webnovel

Temukan Kebenaran

Tragedi aneh menimpa enam orang diantaranya tiga orang laki-laki dan tiga orang lainnya perempuan. Segala bentuk identifikasi kasus telah terpecahkan, terkecuali kasus Melati. Mereka semua hampir terbunuh oleh peristiwa sebelumnya yang kemudian secara misterius menimbulkan semacam kekuatan mutasi didalam masing-masing individu. Alien? Subyek eksperimen? Kutukan? Karma Tuhan? Anugerah? Mari kita cari tahu. Berawal dari rasa ingin tahu Melati terhadap Arum bahwa semuanya dilakukan oleh penelitian perusahaan Ayahnya. Namun tanpa diduga Arum pun berkeinginan untuk bertemu seseorang lainnya diluar sana seperti Melati yang memiliki kekuatan aneh sepertinya. Nama : Melati Umur : 26 Tahun Identifikasi : tergeletak diatas meja makan didalam rumah dengan darah keluar dari matanya tanpa henti, pukul 03:00 dini hari. Korban ditemukan oleh rekan kerja setelah korban menghubunginya karena merasa tidak enak badan pada pukul 02:40. Kasus : tahap penyelidikan Nama : Jaka Umur : 24 Tahun Identifikasi : tergeletak tepat didepan apartemen pada pukul 23:30 dengan luka tebasan benda tajam dibagian kedua lengan atas. Kasus : Dugaan Perampokan Nama : Arum Mawaratih Umur : 27 Tahun Identifikasi : tergeletak didepan kamar mandi dengan luka goresan di kedua nadi lengan pada pukul 06:16 Kasus : dugaan percobaan Bunuh diri Nama : Genta Gemilang Umur : 27 Tahun Identifikasi : terjatuh oleh sepatu yang basah. Cctv melihat pergerakan korban cukup gelisah hingga pukul 00:33 korban berjalam di lorong lantai 28, kemudian menghindari kucing hitam yang tiba-tiba melintas di sehingga terpeleset dan kepala korban membentur kursi lobi. Kasus : Kecelakaan Tunggal. Nama : Asri Purnama Umur : 25 Tahun Identifikasi : ditemukan di toilet umum apartemen dengan luka dalam sayatan di leher dan keadaan pakaian dalam terbuka. Ditemukan oleh penetap apartemen lainnya kepada pihak keamaan apartemen pada pukul 04:04. Kasus : tindak asusila, percobaan pembunuhan. Nama : Wisnu Wicaksana Umur : 25 Tahun Identifikasi : tersentrum oleh arus pendek listrik dari kabel headphone yang dipakai ketika tidur. Ditemukan oleh pihak layanan makanan setelah korban memesan makanan untuk pukul 23:06. Kasus : Kecelakaan Tunggal

januar_Putra · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
9 Chs

TEMUKAN KEBENARAN Chp 5-6

Chapter 5 : Gali ingatan, ungkapkan perasaan.

"Ahh... Sampai juga di cafe ini. Aku sangat suka dengan bau roti yang baru saja diangkat dari panggangan. Apalagi dengan roti pisangnya bercampur dengan kacang almond. Aku ingin menyerap semua unsur roti ini kedalam tanganku dan memakan tanganku sendiri. Aku rindu makanan luar! Donat yang dibawa wisnu kemarin sepertinya kalah telak"(Jaka bertingkah kekanak-kanakan setelah keluar dari rumah sakit).

Arum melemparkan satu potong kertas cek bertuliskan nominal lima juta rupiah didepan semua orang. Sontak Genta menasehati Arum agar tidak terlalu menghamburkan uang kepada orang yang baru dikenal. Namun Arum tidak mendengarkannya dan langsung memanggil pelayan toko tersebut.

"Pelayan, aku menyewa satu toko minuman ini, dalam waktu 2 jam. Jangan berikan kursi untuk orang yang baru datang lagi. Untuk semua pesanan, berikan semua tagihannya padaku" (pelayan mengambil cek tunai dari Arum dan pergi).

Semua orang menggelengkan kepala mengenai sikap Arum yang tanpa ampun dalam perihal uang. Genta yang tidak habis pikir hanya bisa memegang kening sambil ia pijat perlahan sembari menutup mata.

Tidak lama setelah menunggu, pesanan pun datang. Satu persatu minuman dan makanan diletakkan oleh pelayan.

"Jadi, ngobrol dulu, makan dulu, atau ngobrol sambil makan?" (Asri menirukan suara Wisnu ketika di rumah sakit).

