webnovel

The Eyes are Opened

Kisah seorang gadis remaja yang bernama Dyandra (15 th) memiliki sixth sense yang selama ini belum terbuka penuh, akhirnya terbuka setelah mengalami kejadian supranatural di sekolahnya. Kemampuan yang dimilikinya saat itu ternyata tidak dapat ditutup hingga ia kuliah. Banyak kejadian-kejadian supranatural yang ia alami dan kemampuan baru yang dimilikinya berkembang dari hari ke hari sehingga mempengaruhi kehidupannya dan kisah cintanya. Bagaimana kehidupan Dyandra di masa depan?

Rachel_Oktafiani · Horreur
Pas assez d’évaluations
203 Chs

Saat Malam Tiba (part 2)

Ding..Ding..Ding..Ding..Ding..Ding..Diiinnggg..

Jam dinding di rumah Budhe Wati menunjukkan pukul tujuh malam, sesuai dengan jumlah bunyi lonceng jam yang berbunyi. Saat itu aku takut dan kebingungan menghadapi pria berbadan bersar yang berada di hadapanku saat ini. Ia tak menjawab sepatah kata apapun dariku dan tak bergeming sedikitpun. Aku melangkahkan kakiku dengan perlahan ke belakang untuk menghindari penjaga rumah Budhe Wati. Ia masih mentapku dengan tatapan tajam, namun aku tak berani sedikitpun untuk melihat wajahnya. Aku terus menunduk dan sambil mengulur waktu aku berpura-pura untuk mengambil minuman di kulkas dan berusaha untuk menghindarinya. Di saat aku sedang mengambil minuman di kulkas, aku mendengar suara pintu belakang berbunyi. Segera aku menoleh dengan pelan-pelan, berharap pria tersebut pergi meninggalkanku. Tetapi pria itu tidak meninggalkanku ataupun berpindah tempat. Ternyata mbok Siti yang barusan datang membuka pintu belakang sambil membawa beberapa kantung belanja yang sangat banyak.

"Ehhh.. mbokkk habis dari mana aja? kok bawa kantung belanjaan banyak banget? Sini Andra bantuin!". Ucapku kegirangan karena mbok Siti telah pulang.

"Ehhh.. nggak usah non.. biar Agus aja yang bawain ini belanjaannya! Gus! sini kamu! ngapain kamu bengong di pojokan situ?! Bantuin saya bawa kantung belanjaan dan taruh semua belanjaan ini di meja!". Perintah mbok Siti pada pria penjaga rumah Budhe Wati.

"Ohhh.. pria itu namanya Agus to mbok?". Tanyaku penasaran.

"Iya non.. dia itu baru di sini.. Yahhh.. kerjaannya bantuin saya dan jagain rumah sih, kalau ibuk nggak ada di rumah.. Kalau semua pekerjaan saya lakukan semuanya, saya sudah nggak sanggup non.. Saya kan sudah nggak muda lagi.. makanya saya bawa agus ke sini buat bantuin saya". Ucap mbok Siti menjelaskan.

"Emang si Agus itu siapanya mbok?".

"Agus itu ponakan saya non. Dia sudah gak kerja selama 1 tahun, lalu ulan kemarin dia patah hati, karena abis di tinggal pacaranya meninggal". Bisik mbok Siti padaku.

"Terus si Agus biar nggak kepikiran sama pacarnya, mbok bawa ke sini biar pikirannya teralihkan dan bisa melupakan pacarnya yang meniggal ya mbok?". Ujarku.

"Iya.. maksud mbok sih begitu non.. tapi apa daya.. namanya juga orang jatuh cinta, ya pasti ada rasa kehilangan, apalagi sebenarnya si Agus itu bulan ini mau lamaran sama pacarnya, tapi kehendak Allah beda sama rancangan manusia non".

Mendengar hal tersebut aku jadi ikut sedih, membayangkan bagaimana jika hal itu terjadi padaku. Tetapi jika aku melihat apa yang ia lakukan tadi dengan tatapan yang menyeramkan seperti itu, rasanya rasa prihatin dan sedih itu menjadi rasa takut seperti melihat hantu.

"Ow iya tadi mbok Siti abis dari mana?". Tanyaku lagi.

"Ohhhh.. itu tadi ibuk ajak belanja di supermarket sama maminya non..".

"Berarti mama masih di sini mbok?".

