webnovel

Sekolah Baru

Flash back on

"sampai kapan pun aku gak mau nurutin permintaan Daisy itu, kamu sendiri tau seberapa bahaya nya dunia luar sana buat Daisy, dunia kita beda dengan orang lain X, banyak orang jahat yang ngincer Daisy di luar sana, apa kamu tega kejadian tiga belas tahun lalu terulang lagi huh?"

Axton memijat pelipis nya penuh penekanan, dari lima belas menit lalu mereka masih membahas tentang keinginan Daisy sekolah.

Daisy bukan nya tak sekolah, selama ini putri nya itu menjalani home schooling yang di bimbing oleh guru guru terbaik negara. maka dari itu jangan heran jika di umurnya yang baru enam belas tahun, gadis itu sudah bisa mengerti pelajaran anak kuliahan.

kejadian tiga belas tahun lalu di mana Daisy di culik dan hampir di lecehkan saat usianya bahkan masih tiga tahun tak pernah lepas dari ingatan Nath.

ia ingat saat di depan kepala nya sendiri, Daisy menangis histeris karna sentuhan para pria laknat yang merupakan suruhan lawan bisnis Axton.

sedangkan ia hanya bisa berteriak memaki dan melukai diri sendiri agar terlepas dari ikatan rantai yang melilitnya.

"aku akan cari cara biar kejadian itu gak ke ulang lagi"

"Selalu itu yang kamu bilang, dulu tiga belas tahun lalu apa kamu gak niat jaga Daisy, sepuluh bodyguard yang kamu suruh buat jaga Daisy bahkan gak bisa lindungin anak kita X"

"kita bisa coba cara lain" Nath menatap Axton marah, mencoba katanya?

"CUKUP X, kamu fikir keselamatan Daisy bisa kamu buat coba coba" Nath memilih tak melanjutkan pertengkaran, sampai kapanpun keputusan nya tak bisa di ganggu gugat.

wanita itu melangkah lebar menuju pintu kamar sembari membawa ponsel di genggaman nya, Axton tak menghentikan, ia tau istri nya itu butuh ketenangan, lagi pula Axton yakin jika Nath tak akan keluar Mansion, wanita nya itu pasti mengurung diri di salah satu kamar.

Axton menyandarkan tubuh nya lelah. selama ini bukan nya ia tak peduli, kabar Daisy selalu rutin ia tanyakan pada para maid setiap hari.

ia dan Nath berusaha untuk selalu sibuk agar tak ada satu pun pesaing bisnis nya yang penasaran dengan kehidupan nya.

Pernyataan palsu kematian Daisy yang ia buat tiga belas tahun lalu masih memancing rasa penasaran khalayak, tentu nya juga para pesaing bisnisnya.

pasalnya dari mereka tak ada yang tau di mana gadis itu di makam kan, karna pada kenyataan nya, putri nya itu masih sehat bahkan tumbuh indah dengan kesempurnaan yang ia punya.

kecuali kenyataan jika ia seperti seorang Rapunzel di dunia nyata

'aku hanya tidak ingin putri kita semakin membenci kita sayang'

karna Axton tau, sepandai apapun Daisy menyembunyikan luka nya, ia masih seorang ayah yang tau apa yang bibir ranum itu tak utarakan.

***

"masih marah hum?" Nath mendengus marah saat keputusan nya kembali ke kamar utama untuk mengambil jubah tidur nya malah membuat nya bertemu dengan Axton.

ia fikir suami nya itu pergi, biasa nya sehari mereka pulang, Axton akan langsung berkumpul dengan orang orang perusahaan yang mengurus bisnis mereka di Indonesia.

namun sayang, nampaknya lelaki itu memang sengaja menunggu nya, mungkin masih ingin melanjutkan pertengkaran mereka tadi.

Nath memilih tak menanggapi, ia mengambil kimono tidurnya dan membawa menuju kamar mandi.

Axton sendiri menyeringai di belakang nya, tangan nya dengan cekatan melepas kancing demi kancing kemeja nya sembari mengambil langkah lebar menuju Kamar mandi sebelum istri nya itu mengunci dari dalam.

tepat sedetik sebelum pintu kamar mandi terkunci Axton membuka nya dengan cepat dan menyelinap masuk.

"X!" Nath menggeram tertahan, ia masih tak mau mengulang pertengkaran mereka hingga memutuskan untuk menuju bilik toilet, namun jangan lupakan jika ia sedang berhadapan dengan seorang Axton, suami nya itu dengan cepat mendekapnya dari belakang sekaligus mengurung tangan nya untuk memberontak.

'X sialan..' umpatan itu sayang nya hanya bisa ia suarakan dalam batin nya. ia masih kapok dengan hukuman yang suami nya itu berikan saat terakhir kali lelaki itu mendengar nya mengumpat.