Melati menggeserkan semua makanan dan minuman mereka, seakan siap untuk mengadakan sesi diskusi.

"Silahkan, ibu-ibu dan bapak-bapak. Jelaskan ingatan kalian saat terakhir dalam insiden berdarah yang kita alami dalam satu malam waktu itu".

Serentak semua orang mengadahkan kepala keatas seperti berusaha mengingat segala hal dalam tiap kecelakaan mereka. Lima menit telah berlalu membuat Melati membuang nafas kesal karena melihat gerak-gerik setiap orang tidak terlalu mengingat sedikitpun kejadian berdarah itu.

"Aku hanya mengingat kucing hitam legam berlari dan membuatku terkejut. Setelah itu aku bangun di rumah sakit" (Genta mengkerutkan dahinya berusaha mengingat)

"Kalau yang aku ingat, saat itu aku tengah mengantarkan makanan pada tengah malam. Sesampai ditujuan dengan keadaan motor mogok, tiba-tiba kedua tanganku seakaan ditebas oleh senjata tajam, atau cakar. Manusia? Hewan? Hantu? Aku tidak tahu... Bahkan saat terbangun di rumah sakit, beberapa hari tanganku terasa lumpuh. Itu saja" (Jaka menggaruk-garuk kepalanya)

"Jika aku telusuri lagi, aku dilecehkan seseorang didalam toilet umum didalam apartemen milik ayahnya Arum. Orang itu secara brutal menarik-narik pakaianku dan menyumpalkan sapu tangannya kedalam mulutku. Setelah itu aku tidak ingat. Sungguh menjijikan. Saat terbangun, polisi telah mendapati pelakunya. Ia sekarang mendekam di penjara kota. Ia juga pemilik kamar apartemen. Ia melakukan pencabulan itu hanya karena hasrat yang tinggi. Sangat aneh. Padahal ia adalah suami yang memiliki istri sembari mengurusi keempat anaknya. Aku sudah berbicara kepada orang itu, dan entah mengapa raut wajahnya sangat jujur. Bahkan dalam kemampuanku, aku bisa melihat jiwanya tidak melemah sedikitpun ketika bertemu denganku, seakan teguh menyerahkan nyawanya digenggaman tanganku. Bahkan ia juga merasa dicelakai sepertiku. Orang tua itu kehilangan ingatan setelah pingsan bersamaku didalam toilet dan sebelumnya ia sempat menelpon ambulans. Ironis" (Mata Asri mulai berkaca-kaca menahan tangis).

"Tidak ada yang spesial dari kejadianku. Aku hanya tersentrum oleh headphone ku hingga aku sekarat. Tetapi kalau dipikir-pikir aku mendapatkan anugerah spesial setelah tragedi itu. Aku merasa lincah dan bebas. Bahkan di udara sekalipun" (Sambil mengaduk minumannya, Wisnu tersenyum)

"Pagi hari itu, aku... aku... aku lupa. Pihak kepolisian menemukanku dalam keadaan bersimbah darah sambil memegang sebuat silet. Aku tidak tahu mengapa. Klaim kasusku dalam kategori percobaan bunuh diri. Entahlah. Siapa disini yang mempunyai kemampuan mengembalikan ingatan? Teleportasi waktu? Aku pinjam semenit, kubayar sejuta. Asri, apa kau bisa?". (Arum mengambil pulpen dan menuliskannya kedalam cek tunai)

Melati dengan cepat mengambil pulpen Arum dan mematahkannya.

"Sialan. Bahkan waktu kau tukar dengan uang? Tolong ambil sikap serius. Kegunaan uang bukan seperti itu, tuan putri. Begitu juga dengan kemampuan Asri. Bukankah Asri sedari tadi sudah memegangi pipi kita semua dan meraba-raba memori kita?"

Kemudian Arum membentak Melati dengan mengingatkan kembali perkelahiannya dengan Genta.

"Kau bisa apa? Apa kau punya hal lain selain uang? Terakhir kita berkumpul, keadaan kita selalu tegang, bahkan Genta hampir celaka karena perbuatanmu. Kau tidak terlalu kaya dan membawa bahaya".

Seketika Melati menghentakan kepalanya diatas meja hingga beberapa minuman tumpah, seperti isyarat meminta pengampunan.

