Perasaan istimewa sedang menghiasi hati Gibran, walau dia belum bisa memutuskan itu perasaan cinta atau sekedar kagum. Dia berusaha mengingat semua kata Zahra dan membakar kenangan Diana.
Wantu cepat sekali berganti, menjelang dua malam di rumah kecil, terlihat seorang gadis sedang menunggu seseorang. Tangannya memang memegang kitab suci Al Qur'an. Namun hati dan matanya seringkali tertuju ke pintu. Perasaan cemas mulai hadir, perasaan takut mulai membelenggu. Namun dia menfokuskan diri untuk membaca Al Qur'an lagi.
Setelah 1 jam, dan waktu menunjukkan 21:00 WIB. Aqila merasa takut sendiri kemudian Dia memutuskan untuk video call dengan Rina menggunakan nomor baru.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Rina tersenyum.
"Ini sudah malam, maaf ganggu Mbak."
"Tidak papa Qila, Mas Eza juga sedang ada dinas malam, jadi ... mari ngobrol."
"Aku kesepian Mbak. Nomernya om tidak aktif, huft ...."
"Ciye ... sepertinya datangnya rasa cepat?" Rina meledek dengan bertanya seperti itu.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com