nier buat, selagi membersihkan Nier juga membuat sup lagi agar waktu tidak terbuang sia sia.
Nier melihat Lucia yang masih tertawa melihat dirinya, dia bingung lalu melirik tubuhnya yang masih terlihat rapih dan bersih.
'Mungkin dia teringat kejadian yang tadi.' Nier berpikir.
Nier kembali duduk disebelah Lucia dan kembali berbicara.
"Kurasa api komporku sudah cukup untuk melakukan blacksmith." Nier berkata.
"Itu lebih dari cukup, dan apa apaan api kompormu itu bukankah senjatamu terlalu kuat?" Lucia bertanya.
"Apa?, ini semua hanya peralatan memasak dan jika dibandingkan dengan senjatamu ini bahkan tidak sebanding." Nier berkata.
Salib besar di punggung Lucia adalah senjata yang sangat kuat, bukan hanya kerusakannya yang tinggi jika salib itu di tancapkan ke tanah maka Lucia akan mendapatkan buff 50% dari statusnya saat ini.
Untuk mendapatkan buff itu Lucia harus berjarak 10 meter dari salib yang ditancapkan, tetapi skill ini memiliki kelemahan yaitu dia tidak akan berguna melawan musuh bertipe long range dan tipe kecepatan yang sering melarikan diri.
"Tidak, kompor ini bisa dijadikan jebakan yang hebat." Lucia berkata.
"Yahh, sepertinya begitu tetapi bukankah itu tidak sesuai dengan cara bertarung kita selama ini?" Nier berkata.
Lucia mengangguk lalu berkata,
"Kamu benar, bertarung menggunakan pedang lebih seru dari pada menggunakan trik seperti itu, tetapi setidaknya kita mempunyai beberapa kartu truff untuk dikeluarkan."
Nier membayangkan dirinya melempar Dark Stove pada musuhnya tapi segera menggelengkan kepalanya, itu mungkin bisa dia lakukan jika STRnya sudah mencapai 100 point. Dengan statusnya saat ini dia hanya bisa mengangkat Dark Stove beberapa cm dari tanah.
Dark Stove terlihat seperti piring dan ada 10 lubang api yang berada di atasnya.
Jika Dark Stove diperbesar 10 Meter maka lubang api itu akan menjadi kompor yang bisa digunakan untuk memasak.
"Lucia, sepertinya sebentar lagi aku akan logout." Nier berkata.
"Apa kamu ada aktifitas lain?" Lucia bertanya.
"Aku hanya ingin berlari, tidak baik untuk tubuhku jika terus bermain game." Nier berkata.
"Ohh..., ternyata kamu sama sepertiku." Lucia berkata.
Nier hanya tersenyum, dia sudah tahu bahwa Lucia setidaknya bisa menggunakan beladiri, karena dia tidak kesusahan sama sekali ketika melawan monster tanpa skill miliknya.
"Mari kita logout dulu dan kembali pada siang hari." Nier berkata.
Lucia hanya mengangguk lalu bertanya,
"Berapa daging lagi yang dibutuhkan?"
"Sekitar 200, dan itu akan selesai dalam beberapa jam." Nier berkata.
Tiba tiba cahaya putih bersinar dalam ruangan, dan sesosok manusia terlihat setelah cahaya itu menghilang.
Dia adalah Yue yang tadi pergi logout selama beberapa jam dan sekarang telah kembali ke dalam permainan.
Yue melihat sekitarnya dan tertawa dengan melihat ke arah Nier.
"Hahaha, ada apa dengan wajah bodohmu itu Nier." Yue berkata sambil tertawa.
Nier bingung dan melihat ke arah Lucia yang terlihat sedikit tertawa.
'Mereka mencurigakan' Nier berlari ke dalam rumah Orcoz dan melihat cermin.
Nier mengekerutkan keningnya, wajah tampannya kini telah menghitam dan kusam akibat ledakan tadi. Pantas saja mereka berdua tertawa melihat tampilan Nier yang aneh.
Dia dengan cepat membasuh wajahnya selama beberapa menit dan akhirnya tidak ada noda lagi di wajahnya yang tampan.
"Pantas saja Lucia dari tadi menertawakanku ternyata karena ini." Nier berkata lalu kembali ke dapur.
"Yue, kami berdua akan logout untuk sedikit berolahraga bagaimana denganmu?" Nier bertanya.
Wajah Yue terlihat terkejut.
"Sebenarnya aku juga ingin memberitahukan kepada kalian kalau hari ini aku tidak bisa login sampai malam hari nanti." Yue berkata.
