webnovel

The Dangerous Love Zone

Azami Furuichi, mengalami perampokan di malam hari saat dirinya dan sang adik perempuan tengah berjalan menyusuri trotoar untuk mencari tempat tinggal baru. Sebelum ini, satu minggu yang lalu kedua orang tuanya mengalami kecelakan pesawat. Para sanak saudara yang mengetahui jika keluarga Azami adalah keluarga yang sangat berada pun langsung memperebutkan harta peninggalan kedua orang tuanya, sampai membuat dirinya dan sang adik harus kehilangan tempat tinggal mereka selama ini. Juza Chigasaki, anak pertama dari keluarga gangster yang menyamar menjadi pemilik kafe datang menemukan Azami dan sang adik saat akan melakukan pertemuan dengan kelompok gangster lain. Juza membawa Azami untuk tinggal ditempat kediamannya dan memberikan pekerjaan di kafe. Juza merasa kehidupannya berubah saat Azami dan sang adik tinggal dikediamannya. Hatinya yang terkenal dingin dan tidak tersentuh, kini mulai menghangat dan bermekaran.

DGiunia · LGBT+
Pas assez d’évaluations
190 Chs

The Dangerous Love Zone - 15

Azami yang baru saja memerikan menu pesanan milik Hori dan Sarah pada Tenma pun menunggu di meja barista bersama dengan Kento untuk mengantarkan pesanan pada meja pelanggan yang lain.

"Yo! Azami-kun, Kento-kun! Apa kalian sudah bertemu dengan model yang menjadi pelanggan utama di kafe kita?"

Azami dan Kento serempak menolehkan kepala mereka kearah Reki yang baru saja datang kembali setelah mengantarkan pesanan.

"Belum. Tetapi para fans nya sudah ramai berdatangan." Sahut Kento yang membuat Reki menganggukan kepalanya.

"Modelnya belum datang. Tetapi manajernya sudah berada dilantai tiga."

Kini Reki dan Kento yang menolehkan kepala mereka serempak kearah Azami.

"Kau yakin Azami-kun?" Tanya Kento cukup terkejut.

"Ya, tadi aku yang mencatat pesanan mereka." Jawab Azami yang membuat Reki semakin penasaran.

"Lalu, apa kau tau siapa model yang datang ke kafe kita??"

Azami terdiam sesaat, memasang ekspresi sangat serius. Reki dan Kento yang melihat raut wajah serius Azami pun menunggu tidak sabar.

"Joe Kurosaki."

Reki membulatkan matanya terkejut. "Joe Kurosaki?? Kau yakin Azami-kun??"

Azami menganggukan kepalanya yakin. "Ya, tadi yang aku layani adalah manajer model Joe Kurosaki."

Kento yang melihat reaksi Reki begitu terkejut, mengerutkan dahinya.

"Kenapa kau begitu terkejut Reki-kun?"

Reki langsung menolehkan kepalanya kearah Kento.

"Kekasih ku sangat mengidolakan Joe Kurosaki. Jika saja dia saat ini tidak sedang bekerja, aku sudah pastikan dia akan ikut datang kesini."

Azami dan Kento menganggukan kepala mereka serempak.

"Hei, Azami-kun, Kento-kun. Tolong antarkan pesanan ini untuk meja nomor dua puluh tujuh dan empat belas."

Azami dan Kento menganggukan kepala mereka serempak saat Tenma menyodorkan dua buah nampan pesanan para pelanggan.

"Selamat menikmati pesanan kalian." Ucap Azami saat sudah meletakan pesanan diatas meja nomor empat belas.

Klining..

Azami yang mendengar pintu kafe terbuka pun langsung menolehkan kepalanya kearah pintu kafe.

"Selamat siang, selamat datang di kafe kami." Ucap Azami dan para waiters dari tempat mereka berada masing-masing.

Azami yang melihat sosok pria berkulit eksotis berdiri terdiam di dekat pintu masuk kafe pun melayangkan tatapan datar pada sosok pria tersebut.

