webnovel

Perubahan Yang Terjadi

"Mimpi buruk saja berhasil mengubahmu menjadi begini?" tegur gadis itu yang merasa prihatin.

"Mimpi buruk itu terus berulang," kata John yang berbisik.

Tidak ada yang rahasia tentang hal itu karena banyak orang memiliki pengalaman yang sama. Hanya saja situasi mereka tidak pernah seburuk yang dia alami.

"Kau pernah mengalami mimpi buruk yang sama? Maka kau harus terjaga dan memeriksanya. Katanya bahwa beberapa orang dapat mengontrol mimpi mereka dengan bebas dan mengubah mimpi buruk menjadi mimpi indah. Bukankah mereka punya kemampuan ajaib?" kata Yuna setelah berpikir sejenak.

"Ah iya, tapi apakah itu mungkin?" John telah mendengar hal tersebut sebelumnya, tetapi dia tidak dapat memverifikasi keasliannya.

"Tentu saja. Aku pernah mengalami mimpi buruk sebelumnya. Kau tidak boleh membaca cerita horor sebelum tidur, dan kau tidak boleh memiliki rasa takut yang terpendam di hatimu. Jika tidak, kau pasti akan mengalami mimpi buruk. Karena jauh di dalam sana, dirimu mungkin mempertanyakan hal yang sama. Saat tidur, kemana kita pergi?" kata Shen Yan.

"Oke baiklah kalau begitu?" John mengangguk. Dia juga telah memeriksa klaim-klaim itu, tetapi tentu saja dia tidak dapat memverifikasi kebenarannya.

"Sebaiknya kau percaya pada hal itu. Aku dulu pernah mengalami mimpi buruk, tetapi setelah aku menemukan metode yang diajarkan itu, diriku tidak pernah mengalami mimpi buruk lagi. Kau memimpikan apa yang kau mungkin sedang pikirkan dan hal itu menjadi sebuah terror di malam hari untukmu," kata Shen Yuna.

"Betulkah?" John berkedip dan tidak mengatakan apa-apa lagi.

"Tentu saja. Lihatlah dirimu, kamu terlihat sangat mati. Apakah kau ingin aku membawamu ke ruangan gym sesudahnya? Shen Yuna berkata mengikuti intuisi sesatnya lagi.

"Lupakan saja," tegas John.

"Ck-ck. Sekarang, bahkan setelan senam dan melihat kaki yang panjang, apakah itu tidak cukup untuk membangkitkan minatmu?" Yuna menghela nafas, tapi terus menggoda sahabatnya itu.

"Aku hanya ingin tidur nyenyak sekarang," sebut John yang merasa tidak berdaya.

John langsung pulang ke rumah sepulang sekolah di sore hari dan terkejut melihat orang tuanya tengah berada di rumah. Ibunya bernama Wanda Gee, sedang memasak di dapur, dan ayahnya, bernama Zhousin Lin, sedang duduk di ruang tamu sembari membaca koran. Kakak perempuannya, Jean Lin, tidak ada di sana karena sepertinya dia telah kembali ke perguruan tinggi.

Melihat John tiba di rumah, ayahnya meletakkan kertas berita yang dipegangnya dan membuang tatapan dengan cemas. "Kenapa kamu terlihat sangat pucat akhir-akhir ini? Apakah kamu sakit? Nak, jangan pernah meremehkan penyakit sekecil apa pun. Beberapa penyakit bahkan bisa membunuh secara perlahan."

"Aku baik-baik saja kok, Ayah," John mengganti alas kakinya. "Hanya saja aku kurang tidur akhir-akhir ini."

"Sebaiknya jangan begitu. Nak –" Sebelum ayahnya selesai, John melepas ranselnya dan memasuki kamarnya. Pintu dia banting secara tak sengaja hingga menutup dengan keras. Kemudian, hal yang tersisa adalah keheningan semata.

"Anak ini…" Zhousin memandang istrinya yang keluar untuk melihat apa yang terjadi. Keduanya saling memandang dengan ekspresi khawatir di wajah mereka.

"Ayah masih sakit. Kita tidak boleh membiarkan sesuatu terjadi pada kedua anak kita," kata Wanda.

"Aku akan mengawasi mereka, jangan khawatir. Sekarang, kamu bisa pergi dan buat makan malam," Zhousin melambai padanya.

