webnovel

Terjerat Cinta Kontrak

Reina menikah dengan Yose untuk menutupi kehamilan di luar nikah. Ia menikah dengan lelaki tersebut tidak ada dasar cinta ataupun rasa suka. Namun ketika Reina mulai jatuh hati pada Yose, lelaki itu malah jatuh hati kepada wanita lain yang sudah bersuami! Bagaimanakah Reina mengatasi pernikahannya yang hanya di atas kertas putih tersebut? Bisakah dia kembali dengan Yose?

Sr_Intan · Urbain
Pas assez d’évaluations
316 Chs

Pagi yang Bergelora

Sudah malam. Waktu yang tepat untuk istirahat bersama dengan keluarga. Seperti malam itu. Reina sudah sampai di rumah tadi sore sebelum Yose pulang dari sekolah.

Reina tak mempermasalahkannya. Yang terpenting dia masih berstatus memiliki suami ketika orang-orang sudah tahu kalau dirinya kini tengah hamil.

Namun ketika Reina baru saja hendak menarik selimutnya, dan Yose di dalam kamar mandi. Ia mendengar suara bel yang berasal dari pintu rumahnya.

Kalau pun ibunya, itu tidak mungkin. Apalagi ayahnya. Apa nenek Yose? Ah ini sudah terlalu malam, mana mungkin nenek Yose datang. Lalu untuk apa? Menjenguk Yose? Pasti bukan.

Dengan langkah malas, Reina berjalan ke arah pintu. Begitu pintu terbuka, Reina tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Seorang wanita dengan wajah yang seperti habis dipukuli datang malam-malam ke rumahnya. bukan ke rumah sakit.

"Maaf, tapi apa Yose ada?" tanya Lara.

Reina melirik ke arah belakang, dan melihat Yose menatap panik wajah Lara. Dia pun gegas menghampiri wanita itu dan mengajaknya masuk ke dalam. Hampir saja Reina tak percaya kalau baru saja dia diabaikan oleh Yose.

Tak ingin melihat pemandangan itu, akhirnya Reina masuk. Ya, masuk ke dalam kamarnya dan tak ingin mendengar apa-apa.

"Jam berapa ini? Kenapa harus datang ke sini bukan ke rumah sakit," gumamnya kesal.

"Lagian kalau dipukuli—memangnya Yose bisa apa? Dia bisa jahit mukanya?"

Ah entahlah! Malam itu Reina benar-benar dibuat kesal oleh pemandangan tersebut. padahal dia ingin menceritakan masalahnya tadi ketika bertemu dengan adik Daniel.

Tapi sepertinya tak perlu. Yose tak perlu tahu. Dia tidak penting.

**

Detik jarum jam berdetak, sangat hening sampai Reina bisa mendengar suara detik itu di telinganya.

Ia sebenarnya gusar. Tak bisa tidur sejak tadi.

Gara-gara dia sedikit memberikan kebebasan pada Yose, kini dia malah makan hati sendiri.

Karena sedikit penasaran, akhirnya Reina berjalan menuju dekat pintu. Membukanya perlahan dan melihat kedua orang itu sudah ketiduran dan saling bersandar satu sama lain.

Tangan Reina mengepal. Ia sungguh sebal pada wanita yang bernama Lara yang tidak tahu diri itu.

Pun jika tahu kalau Yose adalah suami kontraknya, tak seharusnya dia melakukan hal hina seperti ini, bukan?

Sampai pagi, akhirnya Reina tak bisa tidur.

Sialan memang Lara dan Yose. Membuat dirinya kepikiran sampai tak bisa tidur. yang akhirnya dia memutuskan untuk berangkat pagi-pagi sekali ke restoran. Dan sudah pasti, di sana belum ada orang.

Mendengar suara deru mesin mobil dan mencium aroma parfum Reina yang menguar di seluruh ruangan. Mata Yose terbuka. Dia tersentak melihat dirinya dan Lara ternyata masih ada di ruang tamu.

"Lara," bisik Yose membangunkan Lara yang entah sejak kapan tidur di atas paha Yose. "Bangun, aku harus berangkat kerja."

Lara membuka matanya. Dia melihat di sekelilingnya, ia pun terkejut dan lupa jika tadi malam sudah melakukan hal gila dengan datang ke sarang harimau.

"Istrimu—di mana?" tanya Lara.

"Dia sudah berangkat ke restoran," jawab Yose.

"Dia pasti marah."

"Dia tidak mencintaiku, kenapa marah?" Yose memaksa senyumnya, meski hatinya terasa tak enak saat ini.

