webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime et bandes dessinées
Pas assez d’évaluations
289 Chs

Pantai 1

Keesokan harinya.

Semua orang berkumpul di depan penginapan setelah mandi dan sarapan. Mereka semua telah mengepak barang-barang mereka dan sudah memindahkannya.

Asheel berdiri di depan mereka dan memimpin mereka ke kendaraan.

"Terima kasih sudah memilih penginapan ini sebagai tempat bermalam kalian. Aku mendapat sesuatu dari kalian, terutama Anda berdua."

Berdiri dengan tongkat di depan pintu, Chimafuru mengucapkan itu sambil menunjuk Asheel dan Sera. Di sampingnya juga terdapat cucunya yang ternyata gadis yang sama saat menyambutnya makan malam sebelumnya.

Chimafuru mengirim kepergian mereka karena sebagai sesama penghuni dunia supernatural, apalagi Asheel memperkenalkan dirinya sebagai pemula. Itu adalah sebuah fakta sejak dia hanya terlibat dengan sisi supernatural sebulan yang lalu.

"Terima kasih juga, Old Chima, sudah menyambut kami dengan baik. Dan juga Tanukichi."

Asheel berterima kasih lalu menatap gadis di samping Chimafuru.

Gadis itu cemberut saat di panggil Tanukichi. 'Aku sudah mendengar dari nenek soal mereka juga penghuni dunia supernatural, tapi apa-apaan Tanukichi?! Apa dia mengejekku?'

Setelah neneknya menyenggolnya, dia tanpa daya menunduk kepada mereka, lalu berkata dengan nada yang berat. "Silahkan mampir lagi."

Para Guardian dan Pleiades menunjukkan ketidaksukaannya ketika melihat gadis itu, dan mengeluarkan aura tidak mengenakkan yang bercampur di antara mereka semua. Untuk menunjukkan ketidakpuasan di hadapan Tuan mereka, untuk berbicara dengannya sudah merupakan berkah baginya!

Asheel dengan cepat melambaikan tangannya dan aura itu menghilang sepenuhnya. Tapi Chimafuru dan cucunya merinding sesaat dan menatap mereka seolah-olah sedang melihat monster.

'Aku harus mengevaluasi pandanganku terhadap mereka, masing-masing dari mereka sudah setara dengan Ibis tingkat tinggi. Payah sekali aku untuk tidak menyadarinya.'

Chimafuru diam-diam mencatat dalam benaknya.

"Kalau begitu, kami akan pamit dulu." Asheel berkata kepada dua orang itu. Daripada sebuah penginapan, dia merasa ini lebih dari itu sejak pemiliknya menyambutnya secara langsung.

...

Mereka melanjutkan perjalanan menuju salah satu pantai di Osaka. Selama perjalanan, mereka bersenang-senang seperti biasanya.

Tidak lama kemudian mereka sampai. Pantai yang mereka kunjungi memiliki banyak pengunjung karena tempatnya yang bagus sekaligus nyaman digunakan untuk bermain.

Asheel dan yang lainnya turun. Mereka sedikit kagum saat melihat-lihat pantai. Waktu setahun mereka digunakan untuk bekerja, dan segera mereka jelas akan memuaskan diri disini.

"Tempat ini lumayan."

"Ya, walaupun tidak sebagus pantai buatan di Nazarick."

"Setidaknya yang ini alami."

Masing-masing berkomentar dengan caranya sendiri. Mereka segera mengganti pakaian mereka dan menyiapkan hal-hal yang diperlukan.

Asheel dan para pria lainnya menuju kamar ganti dan mengganti pakaian mereka. Tidak banyak, hanya melepasnya kecuali Mare yang mengenakan kaos.

Asheel keluar setelah itu, dia mengenakan celana pendek hitam dan telanjang di bagian atasnya, memperlihatkan tatonya yang menjalar di beberapa bagian tubuhnya.

Orang-orang yang melihatnya tidak merasa takut tetapi malah merasa keren untuknya. Para wanita tersipu setelah melihat tubuhnya.

Setelah menggelar karpet dan payung di atas pasir, serta kursi santai, mereka mulai bermain di antara mereka sendiri.

Saat itulah para gadis datang memamerkan tubuh mereka dengan bikini. Masing-masing sangat seksi bahkan Shalltear yang mengenakan swimsuit.

"Hmm, sangat cocok untuk kalian." Asheel mengangguk setelah melihat penampilan mereka.

Mereka sangat puas setelah mendengar kata-kata itu. Sera yang mengenakan bikini putih yang dipadukan dengan kulit pucatnya yang seperti giok mengkilap sangat cocok untuknya. Dia menghampiri Asheel dan menggodanya.

"Apakah tidak ada kata tambahan untukku?"

"Aku tidak bisa menggambarkan keindahanmu, nona." Asheel memutuskan untuk bermain bersamanya.

"Bagaimana dengan saya, Asheel-sama?"

Albedo juga menghampirinya, dia mengenakan bikini hitam dengan garis-garis putih di coraknya.

"Sama untukmu."

Sera dan Albedo senang bahkan jika Asheel hanya mengucapkan kata sederhana itu.

