webnovel

The Guardian : Tale of a legend

Pemuda itu Berlari meninggalkan Kota, setelah bangun dari tidurnya bersama dengan orang-orang yang bingung akan dimana mereka berada sekarang. Hanya untuk mengetahui kenyataan bahwa mereka sudah tidak berada di dunia mereka dulu. Namun, ia tidak putus asa seperti mereka, dan akhirnya memutuskan untuk menjalani hidup baru di tempat itu. Dimana ia akan merasakan amarah, kesenangan dan kebahagiaan, kesedihan dan kebencian, serta kesulitan dan pengorbanan dalam hidup barunya itu, agar bisa melepas kekangan masa lalunya. Dan yang paling penting, Apa keputusannya nanti disaat ia dihadapkan dengan cobaan itu? disaat ia, harus dihadapkan antara pengorbanan dan kedamaian.

Kainen · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
7 Chs

Rain, Before Sunrise

~  Izayoi berjalan menysuri jalan yang pertama kali ia lalui. Namun, perasaannya saat melaluinya kali ini bukanlah senang, melainkan perasaan was-was akan sesuatu yang buruk datang kepadanya. Pandangannya menghadap ke segala arah, kaki dan tangannya mengeras bersiap siaga, sambil berjalan lurus.                                                                                                    "Phoo...", Sudah beberapa kali ia menghembuskan nafasnya seperti itu. Mencoba untuk menurunkan detak jantungnya yang berdetak terlalu cepat. Tetapi, belum selesai ia menenangkan diri, apa yang menjadi kekhawatirannya muncul. Dari kejauhan, datang segerombolan serigala berbulu cokelat berlari mendatangi Izayoi.                                                      "Cih!", Spontan, ia menghunuskan kedua senjatanya dan langsung memasang posisi kuda-kuda bertarung.                                                                                                                                   "HAAA!!!", Berlari dengan posisi tangan kanan yang memegang belati melindungi dada dan tangan kiri yang menyeret pedang. Layar Hologram muncul di atas masing-masing serigala itu.

[Hound(Lv.15)]

            Oh!,jauh sekali perbedaannya!                                                                                                  Pertarungan pun terjadi. Salah satu dari Hound itu langsung menerjang Izayoi, namun ia telah menduganya, dan di saat itu ia langsung melemparkan belatinya, mengenai tepat pada kepala Hound itu. Alhasil, Hound itu pun terlempar kembali kebelakang dan menindih kawanannya. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Izayoi langsung maju dan menebas gerombolan itu. Belati yang tertancap tadi ikut tertebas, tercabut dari kepala Hound itu, melayang dihadapannya, dan ditangkap langsung olehnya, Izayoi pun melompat mundur dan kembali memasang posisi kuda-kuda, karena,                                                                                       "Heh, Belum mati,ya?.....", Ucapnya dengan bibir sedikit terangkat. Para Hound itu berdiri kembali, walau beberapa diantaranya terkena tebasan oleh Izayoi tadi.

[GRRRR!]

           Izayoi tidak bergerak, namun matanya melirik ke setiap Hound yang ada dihadapannya, satu persatu.

            Satu, dua, tiga,...Lima,....Delapan dengan yang mati tadi                                                   Untuk beberapa saat, tidak ada dari mereka yang bergerak sedikitpun.                                        "Hmph,...", Izayoi tiba-tiba mengernyitkan matanya, sesuatu didalam benaknya, pikirannya, membuatnya, "AYO!, Maju kalian semua!, akan kuhadapi kalian berapa banyakpun kalian!", Berteriak kencang, menantang para Hound yang menjawab dengan aungan keras. Pertarungan sekali lagi terjadi.                                                                                                       

            YA!, Apapun jawabannya, saat ini adalah kenyataannya! dan akan kulawan!, harus kulawan!, HARUS!                                                                                                                          Berputar, menebas, menusuk, melompat, Izayoi melawan sekuat tenaga dengan ekspresi membara berapi-api. Menggigit, mencakar, menerkam, Para Hound itu juga membuat perlawanan yang tidak kalah sengit.

