Jayden memanggil Paola dengan suara pelan. Dia mengangkat kepala Paola hingga mata mereka saling menatap.
"Bagaimana dengan aktingku? Apakah bagus?" tanya Paola tertawa terbahak-bahak sambil menghapus air matanya.
Jayden menatap datar wajah Paola. "Ini rencana lagi? Kamu gila, Paola. Kamu terlalu terobsesi dengan dendam kamu," kata Jayden. Wajah dia mengeras menatap perempuan di hadapannya.
"Iy aku harus membalas semuanya. Aku memang harus membalas dendam pada keluarga Bowie itu bagaimanapun caranya," balas Paola.
"Paola, aku kira tadi asisten Alder benar-benar melecehkan kamu sehingga aku akhirnya masuk ke dalam dan menghajar dia tanpa ampun!" teriak Jayden kesal setengah mati dengan perbuatan Paola.
"Memang itu yang aku harapkan, Jayden. Aku senang ternyata kakeknya Alder mempercayai aku," balas Paola mengangkat sudut bibirnya dan tersenyum licik.
"Hentikan kegilaan kamu sebelum kamu benar-benar hancur. Kamu tidak tahu sekitar kita apakah orang-orang yang setia pada kita atau tidak," tegur Jayden.
"Maksud kamu orang setia itu pengawal kita dan supir kita yang akan membocorkan ide gilaku?" tanya Paola.
"Iya," jawab Jayden.
"Ya tidak masalah mereka membocorkan. Yoh mereka tidak punya bukti untuk menuduh aku. Au akan membuat perhitungan pada para penghianat yang berani membocorkan apa yang aku lakukan," balas Paola sinis.
"Ya terserah kamu. Aku tidak akan mengganggu semua rencana kamu, aku lelah menasihati kamu, tapi kamu malah makin parah. Apa jangan-jangan pembakaran butik Chelsea ada hubungannya dengan kamu juga?" tanya Jayden memejamkan matanya.
"Kita bahas di kantor kamu aja. Kita ke kantor kamu aja, aku mau lihat berkas-berkas kontrak," pinta Paola.
"Iya kontrak yang tertunda itu aku sudah membereskannya. Lebih baik pulang ke apartemen daripada dilihat orang kamu tiba-tiba seperti biasa saja setelah mengalami kejadian yang luar biasa di perusahaan Bowie," sindir Jayden.
"Oke di apartemenku saja kalau begitu," balas Paola.
"Andri kita kembali ke apartemen, jangan ke kantor dan pembicaraan di mobil ini harus kamu jaga atau keluargamu jaminannya," perintah Jayden dengan tatapan bengis.
"Siap, Tuan," balas Andri dengan suara bergetar. Diatahu dua majikan di belakangnya terkadang sangat gila.
Paola tersenyum kecil menatap Jayden yang selalu mendukungnya walaupun kadang menasihati dia dengan kejam.
"Andri, kamu sudah punya istri dan anak?" tanya Paola.
"Iya sudah, Nona," jawab Andri sambil menatap nonanya di spion yang mengarah ke belakang.
"Jaga istri dan anakmu baik-baik. Jaga setiap omongan yang keluar dari mulut kamu," kata Paola.
"Iya saya akan menjaga mulut saya ketika berucap. Saya sangat menyayangi keluarga saya, Nona," balas Andri.
"Bagus," kata Paola sambil menyandarkan tubuh di kursinya.
Arga, Alder bersama kedua orang tuanya yang baru datang setelah disuruh oleh kakeknya tengah berkumpul di perusahaan Bowie.
"Pa, ada apa? Kenapa aku dipanggil ke sini?" tanya Theodor menatap tajam ke arah putranya.
"Kamu tanya dengan tingkah bodoh putramu yang selalu membela kekasihnya, bahkan menuduh orang yang baik sama dia dan kekasihnya diejek wanita ular," decak Arga.
"Pa, ini sudah urusan mereka. Kita tidak perlu mencampuri. Lagian Alder dan Chelsea sudah bertunangan dan Alder pasti membela kekasihnya, tidak mungkin Paola yang dia bela. Kita bahkan tidak ada saat kejadian," tegur Theodor.
"Putramu ini juga tidak ada waktu kejadian, tapi mau memukul Paola," sindir Arga.
