webnovel

Kebahagiaan 2

" Apa putri kita sakit?" tanya Brian saat perawat itu telah pergi.

" Tidak Abi! Putri kita sehat, hanya saja karena kembar, jadi kakaknya lebih besar sedikit daripada dia!" kata Fatma menjelaskan.

" Tapi dia nggak apa-apa'kan?" tanya Brian khawatir.

" Iya! Dia baik-baik saja! Mereka berdua baik-baik saja!" jawab Fatma yang memahami kekhawatiran suaminya itu.

" Kamu semakin cantik saja, sayang!" rayu Brian, Fatma yang hanya memakai sedikit bedak dan lipstik merasa lucu mendengar rayuan suaminya.

" Benarkah? Apa kamu bukan hanya ingin membuatku senang dengan kata-kata itu?" tanya Fatma tersenyum.

" Tentu saja tidak, sayang! Aku serius!" ucap Brian.

" Tapi aku merasa jika saat ini aku terlihat gemuk dan melar!" kata Fatma.

" Siapa bilang? Kau masih saja seksi dan cantik!" puji Brian dengan penuh kasih sayang.

" Sudahlah, Habib! Jangan mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan yang ada!" kata Fatma.

" Nyonya Manaf! Suamimu ini bukan perayu atau pembohong! Kamu adalah seorang istri dan ibu tercantik di dunia!" kata Brian lalu mencium bibir istrinya yang dibalas oleh Fatma.

" Sayang! ...Sudah!... Nanti boo-boo...kamu mencari ...rumahnya!" ucap Fatma disela-sela ciuman lumayan panas mereka. Tapi Brian tidak menghiraukan ucapan istrinya, dia semakin dalam mencium Fatma dan benar saja, boo-boonya meminta mudik setelah 2 hari tidak pulang.

" Ahhh!" desah Brian saat merasakan boo-boonya yang sudah siap-siap.

" Aku sudah bilang bukan?" ucap Fatma merasa bersalah.

" Maaf, sayang! Aku tidak bisa menahannya jika di dekatmu!" kata Brian.

" Kali ini kamu harus bia, karena kamu akan puasa selama 40 hari lamanya!" kata Fatma.

" Apa? Jangan bercanda, sayang!" ucap Brian.

" Aku serius, habib! Saat ini aku sedang nifas! Dan baru bisa bersamamu setelah 40 hari nanti!" tutur Fatma.

" Lalu aku harus bagaimana, sayang? Itu lama sekali!" kata Brian.

" Assalamu'alaikum!" sapa Fahmi yang masuk ke dalam kamar Fatma.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma tersenyum melihat mertuanya.

" Kenapa wajahmu itu?" tanya Fahmi.

" Papa!" sapa Fatma.

" Kenapa suamimu itu, Nak?" tanya Fahmi kesal melihat wajah cemberut Brian.

" Bukan bahagia istrinya dan anak-anaknya selamat, malah cemberut!" kata Fahmi menatap wajah anaknya itu.

" Hapus lipstik di bibirmu itu! Ckk, kau ini! Apa tidak bisa menahan nafsumu itu?" tanya Fahmi. Fatma merasa malu mendengar ucapan mertuanya, lalu dia mengambil tissue dan membersihkan bibirnya dan memberikan tissue pada Brian juga.

" Papa ini mengganggu kesenanganku saja!" ucap Brian sambil membersihkan mulutnya.

" Dasar anak nakal! Apa kamu tidak lihat dia baru saja melahirkan 2 anak? Kamu harus bisa menahannya selama 40 hari!" ucap Fahmi melempar Brian memakai tissue.

" Papa apa'an, sih?" kata Brian kesal.

" Tunggu! Apa kamu kesal karena harus menunggu selama 40 hari?" tanya Fahmi dan membuat Brian semakin kesal.

" Tidak usah mengulang-ulang kata-kata itu lagi! Aku tidak tuli!" kata Brian sebel.

" Dasar suami mesum! Rasakan itu puasa 40 hari! Hahaha!" kata Fahmi tertawa terbahak-bahak.

" Papa nyebelin!" kata Brian kesal lalu duduk di sofa, Fatma hanya tersenyum melihat pertengkaran diantara mereka.

" Assalamu'alaikum!" sapa mereka semua.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma dan Fahmi.

" Ada apa ini? Sepertinya ada yang lucu? Tawa papa kedengaran sampai luar!" kata Brisia.