"mengumpat huh?" Axton bertanya sembari memandang manik nya melalui cermin yang berada di depan mereka. Nath memilih memalingkan wajah, ia masih kesal, apalagi saat melihat wajah Axton dengan seringai di bibir nya.

"kamu tau, aku gak akan ngelakuin apapun yang akan buat kamu marah" decihan sinis keluar begitu saja tak mampu Nath tahan, pandangan nya kini dengan berani jatuh menatap manik hitam Axton yang selalu melembut jika bersama nya.

"kalau tau begitu, kenapa kamu masih maksa aku buat setuju sama permintaan Daisy"

hembusan nafas Axton keluar, Nath bersumpah, ia menahan mati matian bibirnya agar tak melenguh saat itu.

"Daisy dan kamu akan selalu menjadi Prioritas pertama ku sayang, kamu tau itu"

"dan kamu akan ngelakuin hal apapun yang Daisy minta, meskipun itu ngebahayain nyawa anak kamu sendiri Axton"

"Sttt.. jangan sebut nama ku seperti itu, aku gak suka.. inget?" Nath tak merespon, ia tak puas dengan jawaban Axton tadi.

"kamu tau sayang? apa yang dokter katakan, keadaan Daisy akan memperburuk psikis dia, gak menutup kemungkinan kalau pada akhirnya Daisy juga akan membenci kita--"

"Demi tuhan aku lebih rela Daisy benci aku dari pada aku harus kehilangan dia--"

"gak akan ada yang bisa ambil Daisy dari kita sayang, kamu harus yakin itu"

Nath terdiam, kepalanya menunduk dalam, ketakutan itu masih terus menghantui nya, seakan peneror handal yang tak membiarkan nya bernafas tenang.

tiga belas tahun kejadian itu berlalu, dan Nath tak pernah bisa berfikir dengan tenang jika itu menyangkut tentang Daisy.

Isakan nya keluar perlahan membuat Axton semakin mengeratkan pelekan nya, suami nya itu memberikan kecupan kecupan kecil penghantar ketenangan pada leher nya.

"Daisy dunia ku X, aku akan memilih mati jika harus kehilangan Daisy"

"ssttt.. hey, gak akan ada yang bisa ambil Daisy dari kita, aku janji sayang, kamu boleh bunuh aku jika seandai nya terjadi apapun pada Daisy, kamu mungkin rela jika seandainya Daisy benci sama kamu, tapi nggak dengan aku, bukan cuman buat kamu, buat aku juga sama, Daisy sama sama dunia kita sayang, pusat kebahagiaan kita"

Axton membawa tubuh Nath menghadap, air mata wanita nya itu masih mengalir meskipun kini isakan nya tak terdengar. tangan besar nya bergerak, menyapu pipi halus yang selalu menjadi candu nya.

"jangan nangis, aku benci liat air mata kamu apalagi itu karna aku" Nath menyerbu kedalam dekapan Axton, suami nya itu adalah orang yang paling ia percayai seumur hidup.

"apa yang mau kamu lakuin buat jaga Daisy, semua orang akan tau kalau dia putri kita"

"Nggak akan!" jawaban mutlak Axton tak urung membuat Nath mengerutkan kening, tangan nya melonggar, memilih menatap wajah Axton sekarang.

"maksud mu?"

"kita akan sembunyiin marga Daisy, begitu juga Daisy, dia harus janji gak akan kasih tau siapapun tentang siapa dia sebenarnya, itu syarat mutlak yang harus dia lakuin"

Flash Back off

ANGKASA HIGH SCHOOL

Gerbang hitam Sekolah Menengah Atas yang menjadi Internasional High School terbaik se-Provinsi dan incaran nomor satu para orang tua untuk anak nya itu kembali terbuka.

gedung tiga tingkat dengan cat warna nude yang lebih dominan itu memang terlihat megah dalam sekali tengok.

dengan fasilitas terlengkap menyamai sekolah sekolah luar negara, tak heran jika setiap tahun nya pendaftaran murid baru selalu membeludak.

namun masuk kedalam sekolah menengah atas seberkelas dan sebaik Angkasa memang tak pernah mudah.

tak hanya biaya yang memadai namun otak yang juga harus menyanggupi.

pelajaran di sekolah elit itu memang beberapa kali lebih tinggi dari sekolah menengah atas lain nya.

maka jangan heran jika lulusan Angkasa, berpeluang besar menjadi orang orang sukses masa depan.

Libur Akhir semester sudah berakhir, para kakak kelas yang pergi meninggalkan berganti dengan adik kelas yang berubah menjadi kakak tingkat.

setelah sebulan lebih sekolah dengan tiga lantai itu sepi dari lalu lalang remaja yang mengenakan seragam putih coklat di lengkapi dengan Almameter coklat, kini sekolah itu kembali hidup di tambah para murid baru yang mengenakan seragam berbeda.

jelas, seragam Khas Arkansa High School tidak di perjual belikan, mereka hanya bisa mendapatkan nya jika sudah resmi menjadi Anggota Angkasa.

