KRINGGGGG .... KRINGGGGG
Suara nyaring jam weker yang berada di kamar itu berdering keras, yang menandakan sudah jam 6.30 pagi. Sesuai dengan apa yang gadis itu atur.
"Ha-ahh, kenapa aku lupa nonaktif in alarm jamnya sih. Jadi ngeganggu tidur santai ku aja, sebel deh," keluh Vania dengan perasaan kesal. Ia tidak memperdulikan alarm jam itu dan malah melanjutkan tidurnya.
Di kamar yang lumayan luas, terdapat seorang gadis yang terlihat memiliki ukuran tubuh yang sedang. Bisa dibilang kalau dia memiliki badan yang tidak tinggi, namun tidak rendah juga. Namanya adalah Vania Callista, seorang pelajar menengah atas yang sedang menduduki kelas tiga. Kamarnya terlihat sedikit berantakan. Ada handuk yang tergeletak di lantai, baju yang tak tersusun rapi, tas yang tergeletak, lemari yang terbuka, dan bahkan piring sisa makan yang tergeletak di lantai dengan sisa-sisa nasi menempel di piring.
Jam weker itu kembali berdering nyaring.
Vania semakin kesal mendengar jam nya yang terus berdering, kemudian dia berusaha menggerakkan tangannya untuk menonaktifkan dering jam weker itu. Dengan posisi terlentang dan pandangan yang kurang jelas karena masih mengantuk berat, Vania menjulurkan tangannya untuk menghentikan dering dari jam wekernya tersebut.
"Iya iya, diam kau dasar jam berisik."
Vania mengehentikan dering jam wekernya. Dering dari jam itu berhenti setelah Vania menghentikannya.
"Nahh, gini kan enak, aku bisa santai seharian deh ... hoammm~" Vania yang sudah tak tahan menahan kantuknya itu pun kemudian melanjutkan tidurnya. Tak sampai beberapa detik setelah dia memejamkan matanya, dia kembali tertidur.
Selang beberapa menit setelah Vania tertidur, kurang lebih 30 menit waktu berlalu setelah Vania memejamkan matanya.
TOK TOK TOK
Tiba-tiba Mamanya datang menghampirinya seraya mengetuk dengan keras pintu kamar Vania.
"Hei Nak, buka pintunya!" teriak Mama Vania dari balik pintu.
Tak kunjung bangun, Mama Vania pun kembali mengetuk pintu kamar Vania dengan keras.
"Nak, buka pintunya, sudah jam berapa ini? Itu temen mu udah datang buat ngejemput."
"Bentar Ma, aku buka nih pintunya."
Vania menjawab dengan nada yang lirih karena masih merasa ngantuk. Vania mengambil kacamata yang berada di meja dekat samping tempat tidur, lalu dia mengenakan nya, dan Vania pun segera membukakan pintu kamarnya karena mendengar suara Mamanya yang sedang memanggil.
Setelah pintu kamarnya dibuka oleh Vania, Mama Vania seketika langsung saja memasuki kamar Vania dengan ekspresi dahi yang dikerutkan, yang menandakan sedikit kesal terhadap Vania anaknya.
"Ada apa Maa? Ini kan hari minggu, aku pengen santai aja hari ini Maa." Vania bertanya dengan suasana hati yang sedikit kesal karena masih dalam keadaan ngantuk.
"Lagian, aku juga baru aja tidur beberapa menit sehabis begadang tadi malam, aku tuh ngantuk dan lelah banget Ma," ucap Vania dengan kondisi tubuh yang lemas karena kurangnya istirahat.
Saking lemasnya kondisi Vania saat ini, Vania bisa pingsan dalam waktu kurang dari lima menit apabila disuruh berdiri disaat upacara.
"Santai santai mulu pikiran kamu ya! Itu tuh, si Lisa udah datang ngejemput," ucap Mama Vania dengan nada lantang.
"Dia kesini buat apa sih Ma? Ini kan hari libur," tanya Vania yang merasa heran.
Vania berpikir kalau hari minggu ini adalah hari biasa baginya, dimana akhir pekan adalah waktu untuk bersantai.
"Kamu lupa ya hari ini ada acara apa? Kan kamu sendiri yang minta mama bangunin sekitar jam tujuh pas, jaga-jaga kalo kamu ketiduran."
"Emang kenapa sih Ma? Hari ini kan hari ..."
Vania berusaha mengingat sejenak permintaan apa yang dia berikan kepada Mamanya supaya dibangunkan saat jam tujuh tepat.
"Oh iya, hehe," cengir ekspresi Vania ketika mengingat hal penting apa hari ini. "Hari ini aku kan ada acara sekolah buat kemah di hutan."
Kekesalan berubah menjadi kemarahan ketika mengetahui hari penting tersebut yang seharusnya datang tepat waktu, tetapi anaknya malah ingin bermalas-malasan.
"Kenapa hari penting kayak gini kamu malah malas-malasan aja sih?!!" Mama Vania membentak, matanya menatap tajam kepada gadis yang sedang duduk di pinggiran kasur.
Vania menjadi diam terkejut. Tatapannya yang semula memandang Mamanya saat berbicara, berubah menjadi muram dan menundukkan pandangannya ke bawah setelah dibentak oleh Mamanya.
Mama Vania menyadari kalau nadanya agak keras sehingga membuat anaknya menjadi sedih. Kini kemarahannya sedikit mereda.
"Yaudah, sana mandi dulu supaya rasa ngantuknya hilang, setelah itu cepat kamu siapkan barang-barang untuk persiapan campingnya dan segera berangkat."