"Oi, Joe! Bisa tidak kau tidak berdiri menghalangi orang yang ingin masuk!"

Azami dapat melihat seorang pria berambut pirang di belakang pria berkulit eksotis sedang menggerutu kesal. Sedangkan pria berkulit eksotis itu tidak bergeming sama sekali.

Pria berambut pirang yang menyadari jika rekannya tidak bergeming mendnegar perkataannya pun semakin dibuat kesal dan kini matanya mengikuti arah kemana sorot mata rekannya tertuju.

Dahi pria berambut pirang mengerut sesaat sebelum dirinya membulatkan mata terkejut.

"Az-

"AZAMI?!"

Pria berambut pirang yang baru saja ingin berseru, terhenti saat rekannya yang berkulit eksotis sudah lebih dulu berseru dan membuat seluruh pasang mata yang ada di dalam kafe tertuju kearah mereka.

Melihat rekannya yang berkulit eksotis sudah berlari menuju Azami, pria berambut pirang itu pun berdecak kesal.

Azami yang melihat pria berkulit eksotis sedang berlari menghampirinya pun bersiap memasang kuda-kuda.

Bruk!

"Kyaaaa!"

"Joe!"

Seulas seringai tercetak diwajah pria berambut pirang. Dirinya sudah menduga jika Azami akan memberikan respon yang sama seperti biasa saat rekannya yang berkulit eksotis itu akan mulai menunjukan sifat overprotetifnya.

Sedangkan itu pria yang bekulit eksotis terkekeh saat tubuhnya terpelanting dan mendarat diatas lantai. Diirnya sudah menduga jika Azami akan melakukan hal seperti ini kepadanya.

Para pelanggan kafe yang melihat adegan Azami membanting tubuh berotot pria berkulit eksotis memekik nyaring. Ada yang memekik panik dan juga ada yang memekik kagum melihat aksi Azami.

Disisi lain, para pegawai kafe yang melihat aksi Azami tadi diam terpana. Mereka tidak menyangka jika Azami bisa melakukan hal seperti itu. Terlebih lagi kepada sosok model terkenal yang saat ini semua fansnya berada di kafe mereka.

"Hei berdiri lah kau Joe." Ucap pria berambut pirang mengulurkan tangannya kepada pria berkulit eksotis.

Pria bekulit eksotis pun menerima uluran tangan tersebut. "Thanks, Ren."

Seulas seringai kembali tercetak diwajah pria berkulit eksotis. Kini tatapannya mengarah kepada Azami yang bersikap seolah-olah tidak sedang terjadi apa-apa dan berjalan menjauh dari kedua pria itu, menju meja barista.

Lalu tatapannya beralih kepada para fansnya yang kembali memekik senang.

"Hei, kalian semua nikmatilah makanan dikafe ini. Semua makanan kalian biar aku yang akan membayarnya."

Pekikan kembali terdengar memenuhi kafe. Para pegawai kafe yang mendengar perkataan pria berkulit eksotis menggeleng-gelengkan kepala mereka. Seorang model terkenal dan memiliki banyak uang, memang berbeda. Belum lagi mereka kagum dengan para fans pria tersebut yang sama sekali tdak berbuat heboh untuk meminta foto ataupun meminta tanda tangan pada model tersebut.

Kini tatapan pria berkulit eksotis kembali tertuju kepada Azami yang sedang bercengkrama dengan salah seorang barista.

Pria berambut pirang yang mengikuti tatapan rekannya pun melayangkan sorot mata penuh selidik kepada Azami.

"Sepertinya Azami sedang mempermainkan sebuah permainan tanpa mengajak kita, Joe."

Pria berkulit eksotis menyetujui apa yang dikatakan oleh rekannya yang berambuut pirang."Kau benar Ren. Lebih kita mengintrogasinya segera."

***

Azami yang baru saja keluar dari kafe ingin pulang kembali kerumah Juza, mengerutkan dahinya heran melihat sebuah mobil sedan berwarna putih berhenti tepat di depannya.

