webnovel

Not Interest

Chelsea menganggukkan kepalanya. Benar kata calon mertuanya kalau dia tidak boleh mengidolakan seseorang sampai berlebihan.

"Iya, Ma," kata Chelsea.

"Chelsea, Mama minta maaf kalau kami ada yang menyakiti perasaan kamu," balas Kaila.

"Tidak, Ma. Semuanya baik padaku kok," kata Chelsea tersenyum ramah.

"Mama tahu soal kakek dan papanya Alder yang memang tidak menerima kamu, tapi untung papanya Alder sekarang sudah mulai bisa menerima kamu," balas Kaila.

"Iya, Ma. Terima kasih atas dukungan Mama," kata Chelsea.

Kaila memeluk Chelsea. Tidak lama pintu kamar mandi terbuka membuat mereka mengalihkan pandangan ke arah orang yang membuka pintu.

"Mama kok ada di sini sih?" tanya Alder yang hanya memakai handuk saja.

Chelsea menundukkan kepalanya karena wajah dia mulai memerah.

"Kamu ini kenapa tidak pakai baju di kamar mandi? Badan kamu memang bagus banget?" tanya Kaila.

"Mama, aku bebas dong mau pakai baju atau tidak kalau lagi sama kekasih aku," jawab Alder berjalan santai ke ruang ganti.

"Kamu jangan mau dikasih lihat badan dia yang tidak bagus itu," kata Kaila.

Chelsea terkekeh geli. Dia merasa lucu dengan Kaila yang bilang badan Alder tidak bagus, padahal menurut dia tubuh pria itu sangat indah.

"Kamu jangan iya terus," kata Kaila.

"Maaf, Ma," balas Chelsea.

Tidak lama Alder keluar dari ruang ganti dengan menggunakan pakaian santai.

"Kok kamu pakai baju santai? Papa kamu suruh kamu pakai pakaian rapi dan langsung ke ruangan kerjanya," kata Kaila.

"Ma, nanti saja aku ganti baju lagi. Kalian buru-buru amat mau pergi ke acara itu. Mama aja belum ganti baju," balas Alder.

"Ya sudah kamu temui dulu papa kamu," kata Kaila.

"Iya kamu temui dulu papa kamu, aku tidak mau dia marah pada kamu," balas Chelsea lembut.

Raut wajah Alder berubah melembut. Dia tersenyum pada kekasihnya.

"Baiklah. Kamu tunggu aku kembali, aku pengen berlama-lama sama kamu berhubung aku ambil cuti," kata Alder lirih.

"Aku menginap di rumah kamu, jadi kita bisa ngobrol sepuasnya," balas Chelsea berdiri dan menggenggam tangan Alder.

"Mama iri deh melihat keromantisan kalian," kata Kaila.

"Mama sama papa lebih romantis," balas Chelsea.

"Kamu bisa aja," kata Kaila.

Alder pamit pada Chelsea dan Kaila untuk ke ruangan Theodor. Dia keluar dari kamar dengan raut wajah kesal.

"Ma, maafkan Alder. Dia terkadang suka kesal gara-gara masalah kecil saja," kata Chelsea tersenyum pada Kaila.

"Dia bukan kesal, memang dia kadang keras kepala. Kamu tidak perlu merasa tidak enak dan tidak perlu meminta maaf. Mama keluar dulu untuk melihat Alder sama papanya bertengkar atau tidak," balas Kaila.

"Iya, Ma," kata Chelsea.

Chelsea melihat Kaila sudah pergi mencicipi camilan dan minuman yang disediakan sambil menunggu Alder kembali.

***

Alder yang berada di ruangan kerja Theodor duduk berhadapan dengan papanya.

"Papa mau kamu fokus pada perusahaan selain urusan percintaan kamu," perintah Theodor.

"Iya aku fokus kok pada perusahaan. Papa tenang saja," balas Alder.

"Papa setuju dengan hubungan kamu sama Chelsea karena kamu mencintainya. Papa menerima dia, tapi dia harus bisa berbaur dengan para kolega kita juga. Sekarang dia sudah mulai merintis kariernya, tapi itu baru mulai dalam waktu dekat ini dan atas bantuan kamu. Orang tuanya sama sekali tidak berguna," kata Theodor.

"Pa, cukup. Aku tidak mau Chelsea mendengar ada yang menghina orang tuanya," balas Alder kesal.

