webnovel

The Danish Boss

Kana jatuh cinta pada Fritdjof Moller, atasannya yang meninggalkan Denmark demi menyembuhkan luka atas pengkhianatan calon istrinya, dan Kana bertekad akan menunjukkan bahwa Kana dan negara ini adalah obat yang tepat. *** Fritdjof Moller melakukan sebuah perjalanan panjang, lebih dari 11.000 kilometer, untuk melupakan cinta dan semua rasa sakit yang timbul karenanya. Siapa yang menyangka di negara baru yang dituju, Fritdjof menemukan matahari yang menerangi jiwanya yang gelap pada sosok Kana. Dengan cintanya, pelan-pelan Kana bisa meruntuhkan tembok di sekeliling hati Fritdjof. Ketika Fritdjof sudah siap melupakan sumpahnya—untuk tidak lagi memberi tempat pada wanita dalam hidupnya—Fritdjof mengetahui rahasia besar yang disembunyikan Kana. Haruskah Fritdjof terus percaya—dan berharap—bahwa Kana tidak akan menghancurkan hatinya sebagaimana calon istrinya dulu? Atau pergi meninggalkan negara ini, sebelum dirinya terlalu dalam mencintai Kana, untuk menyelamatkan keping hatinya yang tersisa?

IkaVihara · Urbain
Pas assez d’évaluations
31 Chs

TI: Jangan Menghukum Semua Laki-laki

"Kamu ada masalah apa, Kana?" Kira ikut duduk di sebelah Kana yang sedari tadi memandang kosong ke arah televisi yang sengaja dibiarkan menyala.

"Minggu lalu aku ketemu Niel, Kak." Kana belum memberitahu Kira mengenai pertemuan tidak sengajanya dengan mantan pacarnya. Pembicaraan dengan Fritdjof di dapur malam itu lebih menyita ruang di kepalanya sehingga Kana malah melupakan isu utamanya.

"Di mana? Bukannya dia masih di Inggris?"

"Di supermarket. Dia udah balik mungkin. Dia masih gitu, kayaknya masih dendam sama aku." Wajah Kana semakin muram.

"Kamu nggak diapa-apain kan?" Kira menelisik setiap inci tubuh Kana.

Kana menggeleng sebagai jawaban. Terakhir kali Kana bertemu dengan Niel adalah sebelum Niel berangkat ke Inggris untuk melanjutkan pendidikan. Waktu itu Niel mendatangi Kana di sekitar kampus, menarik tangannya dan menyeret paksa Kana. Kana yang merasa aman, karena di kampus banyak orang, sedikit kurang waspada. Hari itu dia memilih berjalan sendirian, tidak bergerombol bersama teman-temannya. Setelah berhasil mengagetkan Kana, Niel berusaha memasukkan Kana ke kamar mandi laki-laki. Untunglah saat itu ada beberapa orang yang melihat mereka dan mendengar teriakan Kana. Satu atau dua orang bahkan sempat melayangkan pukulan ke wajah Niel.

Sejak kejadian Niel kalah taruhan, citranya sebagai pelajar baik-baik di kampus sudah pudar. Laki-laki itu tidaklah lebih berharga dari sekadar sampah. Tidak seorang pun menaruh hormat kepadanya.

"Aku sama Fritdjof waktu ketemu dia." Kana berharap infromasi ini membuat Kira tidak terlalu khawatir lagi.

"Sama Fritdjof? Ke supermarket? Kamu pacaran sama bosmu?"

"Out of topic." Kana mengingatkan kakaknya yang malah membahas Fritdjof.

"Sebaiknya kamu jangan ke mana-mana sendiri, Kana. Kalau perlu apa-apa, aku atau Alen bisa temenin kamu. Kita harus lebih hati-hati."

"Aku nggak mau merepotkan kalian terus. Kalian sibuk persiapan menikah. Aku akan membatasi kegiatanku, nggak ke mana-mana kalau nggak perlu." Kana meyakinkan kakaknya.

" Kamu nggak merasa CLBK kan habis ketemu dia?"

"CLBK." Kana tertawa. "Jadul banget."

Bukan Niel yang membuat Kana melamun. Tetapi ... sunshine. Otak Kana dipenuhi satu kata itu. Kata dan orang yang mengucapkannya. Orang yang mengatakan akan melindunginya.

"Jadi, ada apa sama kamu dan Fritdjof?" Kira tersenyum menggoda Kana.

"Ada apa? Dia bosku. Dia memang baik. Tapi siapa yang tahu dkalau dia seperti Niel dan teman-temannya itu." Kana tidak bisa percaya pada laki-laki lagi sejak terakhir kali jatuh cinta.

"Bukan berarti karena satu laki-laki itu berengsek, lalu semua laki-laki sama. Kakak tahu kamu pacaran sama mantan-mantanmu itu cuma main-main saja, cuma ingin bikin mereka patah hati. Kamu ingin menghukum mereka, menghukum seluruh laki-laki di dunia, hanya karena kesalahan satu orang yang bahkan tidak mereka kenal.