Kaca bagian penumpang belakang pun perlahan menurun, membuat Azami dapat melihat siapa orang yang berada didalam mobil tersebut.

"Yo, Azami-kun."

Azami menghela nafas panjang melihat siapa orang yang berada didalam mobil sedan putih tersebut.

Kaca bagian penumpang depan pun juga perlahan menurun, menampakan sosok perempuan yang tidak asing dimata Azami.

"Selamat malam Azami-kun." Sapa perempuan itu yang direspon anggukan kepala oleh Azami.

"Ya selamat malam Hori-san."

Orang yang berada di bangku penumpang belakang mobil tersebut berdecak kesal saat Azami sama sekali tidak membalas sapaannya.

"Azami-kun, apa malam ini kau memiliki waktu? Ada beberapa hal yang ingin kami bicarakan kepadamu." Tanya perempuan yang tidak lain adalah Hori menatap Azami penuh harap.

Azami terdiam sesaat, sebenernya dirinya berencana untuk segera pergi tidur setelah dirinya sampai dirumah. Tetatpi mendengar perkataan Hori, sepertinya ada hal yang ingin di bicarakan oleh manajer model tersebut.

"Tidak, tetapi aku akan meminta izin terlebih dulu kepada yang lainnya. Tunggu lah sebentar."

Hori menganggukan kepalanya merespon perkataan Azami, meski dirinya merasa bingung mengapa Azami harus meminta izin kepada pegawai kafe yang lain.

Joe yang melihat Azami sudah berjalan memasuki kafe, menghela nafas panjang. "Kenapa dia harus bekerja di kafe? Dia kan bisa langsung mengambil alih agensi sepenuhnya."

Hori memutar kedua bolamatanya malas. "Itu lah alasan mengapa kita akan mengajak Azami untuk berbicara malam ini. Ingat, pekerjaan mu dan Ren disini hanya tersisah dua hari lagi."

Joe memilih tetap diam mendengar perkataan Hori. Tidak lama kemudian Hori dan Joe melihat Azami yang sudah keluar dari dalam kafe dan berjalan menghampiri mobil mereka.

"Aku sudah meminta izin. Jadi kemana kita akan pergi untuk membicarakan hal yang ingin kalian bicarakan dengan ku?"

Hori mengulaskan senyum kecil di wajahnya.

"Kau akan tahu nanti. Sekarang kau cepatlah masuk kedalam mobil agar kau tidak pulang terlalu larut."

Azami menganggukan kepala setuju, lalu berjalan memutari mobil sedan putih itu untuk duduk di sisi lain kursi penumpang belakang, bersebelahan dengan Joe.

"Kau berhutang banyak penjelasan padaku, Azami." Ujar Joe tanpa menoleh kearah Azami dan fokus menatap keluar jendela mobil.

Azami berdeham merespon perkataan Joe. "Ya, kau benar."

Hori yang merasakan atmosfir diantara Azami dan Joe sudah tidak terlalu tegang seperti tadi siang pun mengulaskan senyum kecil di wajahnya.

***

Juza yang melihat semua rekannya sudah pulang dari kafe dan sedang bersantai diruang bersantai pun mengerutkan dahi saat dirinya tidak mendapati sosok Azami bersama mereka.

"Goshi-kun." Panggil Juza pada sang adik yang baru saja kelur dari dalam dapur sambil membawa segelas susu.

"Ya niisan? Ada apa?"

Juza menolehkan kepalanya untuk melihat jam dinding yang tergantung diruang bersantai dan sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam.

"Apa Azami-kun tidak pulang bersama kalian?" Tanya Juza yang membuat Goshi menggelengkan kepalanya.

"Azami-kun, tadi dia meminta izin pada ku untuk bertemu dengan salah satu kenanalannya terlebih dulu. Dia bilang tidak akan lama dan malam ini akan pulang."

Juza semakin mengerutkan dahinya heran. Goshi yang menyadari kini sang kakak sedang merasa heran pun menepuk pelan sebelah pundak Juza yang tidak sedang terluka.