"Papa hanya mau Chelsea bisa menjadi calon menantu yang terbaik untuk keluarga kita. Papa tidak mau nama keluarga kita buruk gara-gara kekasih kamu itu," kata Theodor.

Alder mengepalkan tangannya. Dia berjanji pada Theodor bahwa Chelsea tidak akan menyusahkan keluarga mereka.

"Papa hanya tidak mau dia bergantung dengan uang dari kamu," kata Theodor.

"Iya aku mengerti. Lagian memang mamaku dulu mandiri?" tanya Alder kesal.

"Papa akui mama kamu bergantung sama keluarganya, tapi keluarga kami sepadan, sedangkan keluarga Chelsea usahanya saja tergantung sama kita," jawab Theodor.

"Iya aku akan membantu Chelsea agar bisa membuat keluarga kita bangga," balas Alder kesal dengan papanya yang selalu memojokkan kekasihnya.

"Oke, lakukan sebisa kamu. Bersiaplah, kita akan pergi sebentar lagi," kata Theodor.

"Apa kakek dan nenek ikut?" tanya Alder.

"Tidak. Mereka, khususnya kakek kamu mau kita yang ke sana bertemu dengan para pebisnis itu," jawab Theodor.

"Oke, Pa," balas Alder.

"Ya sudah kamu siap-siap dulu sana," perintah Theodor.

Alder menganggukkan kepalanya lalu keluar dari ruangan Theodor.

"Papa memang terlalu mengatur urusan aku. Aku tahu dia menyayangi aku, tapi tidak perlu begitu juga," gumam Alder sambil berjalan menuju ke kamarnya.

***

Paola yang berada di kediaman Alfonso tengah didandani oleh Ben. Lipstik berwarna merah dan bedak di pipi senada dengan kulit perempuan itu membuat dia terlihat sangat cantik. Tak lupa gaun panjang beludru dengan motif macam tutul yang memiliki belahan di paha serta lengan dengan gaya sabrina menambah keindahan tubuh Paola.

"Nona, apakah sudah bagus?" tanya Ben aopan.

"Bagus. Ini karya Chelsea?" tanya Paola.

"Iya, Nona, tapi beberapa jahitan pinggirannya membentuk lekuk tubuh Nona sesuai keinginan Nona," jawab Ben.

"Iya aku lebih suka seperti ini. Seharusnya desainer itu bertanya padaku sebelum membuat karyanya," balas Paola.

"Iya, Nona," kata Ben.

"Desainer yang baru memulai kariernya atas bantuan kekasihnya," balas Paola tersenyum miring.

"Iya, Nona," balas Ben singkat. Dia tidak berani berkomentar lebih.

"Paola sudah kelar?" tanya Jayden yang masuk ke dalam kamar.

"Bisa tidak kamu mengetuk pintu dulu sebelum masuk?" tanya Paola sambil memutar bola matanya.

"Maaf, Paola. Aku takut kamu telat," kata Jayden menggaruk tengkuknya tidak gatal.

Paola berdiri dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam dengan hiasan batu swarovski.

"Bagaimana penampilanku? Apakah sangat menarik?" tanya Paola.

Jayden menatap Paola dari atas sampai bawah.

"Sempurna, Paola. Kamu selalu sempurna," jawab Jayden.

"Iya tentu aku harus selalu sempurna," balas Paola tersenyum kecil.

Paola berjalan keluar dari kamar diikuti Jayden, sedangkan Ben membereskan peralatan dandannya.

"Wow, kamu cantik sekali!" teriak Diana.

"Tante, terima kasih," kata Paola.

Paola melihat ada Dino di samping Diana menyapa pria itu.

"Paman baru datang?" tanya Paola.

"Paman baru mau bersiap makan malam," balas Dino.

"Paman tidak hadir di acara para pebisnis?" tanya Paola.

"Paman diwakilkan sama Jayden aja. Dia berangkat sama kamu, memang kamu tidak lihat kalau penampilan dia sudah rapi banget?" tanya Dino.

Paola melirik ke arah Jayden lalu menepuk keningnya.

"Aku tidak terlalu memperhatikan Jayden," kata Paola.

"Paola, kamu memang tidak pernah memperhatikan aku. Aku tidak menarik bagi kamu," gumam Jayden.

Jayden merasakan hatinya bergemuruh. Dia hanya bisa mencintai Paola dalam diam.