"Ohh, baiklah kami akan logout." Nier berkata lalu dia dan Lucia mulai berubah menjadi partikel putih.
Yue ditinggal sendirian di dalam ruangan itu, wajahnya terlihat sedih. Dia berbohong ketika dia mengatakan tidak dapat login di siang hari tetapi karena tidak ingin memberatkan mereka berdua dia hanya bisa berbohong agar tidak menjadi beban.
Yue adalah orang yang seperti itu, dia lebih mementingkan temannya dari pada dirinya sendiri. Setelah beberapa menit di dalam ruangan itu Yue akhirnya logout.
* * *
Rein bangun dan mengganti pakaiannya untuk bersiap untuk berlari, pagi ini udaranya sangat dingin dan rasa malasnya mulai menumpuk.
Dia berjalan keluar kamarnya dan melihat Remi yang sedang menonton tv.
"Apa yang sedang kamu lakukan di pagi hari yang sangat dingin ini Remi?" Rein bertanya.
Remi terkejut dengan suara yang tiba tiba terdengar dari belakangnya, lalu dia melihat Rein yang sedang meregangkan tubuhnya dengan santai.
"Tidak, aku hanya menonton channel Exaworld tetapi aku sedikit bingung dengan channel ini, mereka tidak memberitahu cara pemula memainkan permainan ini dan hanya membahas tentang para pro player yang bermain mengalahkan boss." Remi menggembungkan pipinya.
"Ohh, kenapa tidak mencari tahu sendiri ketika berada di dalamnya? Bukankah itu lebih menarik?" Rein berkata.
"Kamu benar, tetapi mana peralatanku?" Remi bertanya.
"Hei ini baru saja sehari, tunggulah beberapa hari lagi." Rein berkata.
"Lihat?, bagaimana aku harus memainkannya." Remi menggembungkan pipinya lagi.
"Bersabarlah ok?, aku ingin berlari sebentar." Rein berkata lalu mulai berlari meninggalkannya.
* * *
Di kampus Rein kembali berkuliah, suasana kampus masih seperti biasa dan tidak ada yang berubah. Semua mahasiswa disini rata rata bermain Exaworld Online jadi tidak heran jika mendengar mereka saling berbicara tentang game itu. Bahkan kampus ini mempunyai guildnya sendiri.
Rata rata mereka bermain game hanya untuk hiburan dan bersenang senang, tidak seperti Rein yang ingin mengikuti turnamen internasional. Tetapi ada juga beberapa orang yang mengikuti turnamen nasional, contohnya Rudi dan guildnya.
Rein memasuki kelas dan melihat Rudi yang sedang berbicara dengan dua orang temannya yang juga berada dalam satu guild dengannya.
Mereka bernama Andy dan Ferdi, mereka bertiga terlihat begitu asik berbicara sampai tidak memperhatikan Rein yang berada di sebelahnya.
Andy yang mempunyai rambut keriting akhirnya menyadari kehadiran Rein lalu mulai berbicara.
"Yo koki, bagaimana kabarmu?" Andy berkata sambil menggoda Rein.
Ketika dia berbicara, Ferdi dan Rudi segera melihat Rein yang sudah berada di sebelahnya.
Rein tidak terlalu mempermasalahkan kata kata Andy karena dia telah terbiasa.
"Seperti biasanya, hei apakah kalian memiliki info tentang blacksmith?" Rein bertanya.
"Blacksmith ya..., Blacksmith sangat populer saat ini tetapi mereka hanya menghasilkan item normal." Ferdi berkata.
"Jadi sekarang kau ingin mengambil skill blacksmith?" Rudi bertanya.
"Begitulah, aku hanya ingin menghabiskan waktuku dengan sesuatu yang bermanfaat ketika memasak." Rein berkata.
"Menurut info dariku kau harus membuat 1 pedang normal untuk mendapatkan skillnya, dan pastikan kau membawa banyak bijih besi." Rudi berkata, dia adalah pro player jadi wajar saja dia mengetahuinya.
Andy menggelengkan kepalanya lalu berbicara.
"Sudah 7 bulan game ini dirilis tetapi hanya dua pemain yang dapat membuat item tingkat epic, tingkat keberhasilan blacksmith itu sangat gila."
"Apa kau yakin ingin mempelajari skill itu? Jangan bilang kau sudah melupakan nama panggilanmu?" Ferdi juga berbicara.
"Sialan kalian berdua, jangan menakutiku!" Rein terlihat masam, dia tahu keberuntungannya sangat rendah bahkan drop item yang dia dapatkan ketika membunuh monster sangat sedikit.
