webnovel

Chapter10: Bertemu Sang Kekasih

''H---Halo, Elea?!'' sapa Alex yang tampak gugup karena sudah lama tidak menyapa teman sekaligus sahabatnya tersebut.

''Halo! Maaf, ini siapa?'' tanya Elea.

''Elea ..., aku ... Alex!'' ucap Alex.

DEG~~~

"A---Alex?" Elea terperanjat.

"Apa kabar, Elea?" tanya Alex.

Elea terdiam sejenak. Untuk apa Alex menghubungiku? Batin Elea yang seketika mengutarakan kekhawatirannya pada Alex yang tiba-tiba saja menghubungi dirinya.

''A---Alex. Hei! Aku ..., aku baik-baik saja. Sudah lama kita tidak bertemu?!'' ujar Elea.

''Elea ..., apa kita bisa bertemu?'' tanya Alex.

''B---Bisa, Lex. Nanti aku kirim pesan teks alamat untuk kita bertemu, ya!'' Elea pun mau tidak mau menyanggupi apa yang diminta Alex yang tiba-tiba memintanya untuk bertemu.

Setelah itu, Alex maupun Elea melanjutkan aktivitas mereka masing-masing dengan suasana hati yang berbeda sejak perbincangan mereka di telepon.

Hari ini, Elea tidak pergi ke kantor bersama sang ayah. Elea meminta izin pada pak Bakrie untuk absen di hari ini karena Alex yang tak lain adalah Ansel, sedang mengambil cuti bekerja.

Meski sudah tahu siapa sebenarnya Alex yang datang ke rumahnya beberapa waktu yang lalu, pak Bakrie tetap memberi kelonggaran pada Elea untuk mengetahui apa saja kebohongan yang telah Elea ciptakan selama ini. Dalam arti lain, pak Bakrie mengizinkan Elea pergi dengan Alex agar lebih memudahkan Anton si ajudan pak Bakrie itu mengikuti Elea dan Ansel.

Setelah berbincang dengan Alex yang asli, Elea yang masih berada di dalam kamarnya pada pukul sembilan pagi ini, segera bersiap untuk menemui Ansel kekasihnya.

Meski hatinya masih berdebar, Elea pun mencoba membuat semua biasa-biasa saja karena ia pun berpikir bahwa tidak mungkin bagi Alex yang asli mengetahui drama yang sedang ia buat di dalam keluarganya kini.

Elea berdiri setelah selesai berias, ia pun mengambil tas kecil berwarna abu-abu kesayangannya yang selalu ia bawa saat akan pergi berkencan dengan Ansel. Elea menghela napas seraya melihat pantulan wajahnya di depan cermin dan berkata, ''Semua akan baik-baik saja, Elea! Kamu harus tenang dan melakukannya dengan rapi.''

Elea pun pergi ke luar dan berpamitan pada sang ibu yang masih berada di dapur sedang bersama dengan asisten rumahnya. Seperti biasa, setelah acara sarapan pagi selesai, ibu Liliana selalu berdiskusi dengan sang asisten untuk memikirkan masakan apa yang akan dihidangkan untuk nanti malam.

Pagi ini Elea memang tidak ikut sarapan bersama ayah dan juga ibu Liliana. Kendati begitu, ibu Liliana tetap menyiapkan hidangan sarapan pagi untuk Elea, anak semata wayangnya yang sebentar lagi akan menjadi seorang CEO.

''Bu ..., aku langsung pergi, ya!'' teriak Elea yang berlari menghampiri sang ibu dan mencium kening ibu Liliana.

''Elea, apa tak sebaiknya kamu makan dulu?!''

''Tidak Bu. Aku buru-buru,'' ujar Elea yang hanya meminum air putih.

Ibu Liliana pun mengerutkan kedua alisnya saat memerhatikan Elea pergi meninggalkan dirinya.

Seperti biasa, Elea pergi dengan mengendarai mobilnya yang sudah satu minggu ini, tidak ia bawa pergi ke mana-mana karena selalu naik mobil sang ayah saat pergi ke kantor.

Elea sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Ansel setelah satu minggu lamanya ia tak berjumpa dengan sang kekasih.

