Seorang wanita cantik berdiri di depan dinding kaca sebuah ruang yang cukup besar. Matanya menatap keluar melihat pemandangan gedung dan jalanan di Denpasar, Bali. Tok! Tok!
" Masuk" jawab wanita itu sambil duduk dibalik meja besar di ruang kerja itu,
" Mommy!" sapa seorang anak laki-laki berambut coklat dengan matanya yang sedikit kecil.
" Boy?!" sahut wanita itu kaget. Anak laki-laki itu langsung duduk dipangkuan wanita itu.
" Kenapa dia disini?" tanya wanita itu pada seorang pria yang datang bersama anak laki-laki itu.
" Dia ingin kesini! Dia sangat rindu sama kamu!" kata pria itu.
" Bagaimana jika dia melihatnya?" tanya wanita itu marah.
" Come on! He won't!" jawab pria itu.
" How can you be so sure?" tanya wanita itu.
" Aku suruh dia pergi ke Singaraja!" kata pria itu. Wanita itu akhirnya bisa bernafas dengan lega.
" Mommy! I am hungry!" kata anak itu.
" Apa kamu tidak mengajaknya makan?" tanya wanita itu.
" Dia tidak mau! Dia maunya makan dengan kamu!" kata pria itu.
" Why can't we bring Kenda here?" tanya anak itu lagi.
" Because she is not well, boy!" jawab wanita itu.
" Apa Kenda masih flu?" tanya wanita itu.
" Tidak! Tadi sudah agak baikan! Kita makan sekarang? Aku lapar juga!" kata pria itu.
" Baiklah! Let's go son!" ajak wanita itu. Mereka kemudian masuk ke dalam lift yang ada di dalam ruangan itu. Lift tersebut memang khusus untuk Bos dan keluarganya, karena lift tersebut langsung menuju ke garasi. Mereka bertiga makan di dekat gedung perkantoran, karena wanita itu yang meminta agar tidak terlambat meeting dengan relasinya 30 menit lagi.
" I want pizza, mommy!" kata anak laki-laki itu.
" Speak Indonesian, boy!" kata wanita itu.
" Aku mau pizza, mommy!" kata anak laki-laki itu lagi. wanita itu tersenyum melihat tingkah putranya.
" Tumben rame sekali!" kata wanita itu.
" Sepertinya ada yang sedang berulang tahun!" kata pria itu. Wanita itu melihat ke arah panggung kecil yang ada di sebelah kanannya. Dilihatnya ada tulisan Happy 17th Birthday Amara pada dekorasi di dinding belakang panggung. Seorang gadis berdiri di atas panggung dan tersenyum.
" Trima kasih atas kedatangan semuanya! Sayang ada yang tidak dapat hadir siang ini, dikarenakan dia sedang ada pekerjaan di luar kota!" kata gadis itu.
" Selamat menikmati dan terima kasih atas waktunya!" kata gadis itu lagi. Lalu gadis itu turun dari panggung digantikan oleh penyanyi cafe itu.
" Mara!" panggil seorang gadis.
" Komang! Kamu bisa datang! Nyoman juga! Makasih, ya!" kata Amara.
" Iya, sama-sama!" Jawab Komang.
" Mana Om gantengmu yang kerja di Malvin Co?" tanya Komang.
" Dia lagi luar kota!" kata Amara. Ponsel gadis itu sepertinya berbunyi.
" Dia VC!" kata gadis itu gembira. Digesernya gambar telpon berwarna hijau diponselnya lalu di speakernya.
" Ommmmm!" panggil Amara senang.
" Halo, sayang! Maaf Om nggak bisa datang! Habis mendadak ada tugas ke Singaraja!" kata pria dalam ponsel Amara. Deg! Wanita yang bersama anak laki-laki itu merasa jantungnya berdetak kencang. Dia duduk tidak jauh dari Amara dan bisa mendengar percakapan mereka walau sedikit samar.
" Om kapan pulang? Tante Erica nanti akan datang juga! Dia sangat kangen sama, Om!" kata Amara.
" Secepatnya akan Om selesaikan! Om ada hadiah buat kamu! Salam sama Tante kamu! Om juga merindukan dia!" jawab pria di dalam ponsel Amara. Wanita yang sedang makan siang tersebut merasa hatinya kesal, entah mengapa perasaan itu datang tiba-tiba.
" Apa kamu sudah selesai, boy!" tanya wanita itu.
" Sudah, mommy!" jawab anak laki-laki itu.
" Kita pergi!" kata wanita itu.
