webnovel

Tentang Rindu

Ari_Pin_Bidarwanti · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
4 Chs

Pertemuan itu..

"Din.."

"Assalamualaikum.."

tok..tok..tok..

Kudengar suara orang mengetuk pintu depan kamar kos ku sambil memanggil manggil namaku. Ku kecilkan volume televisi ku dan perlahan aku berdiri kemudian berjalan membuka pintu. Dalam hati seraya bertanya-tanya, tumben-tumbenan sore-sore begini ada yang datang, perasaan aku ga punya janji dengan siapapun..

"iya,," jawabku sambil membuka pintu Dan ternyata dia adalah Ivan, Teman sekelas ku di kampus. Masih dengan seragam kuliah yang dia pakai pagi tadi, dan tas ransel yang dia gendong di pundak kiri nya.

"oh ivan, duduk van". Ku persilahkan ivan dan seorang teman laki laki-lakinya duduk di kursi teras kosan ku. Entahlah siapa laki- laki itu, aku belum pernah bertemu dan belum pernah diperkenalkan oleh ivan.

Sungguh terheran karna tak seperti biasanya ivan datang ke kosan ku tanpa kita janjian terlebih dahulu. Aku dan Ivan memang cukup dekat, dan kami bersahabat dari sejak kami bertemu di awal kami masuk kuliah 4 bulan yang lalu. Waktu yang singkat untuk kami saling mengenal dan memahami satu sama lain. kita sangat dekat dan sangat terbuka selama ini. Apapun masalahnya ada di aku, begitupun sebaliknya. Bahkan semua buku dan materi kuliah dari dosen pun harus aku yang membawanya, tanpa terkecuali. Ivan bukanlah laki-laki typikalku. Dia tidak tinggi, kulitnya cenderung hitam, gendut dan berambut keriting. Dia gemar sekali bercanda, sering bercelatuk didalam kelas dan tidak terlalu pintar juga. Tetapi dia Lucu dan aku suka, nyambung aja kalo lagi ngobrol sama dia.

Sementara itu, aku melihat seorang laki-laki yang duduk di kursi sebelah kanan ivan, tepat dihadapanku. Dia sepertinya sudah sangat dewasa, mungkin umurnya kisaran 27 tahun, dan masih sangat jauh dibandingkan umurku dan umur ivan, karna umurku dan umur ivan baru 19 tahun. Postur tubuhnya tinggi, Lebih tinggi dari pada aku, kulit sawo matang dengan alis yang tebal, hidung nya mancung dan senyumnya yang manis sekali. Rambutnya tidak terlalu tebal tapi juga tidak terlalu tipis, dadanya yang bidang, tubuhnya yang tegap, atletis, dan berisi, memakai jaket kulit warna hitam dan wangi sekali. Kami duduk di kursi yang berbeda dan tidak terlalu dekat, tapi wangi dari tubuhnya tercium jelas olehku.

"oh ya Din kenalin, ini Rangga teman ku "

Dengan senyum manisnya Rangga mengulurkan tangan nya kepadaku,

"hallo mbak, aku Rangga, teman nya ivan.."

Ku balas uluran tangannya dan untuk pertama kali nya kita berjabat tangan..

" aku Dinda Mas, teman sekampusnya ivan " Jawabku

dia lepaskan tangan nya dari genggamanku, sembari tersenyum tipis dan dengan tatapan matanya yang tajam dan kulepaskan tanganku dari genggaman nya sembari aku menunduk kan pandanganku.

" Maaf ya din, kesini ga bilang bilang. Untung kamu di kosan, coba kalo ga ada.." ucap ivan

"Gapapa kok van, aku juga lagi ga ada acara kemana mana. oh ya, ngomong ngomong kamu mo kemana , dari mana, atau memang sengaja mau kesini."

"Enggak kok din, kita baru aja ada urusan dan kebetulan mau balik ke kontrakan, cuma kata temen ku kalo di daerah kontrakan lagi hujan deras banget pakai angin pula. Dan karena kita cuma bawa mantel 1 doang, makanya kita mampir sini. nunggu hujan nya reda dulu. hehehe,, ga papa kan?" jelas ivan.

"oh.. gapapa-gapapa.. nunggu disini aja ga papa kok, santai aja. atau aku mau bikin minum. mau minum apa. kopi, teh, susu biar aku buatin"

"apa aja deh , " jawab ivan

"kalau masnya mau minum apa, " tanya ku penuh malu.

"apa aja mbak" jawabnya dengan tegas, tanpa ragu dan selalu dengan senyum.

kemudian aku masuk dan kedapur sebentar untuk membuatkan mereka minuman, ivan yang suka kopi, begitupun Mas Rangga yang sengaja aku buatin kopi juga.

tak lama kemudian aku keluar menemui mereka lagi dengan membawa dua cangkir kopi.

"ini van diminum kopinya, dan ini buat mas rangga aku bikinin kopi juga yang sama kaya punya ivan "kataku

"makasih ya din," jawab ivan

"makasih ya mbk, saya jadi ngrepotin"

aku pun hanya tersenyum di hadapan mereka

"sama - Sama " kata ku

Satu Setengah jam berjalan tanpa kita bicara hal-hal yang serius. kita bercanda, bercerita apa saja. Tapi saat itu aku tak seperti biasanya. aku lebih banyak menundukkan pandanganku, entah saat berbicara dengan ivan, atau pun dengan Rangga. entahlah apa yang terjadi, tetapi tatapan mata Rangga yang begitu tajam mampu menundukkan pandanganku, hampir tidak pernah aku memandangnya ketika dia berbicara kepadaku. Oh Tuhan aku tidak ingin dia terlalu lama disini.

dan Tak lama kemudian, ivan menerima pesan dari salah satu teman se-kontrakannya, mungkin disana, hujan sudah reda.

"Din, kayaknya kita harus balik deh, hujan sudah reda kata nya, dan sudah mau magrib juga kan.makasih ya kopi nya"

"Oh iya van, santai aja.. hati-hati ya, jalanan udah mulai gelap"

"iya din, pamut dulu ya" jawab ivan sembari berjalan menuju tempat dimana motornya terparkir tepat di depan teras kosan ku.

"Mbak, saya pamit ya, maaf merepotkan mbak dinda, Wassalamualaikum"

"Waalaikumsalam, iya mas, sama-sama.. hati hati ya mas "

Rangga tersenyum kemudian duduk membonceng di belakang ivan. Tak lama kemudian mereka berlalu. aku kembali masuk ke kamarku kemudian ku kunci rapat pintu kamarku, ku ambil ponsel ku di meja dekat pintu kamarku,

"nda, gimana ujianya.. lancar?"

Ku dapati lesan singkat dari Gibran..