"Kamu bersikap tidak adil kepada mereka, Kan. Memangnya kamu tidak pernah berpikir, seandainya kamu berada di posisi mereka, yang mendekati seorang gadis, jatuh cinta, lalu dicampakkan begitu saja? Bagaimana rasanya? Kamu bahkan nggak memberi penjelasan yang masuk akal yang bisa mereka terima saat memutuskan mereka."

"Aku sudah pernah merasakan. Kalau Kakak nggak lupa, aku bukan hanya dicampakkan tapi aku juga dipermalukan." Dulu di kampusnya, yang didominasi laki-laki, Kana termasuk salah satu mahasiswa yang sering dikatakan cantik dan pintar. Banyak laki-laki yang mengaguminya, menyukainya, dan ada juga yang menjadikannya sebagai objek taruhan. Niel dan kawan-kawannya. Kabar mengenai Niel yang kehilangan mobilnya dalam permainan kotor itu menyebar dengan cepat di kampus dan Kana dikenal dengan nama baru. Gadis taruhan.

"Oleh siapa? Apakah oleh mereka? Hanya satu laki-laki yang membuatmu begitu. Yang harus dihukum adalah Niel. Kakak ingin menanyakan sesuatu kalau kamu nggak keberatan." Suara Kira terdengar sangat serius. "Apa kamu punya niat yang sama kepada Fritdjof? Membuat Fritdjof mendekatimu lalu kamu akan membuatnya sakit pada akhirnya? Kalau kamu punya niat seperti itu, sebaiknya kamu hentikan."

"Aku nggak ada niat buat pacaran sama Fritdjof. Atau siapa pun." Kana menjawab.

"Kakak bukan ingin mencampuri urusanmu, Kana. Tapi Kakak ingin kamu menjadi orang yang membawa kebahagiaan bagi orang lain. Kalau kamu cuma ingin menyakiti orang lain, Kakak harus mencegahmu melakukannya."

Kana merenungkan kata-kata Kira. Apa dia bisa membawa kebahagiaan untuk orang lain? Mengingat dirinya sendiri lupa bagaimana cara berbahagia.

***

Kana pernah mengibaratkan kebahagiaan seperti gelembung sabun, yang sering ditiup saat kanak-kanak dulu. Gelembung dengan bias warna pelangi di permukaan yang melayang-layang mendekat ke arahnya. Namun saat Kana menyentuhnya, gelembung itu hancur seketika.

Lima tahun yang lalu, pada salah satu hari paling baik dalam hidupnya, Kana kehilangan kebahagiaan terbesar yang dimilikinya. Orangtuanya, yang akan menghadiri acara wisudanya, meninggal dalam kecelakaan mobil ketika menuju ke kampusnya. Kana sudah membayangkan senyuman bangga dan bahagia orangtuanya, yang datang membawa bunga untuknya. Lama Kana menanti kebahagiaan itu, sejak hari pertama kuliah di sana. Tetapi begitu kebahagiaan itu hampir sampai di depannya, saat Kana hendak meraihnya, kebahagiaan itu meletus begitu saja.

Niel, adalah laki-laki pertama yang dicintainya. Umurnya dua puluh tahun saat menerima permintaan laki-laki itu untuk pacaran. Kesalahan yang diperbuat Kana ketika mengenal Niel adalah terlalu cepat jatuh cinta. Karena Niel sangat mudah dicintai, dari skala satu sampai sepuluh wajahnya bernilai delapan, dia cerdas—Kana menyukai laki-laki cerdas, dan Niel tahu bagaimana menyenangkan hati wanita. Tetapi sayangnya Niel tidak bermoral.

Kana masih bisa menhindar saat Niel yang berusaha menggerayangi tubuh Kana selama mereka berciuman. Sampai akhirnya malam itu di apartemen Niel, Kana menghantam kepala Niel dengan botol. Niel yang berusaha memerkosanya. Memanfaatkan tubuh besarnya, memerangkap badan Kana di bawahnya. Tangannya dengan kasar merenggut kaus yang dikenakan Kana. Sekuat tenanga, Kana menangis dan berteriak. Membuat Niel menyumpalkan kaus kaki ke mulutnya. Ketika satu tangan Niel sibuk dengan pakaian Kana, satu tangan lagi sibuk mencegah Kana bergerak, tangan Kana menjangkau botol—mungkin minuman beralkohol—yang ada di nakas dengan tangan kanannya. Sambil menguatkan hati, Kana menghantam kepala Niel hingga berdarah dan Niel limbung. Kemudian Kana memanfaatkan kesempatan itu untuk berlari keluar dari apartemen Niel.

"Berengsek! Dasar wanita gila! Kau membuatku kehilangan banyak uang." Kana sempat mendengar Niel memakinya waktu itu.

Kana tahu Niel tidak akan mengejarnya. Darah cukup banyak keluar dari kepala Niel malam itu. Secepat kilat Kana berlari ke lantai dasar dan terisak di ruang sekuriti, dengan baju koyak menunggu Kira menjemputnya. Satu lagi gelembung kebahagiaan Kana meletus saat itu.

Kana menghela napas, jika ada gelembung kebahagiaan bergerak ke arahnya, atau melewati dirinya, dia akan membiarkannya, tidak akan menyentuhnya. Sehingga gelembung itu tidak hancur karenanya.

(Bersambung)