            Masih kurang!. Lagi!, Lagi!, LAGI! MASIH KURANG! BELUM!                           

~       "......"                                                                                                                                                    Akhirnya, pertarungan berakhir. Izayoi terdiam, berdiri ditengah-tengah mayat Serigala Hound, di selimuti darah. Darahnya yang keluar akibat gigitan dan cakaran Hound bercampur darah Hound itu sendiri, memenuhi hampir seluruh pakaian dan senjatanya. Pandangan dari tadi menghadap ke atas, melamun ke arah langit.

     Bukannya,......Matahari belum terbenam penuh?,....Ah, harinya,..... mendung,.... ya.....                                                                                                                                                        Izayoi menutup matanya perlahan, menurunkan pandangannya, dan terdiam kembali. Sesuatu merasuki dirinya, membuat tubuhnya merinding, dan membuka matanya dengan penuh amarah dan kebencian. Ia mencabut belatinya yang tertancap di antara Hound dan kembali berjalan.

                                                                                                  Jangan kau bersantai!                                Ia tiba-tiba berlari, dan tidak lama kemudian, jauh dihadapannya datang seekor Serigala yang melaju ke arahnya, namun kali ini, mahkluk itu memiliki tubuh yang beberapa kali lebih besar dari serigala-serigala tadi dan bebulu merah gelap, matanya bepupil hitam mengkilat, serta terdapat satu tanduk runcing panjang berwarna hitam kemerahan di kepalanya. Mahkluk itu juga seperti memiliki nafas api yang keluar dari mulutnya.

[Hell Hound Lv.25]                                                                                                                               ~Magic Beast~

            Magic Beast!?, apa yang harus kulakukan!?                                                                                                                                                                                                Lawan!                       

            Aku tidak bisa melawannya!, tidak dalam keadaan ini!                                                                                                                                                                   

                                     Lawan!, Lewati batasmu! Jika kau mundur maka selesai sudah!

            Pikirannya seperti sedang dalam perkelahian, langkah dalam larinya terus melaju dan melambat, dan ia harus memutuskan secepatnya, karena lawannya tidak akan melambat sedikitpun untuk menyerangnya.

~  Di saat itu, tiba-tiba sesuatu terlintas dipikirannya. Suatu hal itu membuat apa yang ada didalam pikirannya itu menjadi lurus, membuat langkahnya, larinya, semakin cepat dari sebelumnya.

            Benar!, inilah yang kuinginkan!, inilah permohonanku!                                                            Ia mengigit belatinya dan memegang pedang dengan kedua tangannya, mengangkatnya setinggi matanya. Membidik Hell Hound itu dan bersiap untuk membunuhnya dalam sekali serangan. Hell Hound itu pun membuka lebar mulutnya, bersiap untuk menghanguskan Izayoi.

            Saat ini, inilah kenyataan!, walaupun Dunia ini adalah sebuah 'Permainan'! atau apapun itu!, Akan kuhadapi! Semuanya!                                                                                             Pedang Izayoi tiba-tiba mengeluarkan sinar hijjau keputihan di ujung mata bilahnya.             "HOOOAAAA!!!", ia mendorong pedangnya sekuat tenaga, menusuk Hell Hound itu dari kejauhan. Dan disaat itu, ujung pedangnya mengeluarkan semacam pusaran angin, langkahnya seperti peluru yang melesat, dan membelah rata Hell Hound yang sudah ada dibelakangnya itu. Ia mengambil Belati yang dimulutnya dan menyimpannya kembali. Sebuah Hologram muncul dibelakangnya, namun Izayoi malah berlari kedepan, dimana dari kejauhan menunggu segerombolan Hell Hound. Ia berlari sekencang-kencangnya, seakan ingin bunuh diri.      