"Kalau begitu, MAAFKAN AKU SEMUANYA! AKU YANG SALAH! Tolong. Aku setiap malam susah untuk memejamkan mata. Bahkan ketika aku memejamkan mata, aku bisa melihat semut-semut berjalan di atap rumah. Langit malam, hantu-hantu entah berantah melayang, pesawat terbang, hingga ke bulan. Kumohon. Kalau kita memang tidak menyatukan pendapat dan terpecah belah, bunuh saja aku. Kemampuan ini menyiksaku. Aku malu. Aku bahkan tidak ingat sedikitpun tragedi yang menimpaku. Aku hanya si penakut. Bahkan saat bertemu Genta, aku harus memakai tubuh orang lain dalam kemampuan pengendalian pengecut. Aku tidak langsung menyelidiki ayah Arum, karena jika merasa takut, kemampuanku menghilang. Aku memerlukan banyak teman untuk mengungkapkan kebenaran karena sejatinya hatiku diselimuti lautan ketakutan". (Air mata sedari awal tertampung kini mengaliri rona pipi Melati).

Asri datang dan mulai memeluk hangat tubuh Melati. Ia mengusap air mata Melati hingga habis.

"Seperti apa gambaran warna galaxy andromeda? Bagaimana rupa luasnya langit malam dipenuhi bintang-bintang berkilau? Ceritakan padaku. Karena setiap malam, aku merasa hampa. Hitam. Kekuatan pengaruh jiwaku benar-benar penuh kegelapan. Beritahu aku, segala warna dikehidupan ini. Kau punya pengendalian tubuh kan? Aku pinjamkan tubuhku ketika kau ingin tidur. Mari berbagi manis dan pahit" (Menetesakn sedikit air matanya).

Semua orang terpaku dan meratapi kesedihan Melati, diikuti suara gemuruh awan mendung menyelimuti suasana mereka. Puluhan rintik gerimis mulai jatuh mengenai rambut dan pundak. Saat itu juga mereka langsung berpindah kedalam ruangan agar tetap terhindar dari hujan.

Chapter 6 : Misi Kelumpuhan

Hari-demi hari terlewati seiring dengan seringnya anak-anak muda tersebut berkumpul dalam membahas kecakapan pendapat dan informasi yang ada untuk mendapatkan sebuah kebenaran. Sebelumnya mereka hanya membahas tentang kekuatan, batas kemampuan dan gejala yang dialami setiap individu agar dapat menyesuaikan misi yang akan mereka jalankan saat berdiskusi di toko kucing Asri dan Jaka, hingga terbentuklah suatu perkumpulan tim yang mereka sepakati dinamai 'TIM ENAM', terdiri dari :

Genta Gemilang, kemampuan khsusus : 'Transformasi mutasi replika genetika makhluk hidup beracun dari belakang lehernya dan regenerasi sel tubuh'. Kemampuan sejauh ini : Mutasi hewan kelabang

Jaka, kemampuan khusus : 'Peniru zat, wujud, tekstur apapun yang dapat ditransformasikan pada kedua lengannya'. Kemampuan sejauh ini : Lengan peniru.

Wisnu Wicaksana, kemampuan khusus : 'Menciptakan mutasi sayap transparan berkekuatan abnormal, indra pendengar yang tajam, dan mampu mengeluarkan kuku tajam di tangan maupun kakinya. Kemampuan sejauh ini : Malaikat berparas manis dan tampan serta tangguh. (Wisnu yang menyuruh penulis untuk menulis kalimat sebelumnya, karena sudah membayar tarif)

Melati, kemampuan khusus : 'Pengelihatan super tajam dan mengkontrol alam bawah sadar manusia dengan mengambil alih kesadarannya'. Kemampuan sejauh ini : Mata teleskop/mikoskop dan tatapan mata putih perasuk jiwa manusia.

Asri Purnama, kemampuan khusus : 'Mengendalikan jiwa manusia agar tubuh merasakan reaksi seperti tersadar, tertidur, pingsan didalam alam bawah sadar dan mengganggu sensor otak sehingga dapat menciptakan ilusi'. Kemampuan sejauh ini : Penunduk jiwa dan pembangkit jiwa kesadaran.

Arum Mawaratih, kemampuan khsusus : 'Cahaya kosmik listrik berwarna keemasaan dari kedua lengannya berfungsi sebagai daya tarik dan daya tolak magnet serta dapat mengeluarkan gumpalan energi nuklir kosmik, ketika dilemparkan dapat menyebabkan ledakan lstrik'. Kemampuan sejauh ini : Telapak magnet dan bola lempar listrik.

