Pagi hari Aisyah terbangun namun tubuhnya terasa berat, seperti ada yang menindih tubuhnya. Aisyah sangat terkejut ketika tahu siapa pelakunya, tubuhnya dipeluk erat oleh Axel sementara kakinya Axel menindih kakinya seolah Aisyah adalah guling yang sangat enak untuk dipeluknya.
"Ya ampun berat sekali, kenapa dia tertidur di sini dan bukannya semalam aku sedang menonton TV di sofa ya?' katanya sambil berpikir mengingat-ingat kejadiannya semalam.
Aisyah bernapas lega karena semalam tidak terjadi apa-apa, hanya saja Ia yang tertidur di depan TV dan sepertinya Axel memindahkannya ke dalam kamar.
"Tapi kenapa dia harus tidur di sini juga sih?" itu yang ada dalam pikiran Aisyah.
"Abang, Abang, Bang bangun," katanya sambil menusuk-nusuk dada Axel yang sedang memeluknya dengan jari telunjuknya, Aisyah merasa tubuh Axel sangat berat memeluk dirinya.
"Kamu pikir aku guling ya," katanya sambil berusaha mendorong tubuh Axel namun Axel sepertinya tidak bergeming.
Akhirnya Aisyah memencet hidung mancung kekasihnya itu, Axel bangun juga namun tidak melepaskan pelukannya.
"Sebentar lagi sayang, masih pagi,"Katanya dengan suara serak khas orang bangun tidur. Axel bukannya terbangun ia malah memeluk tubuh Aisyah lebih erat.
"Aku bukan guling, tubuhmu sangat berat," kata Aisyah sampai menepuk-nepuk tangan Axel yang tidak mau melepaskan pelukannya.
"Kamu berisik sekali sih sayang dan jangan banyak gerak kata Axel malah mengomel pada Aisyah yang tentu saja membuat Aisyah tambah kesal.
akhirnya dia menggigit hidung Axel dengan grmas hingga akhir terbangun.
"Kamu ya kalau mau gigit jangan hidung tapi ini," katanya sambil mencium bibir Aisyah dan melumatnya. Aisyah terkejut lalu berusaha melepaskan bibirnya dari bibir Axel namun Axel malah menahan tangan dan kembali menyesap bibir Aisyah dengan lembut.
Axel melepaskan bibirnya ketika Aisyah sepertinya butuh asupan Oksigen.
"Itu hukuman karena kamu sudah membangunkanku, dan sekarang hukuman karena menggigit hidungku," katanya sambil memeluk Aisyah dan kembali memainkan bibir lembut kekasihnya.
Axel mengumpat dalam hati, bagaimana bisa dia harus masuk kekamar mandi ketika tidak kuat untuk menahan hasratnya namun dia juga tidak mau merusak kekasihnya.
"Sepertinya aku harus segera menikahinya, dan si junior ini tidak tahu diri," katanya kesal.
Aisyah menarik nafasnya lega, akhirnya Axel berdiri dan masuk kamar mandi tanpa berkata apa-apa padanya setelah berkali-kali Aisyah menyingkirkan tangan Axel dari dadanya.
"Kenapa malah dia langsung larin keluar kamar?" Katanya namun Aisyah sadar kalau Axel pasti harus mendinginkan dirinya di kamar mandinya, untuk menidurkan Juniornya karena tadi tanpa sengaja Aisyah menyentuh benda aneh dan terasa besar dan keras.
"Ya ampun apa punya dia sebesar itu kalau sedang bangun?" Katanya sambil menutup mulutnya dengan tangannya.
Axel keluar dari kamarnya dengan menggunakan celana pendek selutut dan kaos Oblong sementara Aisyah sudah selesai mandi dan dia sedang membuatkan sarapan untuk Axel dan dirinya.
"Pagi," Sapa Aisyah sambil membawa secangkir kopi dan pancake untuk Axel.
"Pagi," jawabnya masih menundukkan wajahnya karena kesal.
"Abang kenapa?" Aisyah pura-pura bodoh padahal dia ingin tertawa keras karena Axel tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.
"Tidak kenapa-napa," katanya masih sibuk dengan gadgetnya.
"Ya sudah aku keruangan belajar dulu yah," katanya menghampiri Axel lalu mengecup pipinya, Axel langsung menengok ke arahnya.
"Sarapan dulu,duduk," katanya dingin, Aisyah tidak membantah dia duduk lalu menaruh dagunya di pundak Axel. Dia sepertinya semangkin suka menggoda Axel.
"Abang sedang baca apa?" katanya dengan nada manja. Axel menarik nafas resah namun dia berusaha menjaga wibawanya.
"Sarapan yang bener katanya mau belajar," Axel berkata dengan nada tegas.
"Iya dehhh," sambil menarik dagunya dari pundak Axel dengan sedikit kesal. Axel meliriknya, dilihatnya Aisyah mengerucut kesal yang membuat Axel gemas ingin tertawa, kalau saja dia tidak sedang mode ngambek pada Aisyah mungkin bibir itu akan menjadi sasarannya seperti tadi pagi.