***

Saat berbaring di tempat tidur pada malam yang hanya diterangi cahaya bulan, tubuh John tidak bisa bergerak, dan anggota tubuhnya membeku. Satu-satunya bagian tubuhnya yang hampir tidak bisa digerakkan adalah jari dan otaknya. Itu juga sebagian karena kerja kerasnya selama beberapa hari terakhir.

"Tack… Tack"

"Tack… Tack"

Suara dari langkah kaki itu kembali terdengar lagi. John berusaha untuk tetap tenang saat dia mencoba menjernihkan pikirannya. Setelah mengalami mimpi buruk yang sama berkali-kali, dia tahu dia tidak bisa terus seperti itu lagi karena dua minggu dengan tidur yang acak-acakan, telah benar-benar merusak kesehatan dan hidupnya.

"John Lin," tiba-tiba, dia mendengar suara memanggilnya, lantas ekspresinya berubah secara drastis. Dia bahkan membeku.

"John..." Suara itu sepertinya melayang dari kehampaan yang jauh, terdengar sedih, tapi begitu mengerikan seolah sosoknya sedang berbisik. Tapi, John hanya berada di dalam kamar tidur kurangnya yang memiliki dari enam meter persegi.

"John…" suara yang sama terdengar lagi. Sosok itu menjeritkan namanya.

John menggertakkan giginya, mencoba menstabilkan detak jantungnya yang perlahan berdegup semakin cepat. Setelah pengalaman sebelumnya, dia telah memperhatikan adanya sebuah pola berulang. Setiap kali dia panik, langkah kaki yang dia dengar akan semakin kencang seolah menambah kecepatan dan terasa semakin dekat, membuatnya kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri.

"Jangan takut," kata John pada dirinya sendiri. Dia berbalik dan menatap wanita berbaju putih yang sedang duduk di depan meja yang berada di sebelah kirinya.

Kemudian dia menutup matanya untuk menarik napas dalam-dalam. Dia membuka matanya lagi dan melihat seorang wanita dengan kulit pucat tepat di depan wajahnya, hampir menyentuh hidungnya.

Mereka berjarak kurang dari satu meter antara satu sama lain. Mata wanita itu terbuka lebar seolah-olah dia telah melihat sesuatu yang menakutkan. Tiba-tiba, sebuah cahaya melintas di matanya. Ketika John bisa melihat lagi, wajah wanita itu hilang, dan wanita berbaju putih itu masih duduk tak bergerak di meja dengan punggung yang membelakanginya. Dia gemetar, mencoba mengendalikan tubuhnya.

"Tack… Tack"

"Tack… Tack"

Langkah kaki itu semakin dekat dan dekat. "John Lin." Panggilan itu juga semakin dekat, dan pintu kamar perlahan terbuka dengan satu klik. John berjuang untuk mengendalikan tubuh dan emosinya, melawan segenap energi yang terasa membuat dirinya lemah.

"Tack… Tack"

"Tack… Tack"

Langkah kaki itu menutup celah di antara mereka, perlahan memasuki kamarnya dan berhenti tepat di ujung tempat tidurnya. John kini bisa dengan jelas merasakan bahwa seseorang sedang menatapnya dengan senyum misterius. Sebuah sosok yang dingin dan tak bernyawa. Entah bagaimana, dia tiba-tiba merasakan sepasang tangan perlahan meraih selimutnya.

"John Lin!" Jeritan tiba-tiba terdengar di telinga John, dan seluruh tubuhnya terasa mati rasa. "Mari kita binasa bersama-sama! Ini panggilan untukmu. Mari kita terbakar dalam api neraka."

John tidak punya waktu untuk berpikir lagi. Rasa pucat dan ketakutan yang tengah memeluknya berusaha dia dorong menjauh dan membuatnya memudar dari wajahnya. Dengan sekuat tenaga, dia melemparkan selimutnya, berusaha bangkit, dan mengulurkan tangan untuk menangkap sosok di ujung tempat tidurnya.

"Aah!" Ada tangisan yang terdengar melengking. John merasakan dunia berputar di sekelilingnya, dan dia tidak bisa melihat apa-apa sekarang. Dia sepertinya telah menabrak sesuatu, tapi juga di saat yang sama tidak merasakan apa pun.

**To Be Continued**

"Saat Tidur Kemana Kita Pergi?" Terima Kasih untuk kalian yang sudah baca sampai sini. Fitur batu kuasa sudah terbuka, kalian bisa bantu dukung cerita ini dengan bagikan batu kuasa yang ada. Luv Y'all.

M_Jiefcreators' thoughts