" Tentu saja! Karena ada yang marah-marah karena harus puasa selama 40 hari! Hahaha!" kata Fahmi tertawa lagi.

" Papaaaa! Apa'an, sih! Kayak anak kecil aja lapor-lapor!" kata Brian dengan wajah memerah karena malu ada keluarga istrinya. Semua yang ada disitu tertawa mendengar cerita Fahmi.

" Hahahaha!"

" Assalamu'alaikummm!" ucap seorang perawat yang masuk membawa box bayi.

" Wa'alaikumsalam!" jawab mereka semua.

" Wah! Rame sekali!" ucap perawat itu sambil mendorong box bayi mendekati Fatma.

" Permisi!" kata perawat itu lagi. Lalu dia meletakkan box bayi didekat ranjang Fatma dan mengambil bayi tersebut lalu memberikan pada Fatma yang duduk bersandar di brankar.

" Ini babynya, Bu Manaf!" kata perawat itu. Fatma memandang bayi yang diberikan padanya dan menggendongnya.

" Assalamu'alaikum, sayang! Ini ummi!" sapa Fatma tersenyum, matanya berkaca-kaca saat menyentuh jari tangan putranya. Diciumnya kening putranya yang tampan dengan rambut kecoklatan seperti Brian. Brian yang melihat perawat itu mendorong box bayi langsung berdiri dan mendekati istrinya.

" Apa dia tidak apa-apa? Dia sangat kecil!" kata Brian dekat istrinya.

" Kamu juga segede itu dulu!" kata Fahmi.

" Benarkah?" tanya Brian tidak percaya.

" Halo, tampan!" sapa Brian.

" Aku Abimu!" sapa Brian.

" Bukankah dia sangat tampan sepertiku?" ucap Brian bangga.

" Iya! Dia sangat tampan seperti abinya!" ucap Fatma tersenyum dan airmata yang sudah menampung itu menetes dipipinya. Brian menghapus airmata itu dengan ibu jarinya.

" Aku tidak percaya kita sudah menjadi orang tua!" kata Fatma pada Brian.

" Iya, ummi!" jawab Brian mengecup kening istrinya lalu putranya.

" Abi! Waktunya mengadzani putramu!" kata Fatma pada Brian.

" Iya! Kumandangkan adzan ditelinga sebelah kanan Zibran! Dan iqomah di sebelah kiri telinga Zabran!" ucap Fatma. Brian menganggukkan kepalanya.

" Kamu yang gendong!" kata Brian.

" Allahu akbar...Allahu Akbar...!" Brian mengumandangkan Adzan dengan merdu di telinga kanan putranya. Semua terdiam sekana tersihir mendengar suara khas dari Brian. Setelah selesai, dia berganti di telinga kiri putranya mengumandangkan iqomat.

" Alhamdulillah!" ucap seluruh keluarga.

" Assalamu'alaikum!" sapa perawat lagi, dia membawa box bayi lagi.

" Wa'alaikumsalam!" jawab semuanya.

" Apa dia sudah sehat?" tanya Brian.

" Iya! Dia bayi perempuan cantik yang sehat dan kuat!" kata perawat itu mengambil dan memberikan pada Brian.

" No! No! She so small!" kata Brian takut.

" Sini suster!" kata Fatma.

" Ummi! Bisa tolong gendong cucu ummi dulu?" kata Fatma.

" Tentu saja, sayang!" jawab Ummi dengna wajah sumringah.

" Assalamu'alaikum, ganteng! Ini nenek!" kata Salma setelah mengambil Zibran dari Fatma. Fatma mengambil putrinya dari tangan perawat itu.

" Assalamu'alaikum, cantik! Ini ummi, sayang! Dan ini abimu!" kata Fatma seperti pada Zibran.

" Ulangi pada putrimu Abi!" kata Fatma.

" Dia sangat cantik sepertimu!" ucap Brian menatap putrinya.

" Briza emang cantik, Abi!" kata Fatma.

" Siapa?" tanya Brian.

" Aku Fatimah Briza Manaf! Kakakku Ahmad Zabran Manaf" kata Fatma.

" Semoga kalian berdua menjadi anak yang soleh dan soleha...sehat...rajin beribadah...amanah dan membanggakan orang tua dalam hal kebaikan...Aamiin!" ucap Brian.

" Aku sayang kalian bertiga!" ucap Brian lagi.

_______________________________________________ TAMAT ____________________________________________