webnovel

TERPAKSA HONEYMOON

Tidak terbesit sedikitpun di benak mereka. Pasangan dua sejoli yang baru saja menikah itu. Dia tidak bisa memikirkan bahwa mereka akan menghabiskan waktu berdua.

Sarapan pagi yang biasa saja itu dimulai. Seperti biasa Arsyad tidak makan bersama mereka. Dia memilih sarapan pagi di dapur. Dengan menikmati secangkir kopi favoritnya.

"Noona Citra, kamu nanti harus berpura-pura mesra dengan suamimu. Kita kedatangan kolega besar untuk relasi kita di perusahaan. Jangan bikin Opa malu!" ucap Opa Ardi membuka obrolannya di pagi itu.

Arsyad pun juga dapat mendengarkan apa yang tengah menjadi perbincangan mereka. "Syad, kamu dengerin itu kata Opa. Jangan aku saja yang dengerin!" jawab sebal Noona Citra yang dari tadi sepertinya Opa Ardi hanya menekankan ucapannya pada dirinya.

Lalu, Opa Ardi melihat jam tangannya dan berkata, "Opa, pergi dulu. Opa, tunggu kalian di kantor. Oke?"

Noona Citra pun menganggukkan kepalanya. Mereka memang tidak pernah datang berdua. Apalagi kini Noona Citra memiliki suami.

"Kamu, sudah selesai makannya apa belum?" tanya Noona Citra yang tidak sedikit pun melihat ke arah sang suami.

Kricik … Terdengar suara air mengalir yang mana kini Arsyad sedang mencuci piring bekas dia makan.

"Aden, biar bibi yang mencuci," ucap Mpok Minah pembantu rumah tangga mereka. Sedangkan Noona Citra pun menimpali ucapan Mpok Minah. "Sudahlah Mpok Minah, biarkan saja! Itu tugas dia di sini."

Lalu, Noona Citra mengambil tasnya dan Arsyad menepuk pundak Mpok Minah dengan berbisik, "Tidak apa-apa, Mpok. Saya pergi dulu ya?"

Mpok Minah hanya tersenyum. Dengan bergumam, "Aden Arsyad itu orang baik. Kenapa Noona Citra begitu ketus sama suaminya ya?"

Tiiinnn … suara klakson dibunyikan oleh Noona Citra yang kini ada di dalam mobil sedang menunggu Arsyad untuk masuk ke mobil.

Huft … Hela nafas panjang dari Arsyad. Dia harus bersikap sabar menghadapi Noona Citra yang semakin hari semakin membencinya itu.

Lalu, saat Arsyad membuka pintu mobil. Belum juga masuk, Noona Citra pun menggerutu, "Kamu ini nikah baru juga seminggu. Tapi, masih saja lemot. Aku tidak suka sama orang lelet. Kamu tahu tidak? Buat mood ku turun saja kamu."

Arsyad pun mendekat ke arah Noona Citra semakin intens. Membuat Noona Citra pun terjingkat. Nafas nya berderu merasakan sensasi dari tatapan Arsyad.

Ceklek … suara seat belt mobil terpasang di tubuh Noona Citra.

"Apakah kamu lupa, kita ini naik mobil? Kalau tidak menggunakan seat belt, bisa-bisa celaka kita," ucap Arsyad.

Noona Citra memegang dadanya dengan bergumam, "Come on, Noona! Jangan merasa aneh-aneh kamu! Kamu tidak akan pernah mungkin mencintai pria seperti dia."

"Kenapa?" tanya Arsyad.

"Tidak, ayo jalan! Kita sudah terlambat," jawab ketus dari Noona Citra.

Arsyad pun tersenyum melihat istrinya yang semakin menggemaskan. Menggoda Noona Citra semakin buatnya tertantang untuk selalu melakukannya.

"Kenapa senyum-senyum? Ayo jalan!" rengekan dari Noona Citra.

Arsyad pun menjalankan mobilnya. Sedangkan, Noona Citra asyik berdandan di dalam mobil. Ini sudah jadi kebiasaan Noona Citra jika dia sedang di dalam mobil. Jika, ada sang sopir, aktivitas melakukan hal ini menjadi wajib. Tanpa sengaja dia melihat kearah kaca dalam mobilnya. Melihat Arsyad yang hanya mengenakan kaos oblong dan celana jeans.

"Stop!!!" teriak Noona Citra yang mengagetkan Arsyad.