            Inilah janjiku!, Inilah jalanku!, Inilah takdirku!                                                                       "AYO!, berikan semua yang kau punya!, keluarkan semua yang ada!, 'Takdir'! Akan kulawan dan akan kukalahkan semuanya!!!", Para Hell Hound itu langsung menyerbunya dengan cepat. Izayoi mengayunkan Pedangnya ke belakang, berlari lebih cepat, dan disaat ia merasa sudah cukup dekat dengan Para 'Monster' yang siap menyemburkan api, ia melompat dengan Pedang yang sudah membidik mereka, mengeluarkan sinar merah pekat yang memenuhi bilahnya.                                                                                                                                         "OOOAAAAAA!!!", Izayoi sudah memutuskan, ia akan mengikuti jalannya, janjinya, takdirnya, dan ia sudah bulat untuk tidak mundur lagi dari semua itu.

                                                                        ***

~  Teriakan dan Lolongan menggema di langit angkasa, hingga seseorang, orang-orang, disuatu tempat, dikejauhan, dapat mendengarnya.                                                                                      "Kakak,.....Apa itu?,....", Seorang anak kecil perempuan bertanya kepada kakak laki-lakinya.                                                                                                                                                         "Aku juga tidak tau. Kita harap saja semoga tidak akan terjadi suatu hal yang buruk", Jawab kakaknya dengan ketakutan.                                                                                                                                                                        *                                                                                      "Hey,...Kau dengar itu?"                                                                                                      "Ya,... Aku harap tak terjadi sesuatu yang mengerikan di luar sana"                                             "Aku juga sama, semoga tidak ada orang bodoh dari kita yang berani keluar dari Kota di waktu seperti ini.....", Sekelompok remaja berbincang dengan sedikit perasaan cemas akan suara yang membumbung di langit itu.                                                                                                          Semua orang mencemaskan suara menggelegar itu, di suatu Kota Besar berpenghunikan hanya sedikit orang yang tidak mengenali sekitarnya.

            Izayoi,.... Tidak, aku yakin,.....                                                                                         Craine, yang berada didalam tempat berteduhnya, dibalik jendela, memandangi langit, dengan kekhawatiran akan teman yang baru saja ia dapati beberapa waktu lalu.                                        Semua orang disana mulai masuk kedalam 'Rumah' mereka masing-masing, dibalik dinding-dinding tinggi dan menara menjulang Valtenheim. Dalam suasana 'tenang' yang sunyi, dibawah langit kelabu mendung yang mulai meneteskan air.

                                                                      ***

~   "Nak,... Kami berharap banyak padamu....."                                                                            ***                                                                                                                                              "Apa maksudmu!? Aku sudah muak denganmu!"                                                                   "Baiklah,...Baiklah!, kalau kau berani, pergi saja dari sini!"                                                         "Oh,....Jadi begitu,....Baiklah,.....Akan ku ikuti ucapanmu..."                                                   *                                                                                                                                                  "Ini, semua,... Tidak akan terjadi jika kau memenuhi harapan kami!"                                    

Ah, sial,... Lagi-lagi Drama sampah ini...

            ***                                                                                                                                             "Oi!,[],...Mau ikut kami?, aku yakin kau-"                                                                                      *                                                                                                                                                  "Uh, bagaimana ya,....Sepertinya kami kurang cocok denganmu, kami kira kau,...jadi-"

Ya,....Pergi sana jauh-jauh, lagipula aku tidak memerlukan kalian.......

            ***                                                                                                                                             "Hey,...Boleh kenalan?,...."

Oh, astaga,...Si 'Gadis' lagi...

            *                                                                                                                                                  "Ahahaha, namamu agak lucu ya?, aku yakin kita akan akrab sekali dalam waktu dekat!"                                                                                                                                                      *                                                                                                                                                 "Um,[],.....Apa kau mau menemaniku hari ini?..."                                                                        *                                                                                                                                                  "...Begitu ya,...Oh, tidak apa, maafkan aku,.... Karena telah berharap banyak padamu,.... Selamat tinggal,[],..."

