webnovel

Berita

Amy menekan panggilan cepat nomor 2.

Panggilan tersambung dengan Dio.

"Ada apa, My?" tanya Dio santai.

"Ka...kakak…" Amy hampir menangis.

Dio berdiri hingga kursinya terdorong dengan keras ke belakang. Orang-orang di ruang rapat memperhatikannya. Termasuk Dr. Yohan dan Direktur Rossan yang memimpin jalannya rapat. Yohan yang duduk di sampingnya berbisik pelan.

"Ada apa?"

Dio masih shock dan membisu sembari menggenggam erat ponsel yang ditempel di telinganya.

"Emm, apa ada yang salah?" tanya direktur dengan sopan.

"Maafkan aku," Dio tersadar lalu menunduk 180 derajat pada semua dokter yang berada di sana, ia lalu keluar dari ruang rapat dengan panik terburu-buru.

Setelah Dio keluar, Direktur memberi kode pada Yohan.

Yohan mengangguk paham. Ia lalu keluar menyusul Dio yang berlarian di koridor. Yohan berhasil menarik lengannya.

"Tunggu dulu! Jelaskan dulu keadaannya Dio!"

"Senior Yohan, Amy…Amy dalam bahaya!"

"Apa!"

Dio menunjukkan chat dan lokasi yang Amy share. Ia diberitahu bahwa sekarang dirinya ada di perusahaan mainan bernama Samo, untuk penjelasannya nanti saja.

"Seharusnya kemarin aku mencari tahu lebih dulu tentang perusahaan itu."

"Maksudmu?"

"Kita tidak punya waktu!"

"Baiklah."

Dio meninggalkan Yohan dan menelepon polisi, ia juga menghubungi Ardana.

"Om Ardana pasti tahu tentang perusahaan ini."

Sedang Yohan kembali ke ruang rapat dan memberitahu direktur. Ia berbisik di telinga direktur dengan pelan. Para anggota yang ikut rapat mulai bertanya-tanya dan ikut tidak tenang.

Direktur manggut-manggut. Ia lalu membuat pengumuman di depan anggota.

"Rapat kali ini kita tunda dahulu. Kita lanjutkan minggu depan."

Sekretaris perempuan yang berdiri di samping direktur membantunya berdiri dengan kesusahan meskipun memakai tongkat.

Sementara itu

Prang!

Brak!

Vas bunga pecah, cermin seukuran tubuh jatuh dan pecahannya berserakan, meja kecil dekat vas terbelah menjadi dua. Alfa makin panik. Mereka berdua mundur, namun bukannya menuju pintu malah ke arah sebaliknya. Kini mereka tersudut ke dinding.

"Kenapa dia jadi sekuat itu?"

"Itu karena dia kerasukan."

"Sudah masuk? Hantunya sudah menguasai tubuhnya?"

Amy mengangguk. Keduanya panik bukan main. Sedang manajer semakin membabi buta memecahkan seluruh perabot di ruangannya sendiri. Sekali-kali ia menggeram seperti singa, matanya merah dna terlihat seperti orang yang sedang dikendalikan.

"Apa yang harus kita lakukan?" Amy takut.

Manajer berjalan pelan mendekati mereka, namun pasti.

Alfa berbalik dan memeluk Amy.

Manajer mengangkat tongkatnya, dengan sekuat tenaga hendak memukulkannya ke mereka.

Keduanya menutup mata sembari meringis ngeri, Alfa semakin erat memeluk Amy, begitu pula Amy.

Bruk!

Tongkat golf itu menghantam punggung Alfa , Amy merasakan tubuh Alfa agak terdorong ke arahnya. Alfa menutupi kepala Amy agar tidak terkena pukulan.

"Alfa!"

"Jangan bergerak!" pinta Alfa. "Mereka pasti datang sebentar lagi."

Keduanya diam mematung.

Manajer mengangkat tongkatnya lagi, namun kali ini beberapa personil polisi datang dan meringkusnya. Dua polisi menghentikan manajer dan memegang lengannya. Manajer sadar dan menjatuhkan tongkat itu. Hantu hitam yang merasuki manajer hilang dan lenyap. Meski begitu ia memang tipe orang pemukul, manajer tidak merasa bersalah sama sekali.

Dio datang dengan anggota medis. Ia masuk dan mencari keberadaan adiknya. Di samping meja, Amy tengah berjongkok dan menangis. Dio panik lalu bergegas menghampirinya.

"Amy!"

"Kakak!"

Ternyata bukan Amy yang terluka, melainkan Alfa.

Dio mendapati Alfa pingsan dan adiknya yang menangis berusaha menyadarkan Alfa. Segera Dio meminta petugas medis membawa Alfa dan Amy.

Polisi menggiring manajer keluar. Keributan itu membuat keadaan kantor kacau, termasuk para pegawai yang keluar, seluruh bagian keamanan mendisiplinkan karyawan. Polisi menggerebek ruangan manajer itu dna menggeledah seluruh isi ruangannya termasuk dokumen yang telah sobek-sobek dan berceceran di lantai.