" Tapi kamu belum menghabiskan makananmu, sayang!" kata pria itu.
" Aku tidak begitu lapar!" jawab wanita itu sambil berdiri dan membersihkan mulut putranya. Pria itu menatap wanita itu dengan penuh selidik.
" Ada apa denganmu?" tanya pria itu kesal, karena dia juga masih makan setengah jalan.
" Kalau kamu masih ingin disini, aku akan kembali duluan!" kata wanita itu tanpa menunggu persetujuan dari pria itu.
" Tata!" panggil pria itu kesal. Tapi yang dipanggil terus saja tidak perduli.
" Mommy! Kenapa kita meninggalkan Daddy?" tanya anak laki-laki itu.
" Daddymu masih ada urusan!" jawab Netta yang langsung masuk ke dalam sebuah taksi dan pergi meninggalkan cafe itu. Netta mengantar anaknya pulang ke rumah dulu, baru dia pergi lagi ke kantornya.
Netta menatap dokumen yang ada ditangannya dengan wajah datar. Dia menatap sekretarisnya dengan mata tajam.
" Apa seperti ini bentuk proposal pengajuan kerjasama dengan perusahaan besar?" tanya Netta kesal, lalu melempar proposal itu ke mejanya.
" Itu sudah ke tiga kalinya mengalami revisi, Bos!" kata Wayan.
" Suruh revisi lagi! Kalau dia tidak bisa melakukan, suruh resign dan ganti saja dengan yang lebih ahli!" kata Netta tegas.
" Baik, Bos! Saya akan mengatakan itu pada Pak Max! Permisi!" kata Wayan, Netta menganggukkan kepalanya. Wayan pergi menuju ke lantai 5 gedung kantornya, karena dia akan menemui sendiri pegawai yang membuat proposal itu. Tok! Tok!
" Masuk!" jawab yang ada di dalam ruangan.
" Pak Max!" kata Wayan saat masuk ke dalam devisi perencanaan.
" Ya?" jawab Max.
" Kata Bos proposal kamu masih butuh revisi!" kata Wayan.
" Apa?" seluruh rekan kerja Max terkejut mendengar perkataan Wayan.
" Ini sudah yang ketiga kalinya lho, Pak! Dan menurut kami Pak Max sudah sangat bagus membuatnya!" kata salah seorang pegawai.
" Apa boleh saya menemui, Bos?" tanya Max.
" Untuk apa?" tanya Wayang.
" Agar saya tahu bagaimana dan apa yang diinginkan dia!" kata Max.
" Sebentar akan saya hubungi!" kata Wayan. Setelah menelpon, akhirnya Wayan menutup panggilannya.
" Ok! Bos bersedia menemuimu!" kata Wayang.
" Serius?" tanya yang lain kaget, karena selama ini yang tahu wajah Bos mereka hanyalah Wayang saja selaku asisten dan sekretarisnya.
" Hebat Pak Max! Sejak Bos baru kita datang 6 bulan yang lalu, baru kali ini dia mau bertatap muka dengan pegawainya.
" Iya!' jawab yang lain.
" Sudah! Kalian kerja saja! Kamu ikut saya Pak Max!" kata Wayan, Max berjalan mengikuti Wayan.
Sementara Netta berdiri di depan kaca kamarnya yang ada di dalam ruang kerjanya, dia memantapkan hatinya. Dia meyakinkan dirinya jika ini adalah yang terbaik yang harus dia lakukan. Netta keluar dari kamarnya dan berdiri di depan meja kerjanya dengan tangan bersidekap. Tok! Tok! Suara pintu ruangan Netta diketuk dari luar, Netta yakin jika itu adalah Wayang dan...Max! batin Netta.
" Masuk!" ucap Netta dari dalam ruangan. Deg! Jantung Max berdetak sangat kencang mendengar suara Bosnya yang menjawab dari dalam ruangan. Arnetta? Apakah benar itu kamu, sayang? batin Max yakin. Suara itu, Max masih sangat mengenalnya walau dia hanya menjawab dengan sebuah kata saja, Max tahu jika itu adalah Netta. Wayan membuka pintu ruang kerja Netta, Kaki Max rasanya tidak bisa digerakkan, dia merasa sangat malu karena telah menyakiti hati Netta dan membuat Netta pergi.
" Pak Max?" panggil Wayan. Netta menatap pintu ruangannya dengan jantung yang berdetak tak beraturan, dendam dalam dadanya sangat besar.
" Selamat Sore, Bos!" sapa Max tanpa berani melihat Netta. Deg..deg! Deg..deg!