Oo,...Pergi sana,.......

            ***                                                                                                                                             "Dik, maaafkan kakak, aku harus pergi,....."

........                                                                                                                                                     ".....Terima kasih. Ingat, jika terjadi sesuatu, aku akan segera menghubungimu, oke?"

                                                                          ***

.........

                                                                           **

.......Haahhh,.....Ayolah, bangun dari mimpi sialan ini,.....

                                                                         ***

       ...Tapi,.....Apa,....Yang dapat kucari di kenyataan sampah itu?,...                     

            "Breng,...sek,....."

---

~   Tetesan-tetesan air yang dingin membuatnya tersadar. Tiarap, terkapar dipenuhi luka dan darah, memegang erat Pedang yang sudah rusak itu.                                                                                    "Ugh,...", Ia merasa sangat lemas, ingin pingsan, namun disaat yang bersamaan, sesuatu dalam dirinya memebuatnya tidak ingin melepaskan kesadarannya.                                                  "Sialan,....", Mulutnya terus menyumpah, namun badan, dan seluruh tubuhnya tidak bisa bergerak.

           Haahhh,...Setidaknya aku tidak kembali ke tempat sampah itu,....                                       Izayoi akhirnya kembali terdiam, dan memejamkan matanya, membiarkan tubuhnya dibasahi rintikan hujan lebat. Mendengarkan suara gemuruh langit yang sudah gelap, didalam sunyi hutan, yang entah dimana tempat itu berada.

Beberapa saat berlalu, akhirnya seluruh tubuhnya mulai dapat bergerak, dan ia pun langsung beranjak duduk.                                                                                                                            "Haa,.....Huuh,...", Ia mengangkat pandangannya ke atas, "Yang benar saja, Bagaimana Rumah besar seperti ini berada di tengah hutan seperti ini?", Tepat dihadapannya, berdiri sebuah Rumah besar kayu bertingkat yang kelihatan tidak berpenghuni. Izayoi mencoba berdiri, perlahan,                                                                                                                                            "Ugh,...Semua,..Semuanya penat!", Berjalan, menuju pintu masuk rumah itu, dan mendapatinya, dalam keadaan terkunci.                                                                                                           "Cih!, terkunci segala,...", Izayoi bingung, bingung dengan suatu hal yang normal seperti ini. Ia akhirnya berjalan meninggalkan rumah itu. Namun,

[ORAAA!!!]

Izayoi kembali dan berlari kencang, lurus menuju pintu, dan menendangnya hingga terbuka. Ia pun akhirnya telah berada di dalam rumah itu, dengan keadaan sakit ang bertambah.                                    "Aitaitaitaitai!,....", Rintihnya kesakitan, "Yang benar saja!", Izayoi mencoba berdiri kembali, dan menutup pintu. Anehnya, tidak ada bekas rusak akibat tendangannya tadi dan pintu itu berfungsi seperti sedia kala, ia pun menguncinya kembali.

            Pintu ini tak memiliki lubang kunci, tapi ada kunci tambahannya dari dalam rumah?,....                                                                                                                                                Pintu itu hanya memiliki kunci yang hanya bisa dibuka lewat dalam rumah, dan Izayoi tidak bisa membukanya karena terkunci dari dalam. Maka,                                                   