Terkhusus, untuk seorang gadis yang kini berdiri di depan gerbang hitam menjulang tinggi dengan manik mengernyit karna sorot mentari yang menerpa langsung kelereng indahnya.

senyum nya terukir tipis, masih tak percaya jika percobaan permintaan nya kemarin benar benar di turuti oleh Papy nya.

padahal menurut presentasi nya sendiri, Papy nya akan mengizinkan keinginan nya itu hanya 25% mengingat betapa posesif Papy nya selama ini.

manik nya kali ini mengedar sekitar, tak lagi merasa heran saat beberapa siswa yang berlalu lalang menatap nya dengan senyum tipis disertai bisik bisik yang terdengar.

jika setelah ini akan ada kejadian seorang siswa menabrak pagar atau tiang di depan nya, maka Daisy akan cukup memaklumi.

menarik tali tas yang nyaman berada di punggung nya, Gadis yang kini menggerai rambut lurus berwarna coklat terangnya itu mulai memasuki gerbang.

ia mengangguk pada seorang scurity yang otomatis menatap nya dengan senyum lebar.

Langkah gadis itu memelan saat mulai memasuki dalam gedung.

ada lapangan Out door yang sangat luas di tengah bangunan, para siswa baru terlihat berkumpul disana mengobrol sembari menunggu beberapa kakak kelas yang mungkin akan melakukan MPLS, sedang di sisi kiri ada tempat parkir yang tak kalah luas.

kelas bagian dasar ada pada sisi kanan, dengan koridor yang cukup ramai oleh siswa berseragam khas Angkasa.

Daisy tak tau dari tiga lantai dan puluhan kelas yang berada di bangunan ini, ruangan mana yang menjadi ruang para guru.

pesan Papy nya tadi, ia harus mencari ruang guru lebih dulu, Papy nya itu rasa nya ingin sedikit mengerjainya, mungkin agar ia memikirkan kembali keinginan nya untuk sekolah di luar.

namun maaf saja, bagi Daisy, hal sekecil itu tak akan merubah keputusan nya untuk menghirup udara bebas di luar istana keluarga Dexton.

manik obsidian grey milik nya memindai beberapa orang yang berada di koridor, karna Daisy tak sebodoh itu untuk bertanya pada anak baru yang berkumpul di lapangan.

Salah jika kalian berfikir, di kurung nya Daisy selama tiga belas tahun, membuat gadis cantik itu kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi.

ada banyak Maid baik yang baru ataupun lama di mansion Dexton, dan Daisy terbiasa mengobrol dengan mereka, meskipun yang terjadi lebih sering Daisy yang mengoceh memulai obrolan.

jadi, tak sulit untuk Daisy memulai obrolan.

seorang siswi yang tengah sibuk dengan ponsel di tangan kanan dan keripik kentang di tangan kiri nya menjadi objek pandangan Daisy.

dari pada bertanya pada segerombolan siswa yang tengah berkumpul tak jauh dari nya sembari mesem mesem tak jelas, Daisy lebih memilih menghampiri gadis yang tadi ia lihat.

dengan mengulum bibir kedalam Daisy membawa langah nya mendekat, ia berdehum sekali namun tak membuat gadis yang tengah asyik dengan ponsel nya itu mendongak.

"Hai" sampai sapaan itu terdengar, membuat gadis di depan nya refleks mendongak.

Senyuman tipis yang ia berikan berganti dengan ringisan tipis, saat gadis di depan nya itu malah menjatuhkan cemilan yang ia genggam dengan mulut menganga.

Daisy menggaruk pelipis nya yang tak gatal, sepuluh detik berlalu gadis itu masih menatap nya dengan mulut menganga.

bahkan Daisy sempat melihat cairan yang hampir keluar dari sudut bibir gadis itu.

"Ekhumm.." dan dehuman keras menjadi pilihan nya saat ini.

beruntung, gadis itu dengan cepat nya tersadar dan dengan gelagapan berdiri menyamakan tinggi nya, meskipun yang ada ia jauh lebih tinggi hampir 10 cm dari gadis di depan nya.

"Lo--lo ngomong sama gue?" Daisy refleks mengangguk, dan berniat menciptakan awal pertemuan yang baik, Daisy mengangsurkan tangan, yang lagi lagi di jawab aneh dengan pekikan berlebihan gadis di depan nya.

"Aku Da--Karamel, kamu bisa panggil Kara" Daisy dapat melihat saat pergelangan tangan berhias jam berwarna pink pucat itu bergetar.

dan rasa dingin beku, bisa ia rasakan saat tangan itu menjabat tangan nya.

"Ta--Tali, eh--Tari" Daisy terkekeh canggung yang malah terdengar seperti sebuah ringisan.

Astaga.. Ia tak pernah berfikir jika tindakan nya tadi bisa membuat seseorang gugup seperti mau di suntik mati begini.