Elea pergi ke rumah Ansel untuk menjemput Ansel seperti biasanya.

Rumah Ansel Chandra ...

Tak butuh waktu lama bagi Elea untuk tiba di rumah sang kekasih. Ia pun langsung memarkirkan mobil di depan rumah Ansel. Ansel pun terlihat sudah menunggu Elea dengan berdiri di depan pintu masuk rumahnya untuk menyambut kedatangan sang kekasih.

''Jadi ini, rumah pacar Non Elea yang sebenarnya,'' gumam Anton saat ia melihat Elea dan Ansel saling berpeluk di depan rumahnya. Ya, tanpa diketahui oleh Elea, ternyata Anton berhasil mengikuti jejak Elea hingga tiba di rumah sang kekasih yang sebenarnya yang tak lain adalah Ansel Chandra.

Anton sang ajudan cekatan itu pun langsung mengambil ponsel dari dalam sakunya untuk memfoto kebersamaan anak majikannya tersebut dengan kekasih di rumah Ansel yang terbilang sangat sederhana dan sangat jauh dari apa yang di katakan oleh Ansel pada pak Bakrie beberapa waktu lalu saat mereka berdua berkesempatan untuk bertemu dan berbincang satu sama lain.

Setelah menemukan informasi yang ia inginkan, Anton pun langsung pergi dari rumah Ansel dan membiarkan Elea si anak majikannya itu masuk ke dalam rumah Ansel yang memang terlihat sudah sangat akrab dengan keluarganya yang lain.

Di persimpangan jalan, Anton menghentikan laju mobilnya sejenak hanya untuk mengirim sebuah gambar yang hendak ia ambil saat berada di depan rumah Ansel dan berharap pak Bakrie akan puas dengan hasil kerjanya.

Sementara itu, Elea yang saat ini masih berada di rumah Ansel, sedang menikmati temu rindu dengan sang kekasih, juga keluarga Ansel yang memang sudah Elea anggap sebagai keluarganya sendiri.

Elea berkali-kali bercengkerama dengan adik perempuan Ansel dan sang ibu. Mereka tentunya mempertanyakan ke mana Elea selama satu minggu ini. Karena tak biasa dalam satu minggu, Elea tidak mampir ke rumah Ansel.

Elea pun menjawabnya dengan tidak membeberkan apa yang sedang terjadi dalam hubungannya dengan Ansel. Elea hanya menjawab pertanyaan mereka dengan kalimat, "Tidak apa-apa!"

Waktu terus berjalan. Tak butuh waktu lama bagi Ansel sang kekasih untuk mengganti pakaiannya lalu pergi bersama Elea.

Penampilan Ansel yang hanya memakai celana jeans biru tua dengan dipadupadankan dengan kaos berwarna putih itu, membuat Ansel terlihat sangat tampan karena kulitnya yang putih tampak cocok memakai setelan casual seperti itu.

Semua pasang mata pun melihat ke arah Ansel yang mengulurkan tangannya pada Elea memberi isyarat untuk segera berdiri lalu pergi.

"Ayo, Elea kita jalan sekarang!" ajak Ansel.

Elea pun berdiri dan meraih tangan Ansel. Mereka berpamitan pada ibu juga sang adik perempuan Ansel.

Elea dan Ansel berjalan perlahan menuju luar rumah hingga mereka kini sudah naik mobil dan siap untuk pergi.

"Kita ..., mau menghabiskan waktu ke mana, sayang?" tanya Elea.

"Karena hari ini adalah hari pertama aku mendapatkan gaji, aku ingin mentraktir kamu makan," ujar Ansel.

Elea pun senang mendengar Ansel akhirnya mendapatkan pekerjaan. Meski memang, di dalam hati Elea, ada hal yang ia pikirkan yaitu tentang Alex asli.

Di sepanjang perjalanan menuju Mall tempat biasa mereka kunjungi, Ansel memerhatikan Elea selalu melamun. Hal itu pun membuat Ansel bertanya tentang kondisi Elea sebenarnya.

"Sayang ..., ada apa? Kenapa kamu melamun terus?" tanya Ansel.

Elea pun menoleh ...

"Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu, Sel!" ujar Elea.