webnovel

REALISTIS SAJA

Di dalam mobilnya Yoga terlihat murung. Kini perusahaannya dalam keadaan collapse. Dia sangat membutuhkan suntikan dana. Hanya, perusahaan PT. Permana saja yang menjadi targetnya kini. Dia menginginkan dapat surat perjanjian kontrak dan berkerjasama dengan perubahan tersebut.

Tiiinnn … Yoga menekan klakson mobilnya dengan keras. Dia kini berhenti ditempat yang sepi. Dia sedang memikirkan apa yang dikatakan oleh Ardi.

"Sial!!! Kenapa harus permintaannya tidak masuk akal seperti ini? Gila saja aku harus jadi mengambil hati cucunya. Tawaran yang konyol. Bilang saja kalau dia tidak mau menyuntikan dana di perusahaan ku," gerutunya. Dia terlihat begitu amat kesal. Dia melempar sebuah kerikil dengan keras. Hingga dia tidak sadar telah melepaskan kerikil itu di kepala seorang lelaki.

"Aduh, siapa yang berani melempari kepalaku?" ucap lelaki itu dan dia menghampiri Yoga. Tadinya, Yoga akan dihajar olehnya. Namun, langkahnya terhenti ketika dia melihat pria itu adalah Yoga.

"Hey, kamu," ucap lelaki itu.

"Danu?" jawab Yoga.

"Kamu beraninya melemparkan kerikil ke kepalaku. Lempar itu, uang. Bukan kerikil, sakit tau. Ada apa kamu kesini?" ucap Danu yang dulunya adalah sahabat dari Yoga.

"Kesinilah, yang menenangkan pikiranku lah. Kayak tidak tahu saja kamu," jawab Yoga yang masih melempar kerikil ke sudut taman tersebut.

Lalu Danu menepuk pundak Yoga dengan berkata, "Mangkanya kalau punya istri jangan satu dong. Kamu itu harusnya senang-senang kayak aku. Itu lihat istri kedua aku. Dia bahenol kan." Jari telunjuknya mengarah kepada sang istri yang memakai dress merah maroon itu.

"He," jawab singkat Danu dengan memicingkan satu alisnya.

"Katakan ada masalah apa? Lalu, kamu sudah menikah dengan Noona Citra kan?" tanya Danu kembali.

"Aku sedang kesal karena ulah Opanya Noona Citra yang memintaku untuk merebut hati cucunya itu. Padahal, aku sudah memiliki istri. Sedangkan, Noona Citra juga sudah memiliki suami," jawab datar dari Yoga.

"Sayang," ucap istri dari Danu. Dia langsung jatuh ke pelukan Danu.

Cup.

Danu mengecup kening istrinya. Dia berkata kembali, "Rebut saja lah Noona Citra dari suaminya. Punya istri dua itu enak loh. Lagian, demi perusahaan mu kan? Semua itu halal, bro."

Yoga terdiam mendengar nasihat dari Danu tersebut. Dia melihat keharmonisan antara Danu dan juga istri-istrinya itu menjadi semakin yakin bahwa ide gila dari Opa Ardi bisa dia lakukan.

Yoga menganggukkan kepalanya dan berkata, "Terimakasih saranmu, bro. Aku harus pergi dulu." Dia berpamitan kepada Danu.

Lalu Danu berkata pada sang istri. "Dia tidak tahu saja ya sayang kalau kamu belum bertemu istriku. Dasar Yoga masih saja menelan mentah-mentah nasihat orang."

Di sepanjang perjalanan menuju rumah Yoga sangat yakin bahwa Kiranti akan menyetujui hal ini. "Kiranti, pasti akan setuju. Bukankah dia takut kalau kita bakal jatuh miskin," gumamnya. Dia bersemangat untuk pulang dan menemui istrinya tersebut.

"Kiranti, kamu kemana?" ucap Yoga saat pertama kali membuka pintu rumahnya.

Hoek … Hoek … terdengar Kiranti sedang memuntahkan isi perutnya.

"Ti, kamu kenapa?" tanya Yoga. Dia melihat istrinya lemas tidak berdaya. "Eh … kamu sakit? Aku akan antarkan kamu ke rumah sakit," ucap Yoga yang akhirnya menggendong istrinya masuk ke dalam mobil.

Tubuh Kiranti begitu lemah. Hingga akhirnya dia memasuki ruangan periksa.

Saat itu juga Noona Citra dengan Arsyad berada di rumah sakit. Tidak sengaja mereka saling berpapasan.