Setelah ditelusuri polisi dan semua nama yang tertera di dokumen itu ternyata memiliki riwayat yang hampir sama dengan manajer. Otoriter pada pegawai, pemecatan acak dan sewenang-wenang, pelecehan seksual dan korupsi. Tidak ada bukti bahwa terjadi pelecehan karena para petugas kendali cctv sengaja diperintahkan oleh para atasan jika melihat adegan tak senonoh segera untuk me-non-aktifkan kamera, karena itulah tidak ada jejak. Sampai akhirnya banyak pegawai wanita sukarela memberikan keterangan saksi setelah mendengar rekaman suara Amy dan manajer, termasuk saat di atap gedung.

Beberapa hari kemudian.

Amy dan Alfa tengah duduk santai di sofa sembari makan cemilan dan menonton berita terbaru yang masih hangat di televisi.

Perusahaan mainan Samo akhirnya diringkus dan diadakan penyelidikan lebih lanjut. Semua oknum ditangkap, diadakan pemeriksaan para pemilik saham dan petinggi lainnya, diadakan pemeliharaan pegawai, termasuk yang telah dipecat secara sepihak karena mereka melanggar kontrak pegawai dan undang-undang ketenagakerjaan. Mereka juga diselidiki atas beberapa pegawai yang meninggal akibat bunuh diri, namun masalah itu tak ditemukan bukti lanjut.

"Apa mereka benar bunuh diri?" tanya Alfa sembari makan snack. Ia menjulurkan kakinya ke depan meja.

"Tentu saja tidak. Hantu itu, hantu peliharaan yang membuatnya bunuh diri sebagai tumbal." Amy menjulurkan kakinya ke paha Alfa sambil minum susu kaleng.

"Ah benar-benar sial! Kita tidak menangkap hantu pesugihan itu."

"Setidaknya kita dapat 400 em." Amy menaikkan dua alisnya puas.

"Em? Milyar?"

"Tentu saja."

"Wah. Isi black card ternyata tidak main-main ya. Kau cerdas juga segera mencairkannya. Tapi bagaimana kau melakukannya?"

"Om Ardana."

"Ha? Paman mau melakukannya?"

"Tentu saja."

"Waaahh! Apa dia minta bagian?"

"Sebagai gantinya dia minta kita membagikannya ke keluarga yang kena PHK secara tidak adil."

"Apa paman kemarin juga termasuk."

"Iya. Aku tidak tahu, Om Dana yang melakukannya. Dia ahli masalah keuangan."

"Woy!" Alfa menurunkan kaki Amy dari pahanya.

"Apa!"

"Kenapa kau cuma beli snack dan cemilan murah huh? Asihh sialan kau!"

"Apa? Woi kau pikir siapa yang selalu mengumpulkan client miskin dan berakhir dengan bayaran kecil atau bahkan tidak sama sekali?!"

"Ehem!" Alfa berdehem. Ia berdiri melanjutkan. "Tapi kan…"

"Tapi apa?" Amy ikut berdiri seolah menantang.

"Bahkan kalau 400 em bukankah itu cukup untuk kita pensiunan?"

"Kau tidak dengar kalau aku membagikannya pada karyawan yang di PHK?"

"Tapi sisanya pasti masih banyak kan? Kau kemanakan uang itu?"

"Tentu saja masuk ke kas kita!"

"Jangan bilang kau gunakan untuk membeli barang-barang tidak berguna," Alfa menoleh ke sudut kamar apartemennya dan melihat dispenser elektrik terbaru dengan model super canggih.

"HA! Apa itu di sana!" Alfa menunjuk barang terbaru yang terpajang di sana. "Sudah kubilang jangan beli produk tidak berguna kan?!"

Alfa berkacak pinggang.

"Siapa bilang tidak berguna? Itu supaya…em…supaya lebih praktis buat minum air putih. Iya begitu," Amy garuk-garuk kepala, bingung sendiri apa fungsinya.

Alfa menghela napas berat sambil memegang dahinya.

"Kau cuma perlu berjalan beberapa langkah ke kulkas lalu kau bisa minum dari botol kan?" kata-kata Alfa penuh penekanan.

Amy mengengeh.

"Ya habisnya kulihat design nya bagus, jadi ya…ehm.. ah sudahlah, kan kau tahu password rekening kita, kau bebas beli apa saja. Hehe."

"Aku akan mengubah password nya setelah ini agar kau tidak berbelanja sepuasnya."

"Santai lah." Amy menepuk punggungnya.

"Aduh duh!"

"Eh aku lupa!"

"Bilang saja kau sengaja!"

"Memang. Haha."

"Aku melindungimu sampai pingsan tapi ini balasanmu! Sekarang aku paham pepatah air susu dibalas air tuba. Harusnya kusiram kau dengan air kobokan sialan!"

"Wlek!" Amy menjulurkan lidahnya lalu kabur.

Mereka berdua berakhir kejar-kejaran di kamar Amy dengan tertawa, hingga terdengar suara monitor berbunyi dan pintu terbuka. Dio muncul dengan wajah sangar.

"Kalian malah bermain-main setelah membuat kekacauan! Apa kalian tidak melupakan sesuatu?" tagihnya.

Amy dan Alfa saling berpandangan lalu mengengeh bersamaan.

Dio geleng-geleng.

"Jelaskan semuanya, dari awal sampai akhir."