Dengan refleks, Arsyad menghentikan mobilnya. Dia pun mulai memarahi Noona Citra. "Kenapa menghentikan mobil dadakan? Kalau terjadi apa-apa kamu mau tanggung jawab. Untung saja di belakang mobil kita tidak ada kendaraan lain," celoteh Arsyad sambil melihat ke arah belakang mobilnya.

"Putar balik!" seru Noona Citra. Dia cemberut dan nadanya meninggi.

"Kemana?" tanya Arsyad yang semakin kesal dibuatnya.

"Mmm … kita ke butik yang ada di Simpang tiga itu," jawab Noona Citra sambil menunjuk ke arah simpang tiga yang ada butik di sana.

Arsyad menatap tajam tepat di netra Noona Citra. "Tidak! Kita harus cepat datang ke kantor. Bukan waktunya belanja," kata Arsyad.

Noona Citra menarik kaos oblong milik Arsyad. Hingga hidung mereka saling menyatu. Tatapan keempat bola mata mereka pun saling menyatu. "Apa katamu? Berani kamu melawan aku. Ingat ya kamu siapa?" Lalu Noona Citra menghempaskan kaos oblong tersebut. Dengan mengerucutkan bibirnya dia berkata lagi, "Kamu tidak mau kan di permalukan di depan rekan-rekan Opa. Pakaian mu itu loh, menjijikkan! Aku tidak mau tahu. Ayo kita ke butik! Tidak lama. Yang penting kamu terlihat elegan."

Arsyad pun akhirnya menuruti keinginan sang istri. Sebenarnya dia melihat dirinya dari atas ke bawah tidak ada yang salah. Namun, lagi-lagi stylenya membuat Noona Citra kesal.

"Hem, untung aku bodyguard dan suami bayaranmu. Jika tidak akan ku," gerutu Arsyad.

"Apa?" sahutan Noona Citra membungkam mulut Arsyad

Hanya beberapa detik mereka sampai di butik tersebut. Semua pegawai yang melihat Noona Citra turun dari mobil langsung bergegas berjejer rapi.

"Ada Noona Citra. Ayo kita beri pelayanan yang terbaik!" pinta leader dari para pegawai tersebut.

Kekayaan dan kekuasaan Opa Ardi membuat siapapun akan melakukan istimewa keluarganya.

"Ayo cepatlah! Kita tidak punya banyak waktu," pinta Noona Citra.

Dengan cool dia turun dari mobil dan menggandeng tangan Noona Citra. Namun, Noona Citra langsung menggantinya dengan mengalungkan tangannya di lengan Arsyad.

Pernikahan pura-pura yang terjadi diantaranya harus sebisa mungkin menjadi pernikahan yang terlihat bahagia.

"Selamat pagi Noona Citra dan Tuan Arsyad. Ada yang bisa kami bantu?" ucap pelayan tersebut saat menyambut keduanya.

"Mbak, aku mau kamu dandani suami saya agar terlihat elegan ya? Masak iya dia lupa mau ke kantor mengenakan kaos oblong. Lalu, aku ingat butik langganan ku. Jadi, aku pasrahin ke kalian ya?" pinta Noona Citra pada pelayan-pelayan butik tersebut.

Para pelayan tersebut mengangguk kepala. Salah satu diantaranya mengatakan, "Baik, Tuan bisa ikut dengan saya." Pelayan itu mempersilahkan untuk masuk ke dalam. Dengan sigap para pelayan mengambil kemeja dan jas yang cocok untuk Arsyad. Sedangkan, Noona Citra masih sibuk dengan membuka majalah-majalah yang disiapkan butik tersebut.

Tiba-tiba ponsel Noona Citra berdering. Drrrrrtttttt … drrrrtttt … .

"Hallo, Opa," jawab santai dari Noona Citra. Dia yang duduk dengan menyeruput minuman yang disediakan butik.

"Noona, kamu dimana? Jangan buat Opa malu ya? Meeting akan segera dimulai. Mereka butuh kalian untuk bisnis ini. Cepatlah datang ke kantor!" Omelan Ardi kepada cucunya tersebut. Ini membuat Noona Citra sedikit bad mood. "Iya, Opa. Sebentar lagi. Aku lagi ke butik. Kan tidak enak Opa jika suamiku itu pakai kaos oblong. Ahhh … mangkanya aku bawa ke butik dulu. Oke, Opa tenang ya? Sepuluh menit lagi kita sampai," rayu Noona Citra pada Opanya itu.