"Bukan aku yang memimpin disini, akan tetapi Tim Enam memerlukan misi sesegera mungkin. Pada tahap awal, aku sarankan membagi menjadi tiga tim. Tim pertama terdiri dari dua orang, menyelidiki terlebih dahulu. Tim kedua terdiri dari tiga orang dan tim ketiga adalah kita semua yang akan turun di medan pertempuran. Misi pertama, mencari tahu keberadaan Robert. Kalian ingat yang kukatakan saat di rumah sakit? Setelah aku kaji menghilangnya Robert, terdapat insiden di suatu kota dan jaraknya 200km dari sini. Dari video yang kulihat di internet, seorang artis tengah membuat konten berbagi makanan kepada gelandangan. Saat artis tersebut hendak memberikan makanannya yah walaupun itu tujuannya untuk konten, tiba-tiba gelandangn tersebut melempar kotak makanan yang akan diberikan dan untung saja semua pergi menjauh darinya. Kalian tahu kenapa? Gelandangan itu mengeluarkan api dari mulutnya dan membakar setengah mobil artis tersebut. Video itu cukup populer di media sosial. Banyak orang menyebut ini hanya konten setingan belaka dan artis itu juga mengakui bahwa semuanya adalah editan, agar terhindar dari wartawan dan tetap bisa mencari uang sebanyak-banyaknya. Setelah dicari kembali oleh pihak artis, gelandangan itu tidak bisa ditemukan hingga sekarang. Ah... cukup mendongengnya. Ngomong-ngomng siapa disini yang ingin jagung bakar? Ayo kita pergi ke kota itu".

Kali ini tim pertama yang bersedia menjalankan misi penyelidikan adalah Asri dan Jaka. Sedangkan yang lainnya berada di kota tersebut tetapi sebagai tim bala bantuan. Arum dan Genta berada di dalam mobil sembari mengawasi Asri dan Jaka yang giat mencari informasi di jalanan. Sedangkan Wisnu mengawasi mobil sekaligus Jaka dan Asri dari atas gedung kota. Melati tetap berada didalam toko kucing Jaka dan Asri, karena ia bisa membantu mereka dengan merasuki tubuh melalui tatapan mata mereka dari panggilan video online.

"Membosankan. Dari atap teras gedung ini hanya mengawasi mereka berempat. Mungkin Melati begitu pengertian kepadaku, karena takut sayap indahku ini kotor akibat peperangan yang akan berlangsung. Haha... sepertinya ia perlahan menyukaiku" (Wisnu mengayunkan kakinya sambil mengunyah donat).

Kemudian terlihat Asri dan Jaka yang terus melangkah dari sudut jalan ke sudut jalan lainnya.

"Kak, bentar... aduh... sepertinya aku di... diserang" (Jaka mengambil nafas terengah-engah dan jatuh kebawah).

Asri memegang kepala Jaka diatas pahanya dan berusaha membuat situasi tetap tenang.

"Jangan. Kumohon jangan Jaka. Siapa yang menyerangmu!? Ah sial. Kekuatan magis apalagi ini. Disini Jaka jatuh. Cepat kalian kesini!" (Asri langsung menelpon Tim Enam lainnya).

Sontak saja Genta membuka pintu mobil dengan langkah seribu menuju Asri dan Jaka, walaupun tanpa sadar meninggalkan Arum dibelakang yang ikut mengejar pula. Wisnu juga ikut berlari panik, mengingat orang-orang ditengah kota masih cukup ramai karena menunjukan waktu siang hari. Hal ini Wisnu lakukan agar sayapnya tidak terlihat oleh semua orang dikota

"Arum, berikan kotak medisku. Wisnu, jaga disekitar. Asri perhatikan sekeliling juga. Ada apa ini Jaka! Bicaralah". (Genta mulai memeriksa nadi Jaka)

Lalu jaka menunjuk ke arah restoran cepat saji. Semua orang memandangi restoran cepat saji itu.

"kakak, abang, aku diserang oleh rasa lapar dan haus bertubi-tubi. Ayo kita makan dulu" (Jaka terkulai lemas).

Dengan kekuatan penuh Genta memasukan kapas kedalam mulut Jaka sebanyak-banyaknya hingga ia tersedak. Tidak hanya itu saja, Asri pun mengangkat kakinya seraya berdiri, membiarkan kepala Jaka membentur ke tanah. Hal tersebut membuat Arum dan Wisnu tertawa lebar. Pada keputusan selanjutnya, mereka memilih untuk beristihat terlebih dahulu.

Melati sedari tadi mendengarkan percakapan mereka dari alat komunikasi Wisnu terlihat lesu, kecewa dengan sikap kekonyolan Jaka.

"Huhh... Hai kucing Jaka. Kenapa majikanmu seperti tidak memiliki kedewasaan. Kau disini sedari tadi didepanku dan terlihat gagah. Warnamu putih seperti ghost si serigala di serial Game of Throne. Lain kali kau saja yah yang menggantikan misi Jaka si konyol itu" (menggesek-gesekan wajahnya di bulu-bulu kucing itu).

