webnovel

Malam Pertama

Satu minggu kemudian, akhirnya Adrian pulih dan diperbolehkan pulang oleh pihak Rumah Sakit. Sarah membantu mendorong kursi roda yang di gunakan Adrian, sedang ibunya berjalan mengikuti kedua anak-anaknya dari belakang.

Saat berjalan di lorong Rumah Sakit, ibu menengok ke arah kanan yang terbentang luas taman Rumah Sakit. Lalu kedua matanya melihat-lihat sekitar taman. "Itu seperti Martha," bisik ibu dalam hati. "Benar, itu Martha."

Pandangan ibu tidak henti menilik Martha dengan seorang laki-laki yang sedang duduk di bangku taman. Ibu langsung berjalan cepat dan berjalan di samping kanan Adrian. Tingkah ibu sangat aneh, Aku bisa merasakan itu.

Rumah ...

"Akhirnya, aku kembali lagi ke kamar ini."

Dengan keadaan tubuh yang masih terasa sakit, Aku memberanikan diri untuk berdiri sendiri dan membuka laci. Kedua tangan berpegangan kuat pada meja yang hendak aku sentuh.

Aku mengambil sebuah album foto yang berisi berbagai kisah dengan Martha, wanita yang ku cintai.

ARGH~~~

Aku membanting album foto yang sedang ku genggam sehingga membuat gempar seisi orang rumah. Aku terjatuh saat membanting semua barang yang berada di atas meja.

"Ada apa, Adrian?" tanya Sarah yang langsung menghampiriku ke dalam kamar.

Aku menangis tersungkur karena sampai saat ini Martha belum juga mengunjungiku. Karena khawatir, Sarah pun berjalan menghampiriku.

Adikku Sarah membaringkanku di atas kasur, lalu Sarah membereskan barang-barang yang hendak ku banting hingga berantakan.

Sarah kembali menghampiriku lalu duduk di bibir ranjang seraya melihat ke arahku. Aku tahu, Sarah sangat khawatir dengan keadaanku. Sarah tidak berkata sepatah kata pun, begitu juga Aku yang hanya terbaring lemas dengan tatapan kosong mengarah ke atap langit-langit kamar.

"Minumlah ini, Adrian!" Sarah menitahku meminum obat dengan menyodorkan segelas air putih dan tiga butir obat yang ia ambil dari atas meja di sampingku.

Aku memejamkan kedua mataku sehingga Sarah mengira bahwa aku telah tertidur. Dari situlah, Sarah mengatakan semua fakta tentang Martha. Aku pun tak kuasa menahan tangis. tapi, Aku berusaha untuk tak membuka mata ketika Sarah terus menerus berbicara tentang Martha.

Lima menit berlalu, Aku tertidur. Sarah menilik inci demi inci wajahku. "Kasihan," ucap Sarah dalam hati. Sarah menarik selimut hingga ke bagian atas dadaku, kemudian ia keluar dari kamar.

Langit malam sudah mulai menampakkan hamparan bintang-bintang yang kerlap-kerlip. Semilir angin terasa mendarat dengan mulus menyentuh kulit wajahku lewat jendela yang ku biarkan terbuka lebar.

Entah kenapa, wajah Martha terlukis cantik di atas langit malam. Bentuk hati yang gimbal akan kepedihan, membuat pikiran melayang. Air mataku tak bisa lagi ku bendung saat mengingat semua kenangan bersama Martha.

Namun ketika teringat kembali perkataan Martha di Cafe beberapa waktu lalu, seolah perasaan ini berbalik membenci Martha. Dan ingin ku pukul wajah laki-laki yang merebut Martha dari genggamanku.

Aku membiarkan tubuhku beristirahat sejenak. Ku pejamkan kedua mata ini setelah obat yang di berikan oleh Sarah mulai bereaksi. Aku berharap jika nanti ku buka kembali kedua mata ini, Martha akan berada di sisiku.

Namun, Aku tak tahu apakah yang sedang di lakukan oleh Martha malam ini.

~~~

The Five Stars Hotel ...

Kamar hotel

Pesta pernikahan yang berakhir meriah membuat tubuh Felix dan Martha sangat lelah.

Pertama masuk ke dalam kamar hotel, Felix bersikap sangat manis pada Martha. Bahkan, ia membantu sang istri membersihkan sisa make up yang masih menempel di kulit wajahnya.

Jantung Martha berdegup kencang ketika Felix menyeka bibir tipis Martha dengan kapas yang dibasahi cairan penghapus make up. Matanya melirik ke bawah dada Martha yang sedikit terbuka. Terlihat jelas degupan dadanya yang memompa naik dan turun.

Setelah itu, Felix membuka bajunya lalu berbaring di atas kasur sembari melihat layar ponsel. Martha duduk di samping Felix. Martha mulai merasa aneh dengan sikap suaminya yang tiba-tiba dingin.

Hingga waktu pun menunjukkan pukul 2 dini hari, Felix tidak melakukan apapun terhadap istri yang baru dinikahinya itu. Martha pun izin ke kamar mandi dengan membawa ponselnya.

Pada saat ia berada di dalam kamar mandi, Martha mengirim pesan teks pada Adrian. Tidak lama kemudian, suara ketukkan pintu terdengar nyaring.

"Buka pintunya, Martha!" teriak Felix.

Martha pun keluar dari kamar mandi. Ia diseret hingga terjatuh ke bawah menyentuh lantai.

Aaaa~~~

"Mas ... Apa yang kamu lakukan?" rengek Martha pada Felix.

"Diam kamu!"

Felix menarik keras dagu Marthaa dan berkata..

"Jujur padaku, apa saja yang pernah kamu lakukan dengan Adrian mantan pacarmu itu, hah?"

"Kenapa Arian bertanya seperti itu padaku?" batin Martha.

"A---Aku ..."

"Cepat jawab!"

"Aku tidak pernah melakukan apapun dengan Adrian."

Lalu Felix mendorong Martha ke atas kasur yang dihiasi kelopak bunga mawar merah. Felix merobek baju yang dikenakan Martha. Felix menunjukkan sikap seperti laki-laki yang sedang haus akan kenikmatan.

Felix mencumbu bibir tipis istrinya hingga Martha pun tanpa sadar menikmati ciuman demi ciuman yang Felix lakukan.

Malam pertama pun terjadi begitu cepat. Felix tidur kelelahan setelah menyetubuhi sang istri. Sementara Martha pergi ke kamar mandi dan membaringkan tubuhnya terkulai lemas di atas bathub yang ia biarkan terendam oleh air penuh busa.

Martha masih sangat terkejut dengan sikap Felix yang berubah drastis di malam pertama pernikahan mereka.

"Ada apa dengan Felix?" batin Martha.