"Tidak apa apa, blacksmith tidak 100% tentang keberuntungan tetapi 99% tentang teknik. Cobalah jika kau bisa menemukan tekniknya maka tingkat keberhasilan juga akan naik." Rudi berkata.
"Lihat, itulah yang dinamakan teman." Rein berkata dan tertawa.
Lalu mereka berempat tertawa bersamaan.
"Tadi apa yang kalian bicarakan sampai sampai tidak melihat orang tampan ini lewat." Rein bertanya.
"Cih, kami membicarakan tentang turnamen nasional, kau tahu dua hari lagi akan ada pertemuan para top guild dan pro player." Andy menjelaskan.
Rein menganggukkan kepalanya, tentu saja dia tahu karena dia akan mengikuti acara itu.
"Jadi apa yang spesial tentang hal ini?" Rein bertanya.
"Apa yang spesial? hehe, kau tahu? Kami akan mengikuti acara itu, dan mereka mengatakan 10 top guild asal indonesia akan merekrut beberapa orang disana." Andy berkata.
Wajar saja jika banyak orang ingin bergabung dengan top guild, mereka bermain untuk digaji.
Untuk memasuk top guild sendiri sangat susah dan bahkan harus mengorbankan banyak waktu, tetapi gajinya jangan dipertanyakan itu bahkan mencapai ratusan juta per bulan!
Tetapi Rein saat ini tidak tertarik, dari pada dia menjadi budak dengan membuat masakan, lebih baik dia berparty dengan Lucia dan berpetualang bersamanya.
Rein tersenyum ketika mengingat dia bisa memasak 50 daging dalam 30 menit dan itu sama saja dengan 500.000 rupiah dalam 30 menit!
"Jadi kalian ingin bergabung dengan top guild?" Rein bertanya.
Mereka bertiga menyeringai
"Tentu saja, hanya orang bodoh yang tidak mau." Ferdi berkata.
Rein menggelengkan kepalanya ketika mendengar itu.
"Ngomong ngomong kapan kita bertemu di dalam game? Sudah sebulan aku bermain tapi masih saja belum bertemu kalian." Rein berkata.
"Heh lihat koki ini, setidaknya datang ke ibukota untuk menemui kami." Andy berkata.
"Harusnya kau sudah berlevel 30 dalam sebulan, pertama pergilah ke dungeon dan perbaiki equipmu lalu pergilah ke ibukota." Rudi berkata.
Dungeon yang dibicarakan Rudi adalah dungeon berlevel 30, itu adalah dungeon terendah yang ada pada saat ini.
Saat ini di setiap kerajaan terdapat dungeon berlevel 30, 50, dan 100. Dungeon dengan level yang lebih tinggi masih belum ditemukan.
Rein mengangguk dan bertanya.
"Bukankah dungeon itu penuh dengan golem?"
Rudi mengangguk dan berkata.
"Dungeon itu penuh dengan golem berlevel 40 dan memiliki 1 golem berlevel 50."
"Bukankah itu sedikit sulit untuk levelku saat ini?" Rein bertanya.
"Dungeon ini hanya bisa dimasuki dengan level 30 sampai 40, dan maksimal anggota party berjumlah 5 orang. Dungeon ini juga memiliki 3 pilihan yaitu party yang beranggotakan 5 orang, duo, dan solo." Rudi menjelaskan.
"Bahkan ada solo?, apakah ada yang bisa membersihkan solo dungeon?" Rein bertanya dengan penasaran.
"Tentu saja, 10 top ranker adalah salah satunya." Andy berkata.
"Bagaimana dengan kalian?" Rein bertanya.
"Aku bisa membersihkan duo dungeon dengan temanku, sedangkan mereka berdua membersihkannya dengan party." Rudi berkata dengan percaya diri.
Andy dan Ferdi hanya tersenyum masam mendengar itu dan tidak berkata kata.
"Hehe, liat saja nanti aku dan pacarku akan membersihkan dungeon itu berdua." Rein berkata.
Mereka bertiga yang mendengar itu sangat terkejut, sejak kapan seorang seperti Rein yang selalu diam tiba tiba mendapatkan pacar.
"Tidak mungkin, sejak kapan kau mendapatkan pacar!?"
"Dia pasti sedang berkhayal."
"Tidak tidak, mari kita antarkan dia ke rumah sakit jiwa."
Mereka bertiga saling berdebat tentangnya dan Rein tersenyum, empat orang disini adalah laki laki yang tidak pernah memiliki pacar selama mereka hidup jadi wajar saja jika mereka tidak mempercayai ucapan Rein.
"Yahh, lihat saja nanti." Rein berkata.