"Aku mau mandi, kamu tunggu dulu di sini. Akan kubuatkan sarapan untukmu setelah mandi," ucap Yose.

"Ah! Tak perlu, aku yang akan masak. Aku bisa memasak untukmu."

Yose sesaat lupa, jika dia sedang bersama dengan Lara bukan Reina. Wanita yang bisa memasak dan melakukan hal keibuan lainnya.

Dengan tersenyum lega, Yose mengangguk dan mengantar Lara menuju dapur.

"Bahan ada di dalam kulkas." Yose membuka kulkas kemudian menyingkir dari sana.

"Hmm oke."

**

Sementara itu Reina pergi dengan perasaan yang kesal. Dia tiba-tiba menyesal meninggalkan rumah pagi-pagi sekali.

Bagaimana kalau Yose melakukan hal aneh di belakangnya? Bagaimana kalau Yose— setidaknya itu yang ada di pikiran Reina saat itu. sampai akhirnya dia sampai di restoran.

Dengan hati yang gusar, dia membuka pintu restoran. Dia sengaja membawa kunci cadangan jika ada suatu hal terjadi. Ya, seperti ini misalnya.

Dengan melangkah buru-buru. Reina naik ke atas kemudian masuk ke dalam ruangannya.

Reina menyalakan ac-nya. Ia pikir tubuhnya panas karena cuaca, padahal bukan. Dia panas karena mengingat Yose dan Lara sepanjang waktu ini.

Dengan perasaan gelisah, Reina berbaring di sofa panjang kemudian memejamkan matanya. Hingga tanpa sadar dia sudah mulai masuk ke alam mimpinya.

**

Berbeda dengan Reina. Lara dan Yose sedang bahagia saat ini. bak suami istri dia sarapan di rumah Reina tanpa rasa bersalah.

Yose memandang wajah Lara yang menjadi sasaran empuk suaminya yang mabuk tadi malam.

"Apa suami kamu tidak mencari kamu?" tanya Yose.

"Dia akan tidur sampai siang, dan dia pasti mengira kalau aku sudah berangkat ke sekolah."

Yose mengangguk.

"Lalu Galih? Kenapa dia—"

"Abaikan dia," sambar Lara.

"Dia menyukaimu?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Lara tersedak sampai terbatuk. Yose mengambilkan segelas air putih untuk Lara dan berdiri di sampingnya.

Dia memandangi wajah cantik wanita yang beberapa akhir ini sangat ia kagumi dan berhasil membuat dirinya menjadi suami yang bodoh.

Lara mendongak ketika menyadari jika ditatap oleh Yose. Yose pun mengalihkan pandangan dan berusaha pergi. Namun tangannya diraih oleh Lara.

"Terima kasih," ucap Lara.

Yose hanya tersenyum. Namun beberapa saat kemudian, matanya tiba-tiba fokus menatap bibir Lara. Ia tahu jika ini salah, tapi Yose ingin melakukannya.

Ia akhirnya meraih tengkuk Lara dan menariknya ke arahnya. Ia melumat bibir itu dengan lembut. Tangan yang satunya memeluk pinggang Lara.

Ia pikir ciuman di pagi hari itu bisa berakhir sampai di sana. Tetapi ternyata tidak. Libido Yose naik, apalagi dia tak pernah melakukan hubungan suami istri dengan Reina. Hingga naluri lelakinya keluar.

Lara tersentak ketika Yose membopong tubuhnya. Tangannya spontan refleks melingkar di leher Yose.

Tidak ingin melakukannya di kamar. Yose ingin melakukannya dengan Lara di ruang tamu.

Cukup gila memang. Tapi situasi saat ini sangat mendukung.

Yose meloloskan kaos milik Lara dan membuangnya ke samping. Ia mengelus setiap inci kulit tubuh milik Lara sampai membuat wanita itu harus mengeluarkan suara desahan yang membuat hasrat Yose bertambah meledak.

"Yos, aku takut," kata Lara pelan.

"Takut apa? Aku akan selalu di samping kamu. Aku mencintaimu Lara, dan aku ingin memilikimu," sahut Yose pelan.

Mengabaikan norma yang ada. Yose akhirnya mengeluarkan kejantannnya dan memasukkannya ke dalam milik Lara secara perlahan.

Suara desah dan napas terengah saling bersahutan di rumah Reina pagi itu. membuat Yose lupa, jika dia sebenarnya masihlah suami sah Reina di mata hukum.