"Iya tuh ada di pinggir kolam". Ucap mbok Siti sambil tunjuk arah jalan ke kolam. Segera setelah mendengar hal tersebut akupun langsung berlari menuju kolam sesuai dengan petunjuk mbok Siti. Melewati sebuah gang kecil yang hanya di hiasi lampu portable dan hanya akan menyala jika terdapat gerakan di dekatnya. Pada saat aku sedang berjalan, tiba-tiba lampu portable di belakangku menyala sendiri, padahal jarak yang telah aku lewati kurang lebih lima langkah kakiku jauhnya, lampu ini merupakan lampu yang memiliki sensor gerak, sehingga akan menyala jika ada obyek yang bergerak atau berdiri di dekatnya dan akan mati jika obyek tersebut telah menjauh. Awalnya aku tak terlalu memperhatikan hal tersebut, namun setelah dua kali hal tersebut terulang kembali aku sempat berpikir apakah lampu taman Budhe rusak atau memang ada yang mengikuti ataupun lewat di belakangku. Aku tetap terus berjalan menuju kolam yang tinggal beberapa meter lagi. Tak lama setelah kejadian itu, aku merasakan seperti ada seseorang yang mengawasiku dan seketika bulu kuduku berdiri. Aku menoleh ke sebelah kiri, dimana di sebelah kiri merupakan tembok pembatas rumah Budhe yang di bangun tidak terlalu tinggi dan terdapat beberapa pohon pisang yang tumbuh subur di baliknya. Aku melihat ada makhluk tak kasat mata yang sedang duduk-duduk di atas tembok pembatas tersebut sambil mengayun-ayunkan kakinya. Ya! itu si mbak kun-kun yang sedang ingin menyapaku. Karena aku juga tak ada maksud jahat sehingga saat aku melihatinya, ia langsung menghilang. Aku langsung pergi menuju kolam, dan benar di sana terdapat Budhe bersama mama dan Om Bandi sedang berbincang sambil menikmati makan malam di gazebo pinggir kolam.

"Mamaaa!! Teriakku dari kejauhan". Sambil berlari mendekati gazebo, mama melambaikan tangannya memanggilku.

"Kamu sudah makan nak?". Tanya Budhe padaku saat aku baru tiba di gazebo.

"Belum Budhe, tadi nyariin Budhe sama mama yang gak tahu pada kemana semua soalnya. Mbok Siti juga ikut pergi kaaann??".

"Hahahahaha.. Maaf ya Ndraaa.. mama ninggalin kamu, soalnya kamu tadi tidur di sebelah kak Nilam nyenyak banget sih, mama mau bangunin kamu tapi gak tega.. jadi ya udah, mama ikut pergi sama Budhe kamu jalan-jalan deh! Ya udah kalau gitu yuk sini makan malam dulu, terus kita pulang!". Ucap mama sambil memberikanku sepiring nasi dan sepuluh tusuk sate ayam.

"Nilam tadi sudah bangun Ndra?". Tanya Budhe padaku.

"Sudah kok tadi. Waktu Andra bangun, kak Nilam sudah mandi". Ucapku sambil menyantap sepiring nasi sate ayam yang ada di depanku.

"Coba kamu panggil deh pih! Suruh dia makan!". Perintah Budhe pada Om Bandi.

Tuuuuttt..tuuuttt...tutttt....tttuuuutttt...tuuuuttt...

"Halo? Iya pih? Papi lagi ada dimana?". Tanya kak Nilam dari seberang telepon.

"Kamu ke gazebo kolam sekarang ya! mami, papi, tante Dona sama Dyandra ada di sini. Kita lagi makan sate ayam. Papi tunggu.". Ucap om Bandi mengakhiri telepon dengan kak Nilam.

Kami bercanda dan berbicara dengan santai sambil makan di gazebo tersebut hingga tak lama kak Nilam datang menjemput kami. Segera kami makan bersama pada malam hari itu ditemani sinar bulan yang sangat terang bercahaya. Setelah selesai makan, mama mengajakku untuk pulang, karena sudah larut malam juga. Melihat jam yang terdapat di layar ponsel menunjukkan pukul 20.30 WIB. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat saat itu. Akhirnya aku bersama mama memutuskan untuk pulang dan tak lupa untuk mengambil beberapa barangku yang aku taruh di kamar kak Nilam.

"Ma, bentar ya, Andra mau ambil tas Andra di kamar kak Nilam dulu!". Ucapku pada mama yang saat itu sudah siap untuk pulang.

"Iya! jangan lama-lama. Kamu ke toilet juga dulu gih! jangan sampe nanti waktu di tengah jalan kamu pengen ke toilet. Mama malas berhenti-berhenti malam-malam gini!".

"Siap bu boss!!". Segera aku berlari menaiki anak tangga lantai dua dan menuju ke kamar kak Nilam. Namun, sebelum itu aku pergi ke toilet yang berada di sebelah kanan lorong lantai dua. Dan tak di sangka aku melihat hal yang tak harusnya aku lihat malam itu.