"Tidak perlu khawatir, Azami-kun pasti pulang. Tadi aku sudah sempat menolaknya karena menyuruhnya untuk langsung pulang dan beristirahat. Tapi dia bilang, dia ingin menanyakan sesuatu hal dengan kenalannya tersebut yang kebetulan sedang berada di Yokohama."

Juz terdiam di tempatnya. Dirinya ingin memerintahkan Yuta untuk mengawasai Azami, tetapi dirinya teringat jika Yuta juga terluka sama sepertinya.

Ingin memerintahkan Julian dan Hiro, tetapi kedua rekannya itu seharian in sudah bekerja dikeras di kafe. Mereka pasti sangat kelelahan saat ini.

Goshi yang melihat Juza diam tidak merespon perkataannya, mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

"Niisan, apa kau sudah mengganti perban mu?"

"Nanti aku akan melakukannya sendiri. Kau pasti lelah, naiklah kekamar mu."

Goshi sedikit merasa ragu untuk meninggalkan sang kakak, namun melihat sorot mata tegas yang di layangankan kepadanya. Membuat Goshi hanya bisa menuruti apa yang dikatakan oleh sang kakak.

"Baiklah, aku akan ke kamar ku. Niisan juga sebaiknya kembali ke kamar untuk beristirahat."

Juza menganggukan kepala merespon perkataan Goshi, sebelum sang adik berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Setelah melihat Goshi sudah memasuki kamarnya, Juza melirikan matanya kearah beberapa rekannya yang masih berada di ruang bersantai.

"Ku rasa tingkah ku saat ini berbeda dari biasanya. Tidak mungkin itu karena kejadian tadi pagi, itu pasti karena tubuhku sedang tidak vit saat ini."

Juza memilih melangkahkan kakinya menaiki satu persatu anak tangga menuju ruangannya di lantai dua. Dirinya harus mengganti balutan perbannya dan juga membaca beberapa berkas untuk kerjasama dengan para pengusaha.

Sedangkan itu Azami yang sedang berjalan menyusuri trotoar jalan menuju rumah Juza memperhatikan keselilingnya, toko-toko yang berada di sepanjang jalan menuju rumah Juza sebagaian sudah ada yang menutup.

"Yu-chan, pasti saat ini sudah tidur." Gumam Azami saat melihat sebuah toko kue yang masih buka.

"Tapi tidak apa, aku akan membelikannya sebagai permintaan maaf sudah dua malam tidak menemaninya tidur."

Azami melangkahkan kakinya menuju toko kue tersebut dan memesan satu loyang kue black forest dan beberapa buah cupcake.

Sesudah mendapatkan pesanannya, Azami kembali melangkahkan kakinya menuju rumah Juza karena malam sudah semakin larut, angin yang berhembus pun semakin kencang dan terasa dingin.

Kriet..

Dengan perlahan Azami membuka pintu pagar rumah Juza. Beberapa anggota gangster yang berjaga malam pun menyapa Azami dan menanyakan mengapa dirinya pulang begitu larut.

Tidak lupa Azami memberikan cupcake yang tadi dibelinya kepada beberapa anggota gangster tersebut untuk menemani mereka berjaga malam.

Setelah berbincang sebentar, Azami memutuskan untuk menyudahi percakapan dengan beberapa anggota gangster tersebut dan berjalan kembali menuju rumah.

Saat sedang berjalan, Azami menyempatkan diri untuk menolehkan kepalanya kearah lantai dua rumah Juza dan sebuah kerutan tercetak di dahi Azami saat dirinya mendapati sosok Juza berdiri di balkon lantai dua tengah memunggunginya.

Dilihat dari sinar layar ponsel yang nampak di dekat telinga Juza, Azami dapat menyimpulkan jika saat ini pria itu tengah menghubungi seseorang.

Azami terdiam sesaat, lalu menggelengkan kepalanya saat kilasan kejadian yang terjadi tadi pagi di kamar Juza kembali melintas dalam ingatannya.

"Hah, mengapa kejadian itu harus teringat lagi."