"Noona, kamu disini?" tanya Yoga. Lalu Noona Citra menarik tangan Arsyad dengan lembut. Dia berkata, "Iya aku kesini mau periksa apakah aku sudah hamil apa belum? Ada apa? Kepo?" Jawaban Noona Citra membungkam mulut Yoga.

Yoga pun akhirnya masuk ke dalam ruang periksa. Meninggalkan mereka berdua.

"Lepaskan tanganmu!" Perintah Noona Citra kepada Arsyad dengan kasar. Ini malah membuat Arsyad semakin tertawa geli karena ulah istrinya itu. "Kenapa kamu senyum-senyum? Kamu tidak dengar apa perintahku?" tanya Noona Citra kembali.

Telunjuknya Arsyad menunjuk ke arah tangan Noona Citra yang melingkar kannya di lengannya itu. "Ini yang melingkar tangan siapa ya?" ledek Arsyad pada Noona Citra.

Noona Citra terlihat malu dengan tingkahnya sendiri. "Oh iya, yauda jangan senyum-senyum! Ayo aku ditunggu sama dokter Marta! Kamu jangan membuatku terlambat!" ucap Noona Citra kembali membuat Arsyad tertawa geli. "Dasar wanita tidak mau mengakui bahwa dirinya itu salah. Mmm," gumamnya.

Noona Citra salah tingkah dia menggigit bibirnya dengan bergumam, "Bodohnya aku! Dasar oon, kamu Noona."

Yoga yang sedang menguping di balik pintu itu berkata, "Dokter Marta bukannya dokter kecantikan langganan dia ya? Kenapa dia berbohong?"

Dokter yang menangani istrinya itu menghampiri Yoga dengan berkata, "Tuan, saya ingin membicarakan hal serius kepada anda. Bolehkah kita duduk di ruangan saya?"

Lalu, Yoga menganggukkan kepalanya. Dia pun bertanya kepada dokter tersebut saat mereka sudah saling duduk berhadapan.

"Dok, kenapa dengan istri saya?" tanya Yoga mengenai keadaan istrinya.

"Sebelumnya, saya mengatakan kabar gembira dulu ya kepada anda. Selamat istri anda sedang hamil. Usia kehamilan istri anda kini menginjak usia 16 Minggu," jawab dokter tersebut.

Yoga termenung. Dia pun kembali bertanya kepada sang dokter. "Maksudnya ada kabar yang tidak mengenakan kah begitu?"

Dokter pun menganggukkan kepalanya dan berkata, "Iya, Tuan. Kandungannya sangat lemah. Maka, tidak bisa jika dia harus terlalu capek. Bahkan untuk berhubungan badan pun ini tidak disarankan."

Bagaikan disambar petir. Yoga pun terdiam dan melihat ke arah Kiranti. Dia menghampiri istrinya dan mengusap rambut istrinya.

"Kamu hamil? Kenapa tidak bicara padaku?" tanya Yoga pada istrinya itu.

Terdiam Kiranti. Lalu dia mengambil punggung tangan suaminya dan berkata, "Aku takut kamu meninggalkan aku. Jika tahu aku sedang hamil." Ungkapannya ini beralasan karena sebelum pernikahan itu terjadi Yoga pernah meminta agar Kiranti menjaga tubuhnya dan dia tidak ingin bahwa dirinya hamil.

"Kalau, kamu tahu begitu. Kenapa kamu tidak menggugurkan kandunganmu itu? Lalu, kenapa malah kamu pertahankan? Ha? Realistis sajalah, aku butuh tubuhmu. Jika ada bayi itu kenikmatannya dimana?" bentak Yoga pada istrinya.

Saat hendak pulang Noona Citra dan Arsyad langkahnya terhenti ketika melihat Yoga memarahi istrinya tersebut. "Ayo kita pergi ke mereka! Seperti Yoga keterlaluan dengan Kiranti. Aku akan memukulnya," ucap Noona Citra yang sepertinya dia terpancing emosi. Bagaimanapun Kiranti adalah sahabatnya.

Namun, Arsyad menghentikan langkah Noona Citra. "Itu bukan urusan kita. Ayo kita pergi saja!" pinta Arsyad. Dia menarik tangan Noona Citra untuk menghindari pertengkaran yang terjadi antara Yoga dan Kiranti.

Noona Citra menghempaskan tangannya yang ditarik oleh Arsyad. "Ingat batasanmu padaku!" ancam Noona Citra pada Arsyad dengan mengarahkan telunjuknya tepat di wajah Arsyad.

Bersambung … .