***
"Semoga lancar sidangnya, dan ingat aku orang pertama yang harus kau kabari," nada memerintah terdengar di telinga Aisyah.
"Baiklah Tuan Tampan, doakan sidangku berjalan dengan lancar," Kata Aisyah sambil mengecup punggung tangan Pria yang sudah menyatakan mencintai dirinya itu.
"Pastinya tanpa kau minta." Axel mengecup kening Aisyah sementara sang sopir hanya meliriknya lewat kaca spion lalu tersenyum.
"Manis sekali tuannya ini, tidak pernah aku melihat dia begitu peduli dan perhatian pada wanita selama ini," katanya sambil tersenyum, yang tentu saja hanya dia katakan dalam hati.
Aisyah turun dari mobil Axel dengan menenteng tote bag berisi skripsinya yang sudah ia bundel menjadi satu setiap bukunya, berjalan masuk ke dalam kampus karena dia memang tidak ingin diturunkan di pintu gerbang kampusnya, karena khawatir akan menjadi pembicaraan teman satu kampusnya.
"Aisyah," teriak seorang wanita dengan wajah hitam manis berteriak memanggilnya.
"Hai Ella," jawab Aisyah senang ketika melihat siapa yang memanggilnya.
"Kau siap sidang hari ini?" Tanya Ella yang melihat Aisyah mengenakan kemeja sifon berwarna putih tulang dan rok lipit kotak-kotak berwarna abu tua dan coklat berbahan woll panjang menutupi kaki indah milik Aisyah.
"Tentu saja, dan kau sendiri bagaimana nona manis?" Tanya balik Aisyah pada gadis ambon berambut keriting nan manis itu, mereka berteman sejak sama-sama diterima di fakultas ekonomi jurusan management ini.
"Tentu saja Aisyah, Aku sangat siap walaupun semalam aku tidak bisa tidur dengan nyenyak," katanya sambil tersenyum manis.
"Kenapa tidak bisa tidur? Apakah kamu khawatir soal ujian sidang ini?" Tanya Aisyah penasaran, karena semalam pun dia tidak bisa tidur nyenya, bukan karena akan menghadapi sidang hari ini tapi semalam Axel memeluknya, alasannya dia bisa tidur nyenyak jika tidur sambil memeluk dirinya, sementara hembusan nafas di tengkuk harus membuatnya menahan hasrat sekuat-kuatnya.
"Bukan, karena kipas angin di tempat kosan mati dan aku tidak hanya kegerahan tapi aku pun harus rela menjadi pendonor untuk nyamuk dan teman-temannya." Aisyah nyaris terbahak namun ditahannya karena melihat wajah kesal dari sahabatnya itu.
"Aahhh kau ini ada-ada saja, ayo nanti kita terlambat," ajak Aisyah yang akhirnya mereka melangkah menuju ruang sidang Fakultasnys.
1 jam kemudian Aisyah bisa bernafas lega setelah mendapat puluhan pertanyaan dari dosen penguji dari presentasi skripsinya dan selesai, keluar ruang sidang untuk mendapatkan asupan oksigen segar diluar ruangan.
"Akhirnya, semoga hasilnya memuaskan," katanya dalam hati.
"Minum dulu," Aisyah menengok ke arah si pemberi air mineral.
Dengan ragu Aisyah menerima air mineral pada botol yang masih tersegel rapi.
"Hai Dan, terima kasih ya," sambil menunjukan air mineral yang suidah di tangannya.
"Bagaimana? Tadi lancar tidak sidangnya?" Tanya pria memiliki nama Daniel Hermawan itu
"Lancar, hanya tinggal tunggu hasilnya," jawab Aisyah sambil minum air mineral yang dia ambil dari dalam tasnya, membuat Daniel mengerutkan keningnya.
"Aku pikir kau tidak bawa minum." Aisyah tersenyum.
"Aku selalu bawa air kemana-mana, karena yang kamu beri masih utuh jadi aku minum yang sdh aku bukan dan minum saja.
"Ngomong-ngomong nanti kita rayakan bareng teman-temannya kalau sudah ada pengumuman." Aisya menatap ke arah Danie, setahu dia hari ini Daniel bukanlah orang yang mengikuti sidang skripsi dan bukan skripsinya baru saja mengajukan judul.
"Kamu ini lucu memangnya kamu ikut sidang juga sampai nunggu pengumuman?" Tanya Aisyah bingung.
"Bukan aku, tapi kamu sekalian ada yang mau aku omongin," kata Daniel percaya diri.
Daniel memang terkenal kaya dan tampan, perempuan mengantri untuk menjadi kekasihnya, kalaupun ada perempuan mereka tidak akan bertahan lama alasannya apa tidak tahu, namun Aisyah bukanlah perempuan yang silau oleh harta dan ketampanan.