Dengan berdecak kesal Ardi menjawab, "Awas saja kalau sampai tender ini tidak lolos gara-gara kalian!"

Ardi menutup teleponnya. Dia terlihat cemas. Padahal meeting akan segera dimulai sepuluh menit.

Lalu, Noona Citra melihat jam tangannya. Dia juga terlihat gelisah. Hingga Arsyad menepuk pundak istrinya itu.

"Hey, bagaimana?" tanya Arsyad.

Dia kini memakai kemeja warna biru Dongker dengan balutan jas berwarna hitam serta memakai celana hitam dan juga sepatu pantofel. Noona Citra tercengang melihat aura dari suaminya itu hingga dia tidak berkedip sama sekali.

Lalu, Arsyad mengibaskan tangannya dan berkata, "Kenapa kamu bengong? Jelek ya? Oke aku akan ganti lagi." Dia membalikkan tubuhnya.

"Tunggu! Sudah pakai ini saja. Kita sudah tidak ada banyak waktu," jawab Noona Citra dengan mengalungkan tangannya ke lengan Arsyad kembali.

Lalu, berjalan ke kasir dan membayar menggunakan kartu kredit.

"Terimakasih sudah berbelanja di toko kamu," ucap kasir tersebut.

Dengan terburu-buru Noona Citra hanya membalas dengan senyuman.

Namun, tanpa sengaja ada Yoga yang tengah berbelanja dan memperhatikan mereka.

"Ngapain mereka kesini?" gumamnya.

Dengan sengaja Yoga pun mendekati ke arah Arsyad. Dia meletakkan alat penyadap di jas milik Arsyad.

"Dengan ini aku akan lebih tahu. Kalian hanya menikah pura-pura," gumamnya kembali.

Mereka terburu-buru untuk pergi. Dia pun pergi menuju kantor mereka. Tanpa banyak bicara di dalam mobil karena Arsyad melihat istrinya terlihat cemberut. Ingin rasanya dia membuat istrinya itu tersenyum. Tapi dia ingat batasnya hanya sebagai suami bayaran.

"Ayo, cepat! Opa sudah nunggu kita!" ucap Noona Citra.

Dengan santai Arsyad pun turun dari mobil. Lalu, dia menggandeng tangan Noona Citra. Mereka membuka pintu ruangan rapat tersebut.

"Ini dia pasangan baru dari keluarga Permana." Sambutan dari Opa Ardi kepada mereka berdua.

Noona Citra pun semakin lekat memeluk suaminya. Agar mereka terlihat begitu mesra. Para pengusaha relasi Opa Ardi terlihat bahagia melihat kemesraan dari mereka.

"Duduklah!" pinta Tuan Ardan pemilik hotel dan resto Luxury di Bali.

Mereka menganggukkan kepalanya. Mereka pun duduk berdekatan.

Sedangkan, Yoga mulai mengintai mereka dari alat sadapnya.

"Oke, baiklah Tuan Ardi. Kami sangat membutuhkan konten untuk menarik media agar bisa meliput mereka berdua. Saya rasa kemesraan mereka sangat cocok untuk tender kita. Bagaimana kalau mereka kita suruh honeymoon ke hotel dan resto Luxury milik kami." Tawaran dari Tuan Ardan kepada relasinya Ardi Permana.

Arsyad dan juga Noona Citra saling tatap menatap. Mereka berdua tercengang. Bahkan Arsyad pun tangannya bergetar.

"Tenang, Syad!" gumamnya.

Opa Ardi pun menerima suka cita tawaran dari Tuan Ardan. "Oke, kami setuju. Mereka akan honeymoon. Agar semua berjalan dengan lancar. Saya dari grup media akan mempersiapkan semuanya. Semoga saja acara honeymoon mereka lancar," jawab Opa Ardi.

Alisa Noona Citra ditarik keatas. Rasanya sesak di dada. Namun, ini semua demi keuntungan bersama. Hingga dia pun terpaksa mengikuti keinginan mereka.

Akhirnya mereka menyetujui kontrak kerja dan Tuan Ardan berkata, "Semoga keberkahan dari bisnis kita lancar tanpa kendala. Terimakasih. Saya akan kabari waktu dan tempatnya."

Para pengusaha itupun pergi dan mereka sangat berharap dari relasi yang terjadi akan mendapatkan keuntungan yang luar biasa.

"Apa mereka akan honeymoon?" gumam Yoga yang mendengar dari alat sadap tersebut.

Bersambung … .