            Apa ada orang disini!?                                                                                                              Ia langsung berbalik, dan bersiap siaga, menunggu kemunculan penghuni rumah. Tetapi, setelah selang waktu singkat, tetap tidak ada seseorang atau sesuatu pun yang muncul.                                    "Hahh,.....", Ia akhirnya kembali berdiri santai, "Aku seperti orang bodoh,...", melihat ke sekeliling ruangan yang gelap itu. Yang hanya dapat dilihatnya hanya sebuah Sofa yang tidak jauh darinya dan sebuah Perapian kecil yang ada dihadapan sofa itu. Tanpa pikir panjang, Izayoi mendatangi sofa itu, melepaskan perlengkapan bertarungnya yang sudah tidak layak pakai itu, dan langsung duduk di sofa.                                                                                                               "Ukh,..Agh,...", Izayoi melepaskan bajunya yang sobek itu, dan terlihat luka cakar dari para monster yang ia lawan. Walau luka yang didapatinya tidak dalam, namun rasa sakit yang dialaminya seperti terkena tebasan senjata.                                                                                                   "Untung hanya seini saja lukanya,....", Kemudian, Izayoi membuka lagi Hologram lingkaran dan membuka bagian tempat penimpanan barang-barangnya, "Sekarang, dimana benda itu tersimpan,....", Ia menggeser daftar barang hingga akhirnya menemukan sebuah barang bernama 'Red Gem'.                                                                                                                 "Ini dia", Ia pun mengkliknya, dan munculah sebuah batu permata yang bersinar merah redup, "Ayo kita lihat, apakah cara kerjanya sama dengan di buku panduan itu,...", Izayoi melemparkan permata itu ke perapian dan mendarat diatas tumpukan kayu yang ada didalamnya.                     

            Beberapa detik berlalu, dan tiba-tiba, permata itu menyala, mengeluarkan api dan membakar kayu, menghidupkan perapian, dan membuat terang ruangan yang ada disana.                         "Hmph,...", Ternyata, ruangan yang ia tempati memiliki suasana antik dan klasik. Dinding kayu coklat ek dengan jam dinding yang tergantung diatas perapian, meja kayu panjang kecil yang ada dihadapan sofa yang polos namun kelihatan berkelas, ditambah ukiran perapian yang memiliki keunikan tersendiri. Dibelakangnya, terdapat sebuah tangga kayu berpagar yang menuju ke lantai atas, dan dikirinya terdapat ruang makan beserta dapur.                                       "Sepertinya, lagi-lagi aku menemukan sesuatu yang mantap", Ucapnya sambil tersenyum, "Ugh,bau,...", Ia mengendus bau badannya sendiri, dan ia berbau seperti binatang.                         "Aku penasaran, apa ada kamar mandi disini?,...", Izayoi lalu berjalan menuju ruang makan, dan prediksinya tepat. Dari kanan ruang makan, ada sebuah wastafel yang disampingnya terdapat ruang kamar mandi. Ia pun langsung masuk kedalam.           

            Ah, aku lupa. Disini tak ada lampu,.....                                                                                 Ia mulai melepas sisa pakaiannya tanpa menutup pintu terlebih dahulu, "Tidak ada penghuninya juga,...'kan?", Izayoi menciduk air yang ada di dalam bak dan mulai membasahi tubuhnya.

~   Beberapa waktu berlalu, ia akhirnya keluar dari kamar mandi, mengenakan handuk yang ia temukan disana dan kembali duduk di atas sofa. Izayoi menatap ke arah perapian, melamun. Kemudian, melirik ke atas perapian, ke arah jam dinding yang kedua jarumnya mengarah ke angka sembilan.                                                                                                                                     "Huhh,...", Ia akhrinya merebahkan dirinya, mendengarkan suara gemuruh hujan yang tidak kunjung reda. Sambil mengingat kejadian yang barusaja ia lalui. Mulai dari terbangung di antah-berantah, mengetahui ia dan sejumlah orang lainnya berada di 'Dunia Lain', hingga bagaimana ia bisa sampai di tempat ia sekarang ini.                                                                                 "Hahhhhh,....", Ia menghembuskan nafas yang penjang, melepaskan pikirannya, "Lebih baik aku tidur. Lelah,...", Ia pun menutup matanya, mencoba untuk tidur. Dan mungkin, bersiap untuk 'Badai' yang akan datang kehadapannya nanti.