Melihat mata berharap dari para gadis lainnya, Asheel akhirnya memuji mereka satu persatu yang membuatnya senang.

Para Pleiades mengenakan bikini yang khas dengan mereka dan masing-masing sangat cocok.

[img] <--

"Jadi apa yang akan kita lakukan pertama kali?"

"Permainan memukul semangka?"

"Ayo main voli pantai!"

Mereka mengusulkan pikiran mereka masing-masing. Akhirnya, diputuskan mereka akan memainkan voli pantai.

"Tunggu dulu, sebelum itu..."

Asheel mengeluarkan kamera entah dari mana dan mulai memotret mereka dari berbagai sudut.

*klik* *klik* *klik*

Mereka semua malu saat Asheel mengambil gambar mereka.

"Asheel-sama, saya belum siap!"

"Tidak apa-apa, bisakah kamu berpose seperti ini?"

"T-tapi, itu memalukan!"

"Hanya sebentar saja!"

"Jika kamu tidak bisa melakukan permintaan Asheel-sama, maka aku saja yang melakukannya!"

"Ehh, tidak boleh! Asheel-sama menyuruhku, bukan kamu!"

"Kalau begitu cepatlah! Asheel-sama, saya juga akan berpose untuk Anda!"

"Hahaha, berbarislah!"

Asheel sangat senang saat koleksi fotonya bertambah.

"Asheel-sama.."

Asheel menoleh dan melihat pria berotot yang sedang melakukan pose. Melihat ke atas, dia tahu itu Sebas.

"Bagaimana dengan ini, Asheel-sama? Ataukah ini?"

Sebas melakukan berbagai macam pose saat mengatakannya.

"....."

Asheel tidak bisa berkata-kata dan ingin segera mengusirnya.

...

Asheel menyeruput sedotannya dan merasakan perasaan segar di tenggorokannya. Di tangannya dia memegang kelapa muda yang sudah di tancapkan sedotan olehnya. Dia memakai kacamata dan sedang berbaring di kursi santai.

Di sampingnya terdapat Sera dan Albedo di masing-masing sisinya. Mereka juga melakukan hal sama dan mengenakan kacamata.

Mereka memutuskan untuk membuat kulit mereka coklat di bawah sinar matahari, yang padahal mustahil untuk mereka. Untuk memengaruhi warna kulit mereka, membutuhkan api yang sangat panas.

"Sangat menyenangkan melihat masing-masing dari mereka bersenang-senang. Sera, kita sudah seperti orang tua," kata Asheel.

"Siapa yang tua?!" Sera mendengus, lalu mengangkat kacamatanya ke dahinya. "Bukankah itu karena kamu membuat mereka bekerja terlalu banyak?!"

"Mungkin juga begitu," Asheel berkata sambil menyeruput sedotannya. " Mereka sangat bersikeras untuk menyenangkanku, kurasa ini yang bisa aku lakukan untuk mereka."

"Asheel-sama, apakah itu bukan hal yang baik untuk terlalu menyenangkan Anda?" tanya Albedo yang mentalitasnya sama seperti mereka.

"Bukan seperti itu," Asheel menghela nafas. "Aku tidak ingin terlalu mengkhawatirkan mereka, kalian semua sudah aku anggap seperti anak-anakku sendiri. Bahkan jika itu pencipta kalian, aku tidak akan menyerahkannya."

Asheel berani berkata seperti itu di depan Albedo karena Albedo memang sudah tidak terlalu peduli lagi kepada Supreme Being lainnya. Bahkan dia membenci mereka karena meninggalkan Asheel, Sera, dan Momonga sendirian mengurus mereka. Hal itu menyebabkan Albedo menambah poin hormat kepada mereka bertiga.

"Jika itu yang Anda khawatirkan, maka tidak perlu khawatir. Saya sudah memastikan mereka bekerja di bagiannya masing-masing."

"Baguslah, Albedo. Aku sangat senang memilikimu." Asheel mengusap kepala Albedo dan mengacak-acak rambutnya.

"Hehe..." Albedo tersenyum di bawah kesenangannya sendiri.

"Yosh!" Asheel berdiri dan mengenakan pakaian alohanya. Kancingnya dibiarkan terbuka yang memperlihatkan dada dan perutnya yang ramping. Lalu dia berkata pada mereka berdua, "Apakah kalian ingin ikut, aku ingin pergi ke kuil itu!"

Asheel berkata sambil menunjuk kuil kecil di ujung tebing pantai. Untuk sampai kesana, mereka harus berjalan di tangga yang sudah dipersiapkan, tapi tidak banyak orang yang mengunjunginya.

"Kenapa jauh-jauh? Aku sudah dalam posisi terbaikku, enggan untuk berpindah!" Sera mengeluh.

"Asheel-sama, saya akan ikut dengan Anda!" Albedo segera berdiri saat melihat kesempatan untuk berduaan dengannya.

Asheel dan Albedo pergi meninggalkan Sera yang masih berbaring dengan malas. Merasa ditinggalkan, Sera segera mengejar mereka.

"Tunggu aku!"

Thx

Nobbucreators' thoughts