"Apa benar, Nak?" tanya Kaila.
"Ma, Paola itu wanita ular. Dia berbohong pada semua orang kalau mau membantu kami. Dia kenyataannya ingin mendapatkan pengakuan atas perbuatannya dari membantu Chelsea, kekasihku. Aku sudah tahu ada yang aneh dengan dia," jawab Alder.
"Kamu tidak bisa menuduhnya wanita ular kalau tidak ada buktinya," kata Kaila geleng-geleng kepala.
"Kamu mau memukulnya? Pria macam apa yang hendak memukul wanita? Apa kami pernah mengajarkan kamu seperti itu pada perempuan?" tanya Theodor tidak habis pikir dengan pikiran putranya.
"Oke aku salah dan aku belum pegang buktinya karena Harry sudah keburu dijebak sama Paola dan asistennya. Asal kalian tahu Jayden itu bukan asisten biasa," balas Alder.
"Cukup, Alder. Kamu ini terlalu banyak asumsi tidak baik," tegur Arga.
"Pa, sudah. Sepertinya masalah ini tidak akan kelar kalau belum ada bukti. Alder tunjukan bukti pada kami baru kamu boleh mengatai Paola wanita ular dan menghajarnya," kata Theodor.
"Sayang, aku yakin Paola itu benar-benar tulus membantu. Lagian dia model papan atas. Kalau dia mau mencelakakan kita, apa salah kita padanya dan dia ngapain?" tanya Kaila.
"Tuh dengar kata mama kamu. Kamu harus cari tahu latar belakang Paola, tapi ingat jangan main hakim sendiri kalau tidak punya bukti," jawab Theodor.
"iya akan aku pastikan buktinya segera. Aku sekarang mau fokus dulu pada pernikahan aku dan Chelsea. Aku berencana mempercepatnya, Pa, Ma dan Kakek," balas Alder pelan.
"Apa Chelsea sudah siap kalau dipercepat?" tanya Kaila bingung.
"Chelsea akan siap, Ma. Lebih baik aku menikahi dia daripada aku susah memantaunya," jawab Alder.
"Memantau untuk apa, Alder? Kamu punya pengawal," kata Theodor tidak habis pikir dengan ucapan putranya.
"Mama terserah kamu. Mama bingung," timpal Kaila.
"Nanti aku akan bicara sama Chelsea untuk dipercepat," balas Alder.
"Terserah kalian, aku pulang," balas Arga bangun dari duduknya dan keluar dari ruangan kantor.
Pintu dibanting dengan keras oleh keras hingga mengagetkan mereka semua.
Papa juga pulang," pamit Theodor menatap putranya datar.
"Oke hati-hati, Pa," balas Alder sambil mengamati gerak-gerik papa dan mamanya yang terlihat begitu emosi.
"Sudah, ayo kita pulang. Kamu jenguk asisten kamu dan lihat kondisinya bagaimana. Suruh dia cari bukti segera sebelum kami salah paham kepada kamu, Nak," kata Kaila lalu berjalan meninggalkan putrinya.
Alder terduduk lemas di kursi kerjanya. Dia merasa lelah karena sudah bertengkar dengan orang tuanya.
"Argh, sial! Harry kenapa bisa sebodoh ini? Seharusnya dia tahu kalau akan dijebak seperti ini. Konyol, sekarang keluargaku bisa makin membenci Chelsea gara-gara ulah dari Paola. Paola, aku akan memberi pelajaran padamu!" teriak Alder dengan napas memburu.
***
Chelsea yang berada di rumahnya merasa khawatir dengan Alder yang belum memberikan kabar setelah pria itu pergi entah ke mana.
"Chelsea, kamu harus istirahat. Ingat kata dokter, jangan terlalu banyak berpikir. Tubuh kamu masih membutuhkan istirahat yang banyak setelah mengalami kecelakaan yang hebat," kata Natasya.
"Ma, aku masih menunggu Alder. Dia pergi entah ke mana dan ponselnya juga tidak aktif," rengek Chelsea.
"Jangan terlalu lelah dalam berpikir. Kamu harus banyak istirahat. Nanti Alder juga datang kalau sudah selesai urusannya," balas Natasya.
"Iya, Ma," kata Chelsea berusaha memejamkan matanya yang terasa sangat lelah.