"Iya Ma, aku mandi sekarang."
Vania kemudian bergegas mencari handuk dan pakaiannya di dalam lemari yang berantakan tak tersusun rapi.
Mama Vania kemudian melihat-lihat sekitar kamar Vania. Ia melihat barang-barang yang berserakan, seketika membuat rasa marahnya yang sebelumnya memudar kini kembali lagi, dan sekarang perasaan kesal sedikit terpancar dari ekspresi Mama Vania.
"Astaga Vania, ini kamar atau tempat sampah sih, kok berantakan banget, sampe piring aja ada di lantai," ucap mama Vania sembari memungut piring kotor yang tergeletak.
"Mama nggak mau tau, nanti ini semuanya harus dibersihin sampe rapi, mama gak suka kalo berantakan kayak gini," lanjut Mama Vania.
"Iya Ma iya, nanti ku bersihin kok ... eh iya Ma, Mama liat handuk aku nggak?" tanya Vania sambil mencari-cari handuk nya di dalam lemari.
"Itu yang di lantai di sebelah kaki kamu itu apa? Kain pel?" ucap Mama Vania dengan sedikit candaan sembari menunjuk ke arah handuk yang ada di sebelah Vania.
Tawa kecil tersirat dari bibir Vania ketika mengetahui handuk yang dicarinya ada di sebelahnya. "Hehe, makasih Ma, yaudah aku mandi dulu ... Eh iya, bilangin ke si Lisa Ma, aku bentar lagi siap."
Vania pun segera bergegas ke kamar mandi sambil membawa handuk yang baru saja diambilnya.
"Iya, mandinya yang bersih ya."
Mama Vania kemudian pergi ke ruang tamu untuk mengabarkan temannya Vania, sambil membawa piring kotor dari kamar Vania, yang akan dia letakkan dan dibersihkan di tempat cuci piring.
Beberapa menit telah berlalu sejak si Vania masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, kini Vania sudah selesai mandi. Vania pun menyiapkan semua barang-barangnya untuk pergi camping. Lalu dia bersiap dengan mengenakan seragam pramuka lengan panjang miliknya.
Setelah semuanya siap, Vania memakai kacamatanya. Ia memakai kacamata karena dia memiliki penyakit rabun mata.
Kemudian Vania menatap cermin untuk menata rambutnya. Di dalam cermin itu terpampang wajah seorang wanita yang lumayan cantik nan manis namun sedikit culun sedang menatap ke arah cermin. Dia sedang menyisir rambutnya yang terlihat sedikit acak-acakan. Ia memiliki rambut yang lumayan panjang, dan bergaya kan poni. Panjang poninya melebihi alis yang hampir mendekati mata. Warna Mata nya yang berwarna coklat terang terlihat indah menawan dengan jarak mata terpisah dan alis yang lumayan tebal. Wajahnya berbentuk bulat dengan hidung yang sedikit pesek. Bibirnya yang kecil mungil membuat sensasi wajahnya semakin terlihat manis.
"Mantap, sudah siap," ucap Vania yang sudah selesai menyisir rambut poninya.
Sekarang semua persiapan Vania sudah siap. Vania pun memakai tas nya di pundak dan bergegas lari ke ruang tamu, untuk menghampiri temannya yang sedang menunggu dirinya.
"Vania, kok kamu lama banget sih? Ini udah jam 7.25 lho, kita ini harus cepet supaya nggak ketinggalan rombongan," ucap Lisa, dahinya dikerutkan seraya menunjuk-nunjuk ke arah jam tangan miliknya dengan jari telunjuk tangan kanan.
Lisa adalah teman setia Vania, mereka sudah berteman sejak kelas 3 SMP hingga sekarang(kelas 3 SMA). Meskipun kelas Lisa dan Vania sekarang berbeda, Lisa selalu saja ingin pergi ke sekolah bersama Vania. Lisa memiliki tinggi badan yang lebih rendah sekitar tiga CM dari tinggi nya Vania. Suka dan duka telah sering mereka hadapi bersama sebagai sahabat. Alasan Lisa selalu ingin pergi ke sekolah bersama Vania juga karena jalurnya yang searah.
"Hah.. hah.. hah," Vania terengah-engah dengan kepala menunduk serta kedua tangan memegang lutut kaki. "Iya iya, sorry Lisa, aku lupa."
Kemudian Vania mengikat tali sepatu untuk segera pergi.
"Eh, bentar bentar. Ini bekal buat kamu supaya ga kelaparan nanti, pagi ini kamu belum makan, ya kan?" ucap Mama Vania sembari membawakan bekal untuk diberikan kepada anak semata wayangnya tersebut.
Vania kemudian mengambil bekal yang diberikan Mamanya tersebut, lalu diletakkan kedalam tasnya.
"Iya Ma, makasih ya Ma. Aku pergi dulu."
"Iya, hati-hati ya," ucap Mama Vania.
"Oke Ma ... Yaudah, ayo Lisa," ucap Vania dengan langkah kaki menuju keluar pintu.
"Eh Lisa, kamu duluan aja deh, aku nanti nyusul setelah ngeluarin ini motor."
"Bareng aja Vania, aku ke sini kan tujuannya mau pergi bareng sama kamu," ucap Lisa.
"Kalo gitu yaudah deh ... Maa! kami pergi dulu," teriak Vania.
"Iya, hati-hati dijalan yaa," jawab Mama Vania.
Lisa menaiki motornya dan mulai menyalakan mesinnya, lalu mereka berangkat menuju sekolah dengan motor Lisa.