Bel toko berbunyi, diikuti belasan lelaki memakai jas rapi berwarna hitam memakai kacamata khusus, masuk kedalam menghampiri Melati sembari menodongkan senjata. Diluar pintu nampak seorang pria memegang senjata laras panjang dan bersiap untuk menembak kearah kepala Melati. Bukan tanpa hal, melati justru keluar perlahan dari dalam toko, melangkah menuju pria tersebut seakan Melati sudah merencanakan sesuatu dengan cukup matang. Saat Melati berjalan, seketika pria itu melepaskan tembakan melukai kucing yang ada didalam toko. Namun Melati tetap melanjutkan langkahnya. Didalam hati ia mulai berhitung untuk menyiapkan serangannya. Hingga pada saat Melati berlari dan memegangi kepala pria itu sembari menatapi matanya, ia terkejut kalau kemampuannya tidak aktif. Lalu tubuh Melati disentrum oleh senjata listrik belasan pria ber jas hitam tadi.

"Wah, wah... Anak ku punya teman baru yang nakal. Untung saja buku catatan hariannya dan robot tipuan barusan membuat rencana lebih lancar. Apa yang sedang kalian cari di kota sebelah sana?" (Tuan Irawan Membuka jas hitam penyamarannya dari diantara orang-orang ber jas lainnya)

Dengan tekad kuat Melati mulai berdiri berusaha mencari cela untuk kabur. Tetapi dalam pengelihatannya ia tidak menemui jalan lain selain menyerah, mengingat tubuhnya sudah lemah tersentrum daya tinggi dan ia pun langsung menekan tombol darurat yang ada di handphone kepada seluruh Tim Enam. Setelah itu ia membanting handphonenya hingga pecah berkeping-keping untuk menyembunyikan jejak Tim Enam lainnya dari Tuan Irawan.

"Fokus ayo fokus. Atur nafas seperti yang Genta ajarkan. Jangan takut. Tetapi jika dilihat, terlalu banyak orang, apalagi mereka memakai kacamata hitam, susah untuk melakukan tatapan konsentrasi. Masyarakat umum tiba-tiba tidak ada disekitar sini. Aku bingung. Aku butuh waktu hingga tiga menit agar kemampuanku aktif. Tapi dengan orang sebanyak ini? Kau cepat paham juga dengan kemampuanku tuan Irawan. Atau lebih tepatnya, kau akar masalah dari semuanya? Kau mengetahui semuanya dalam genggamanmu?" (Melati tertawa kecil).

Dengan gerakan cepat Melati mengeluarkan pisau lipat miliknya dari dalam saku, langsung menyayat tangannya sendiri. Setelah itu ia cipratkan semua darah yang ada kepada seluruh pria berjas yang mengepungnya sedari tadi.

"Apa anak ini gila" (tuan Irawan keheranan)

Tanpa waktu lama, semua pria itu mulai melangkah kearah tuan Irawan dan menodongkan senjata listrik secara acak. Akibatnya semua orang tersentrum termasuk tuan Irawan. Tetapi itu hanya berlangsung singkat, mengingat tubuh Melati yang telah disentrum habis-habisan sebelumnya.

"Beruntung aku tidak memberitahu Tim Enam mengenai kemampuanku ini. Karena ini senjata rahasiaku yang pernah tanpa sengaja membunuh Rafael. Ah, Sial! Padahal sedikit lagi aku menyetrum mereka sampai nyawa mereka melayang. Batas kemampuanku hanya sampai disini. Maafkan aku, Tim Enam".

Tuan Irawan dengan aura mencekam bangkit melangkah menuju Melati dan mengarahkan pistol cadangan miliknya.

(DORR!!! DORR!!!)

Kedua kaki Melati ditembak oleh tuan Irawan tanpa ragu. Todongan pistol terakhir kali ini mengarah pada kepala Melati. Sesaat sebelum menarik pelatuknya, ternyata Melati tersadar secepat angin menyipratkan darahnya kepada tuan Irawan sehingga dibawah kendalinya dan mengambil alih pistol itu.

(DORR!!!)

Tembakan Melati meleset. Seketika itu pula Melati tersungkur dan tidak sadarkan diri. Tuan Irawan tertunduk lemah sembari meratapi kekalahan Melati.

"Akhirnya aku berhasil melumpuhkannya". (Tuan Irawan terbaring disamping Melati dan menjilati percikan darah Melati di jarinya).