Lin benar-benar tidak menyangka, habis makan malam waktu itu yang gagal mamanya membuat rencana pertemuan mereka di rumah. Lin di suruh pulang tepat jam 7 malam karena makan malam akan di adakan nanti jam 8.
jam yang melingkar di pergelangan tangan Lin sudah menunjukkan pukul lima tiga puluh. Lin bersiap-siap, membereskan mejanya, lalu mengambil tas serta ponsel yang berada di atas meja di taruh di kantong celana depan.
berjalan menuju lift, menekan tombol lalu lift terbuka di depannya.
Ting...
Lin naik ke dalam lift. menakan tombol kearah besment. tempat mobil Lin parkir.
lebih dahulu mengabari Awan, mengatakan pada gadis itu bahwa dirinya tidak bisa jemput. Awan pun ternyata ada kegiatan, sehingga Lin aman. tak apa jika tak menjemput nya.
kini Lin berada di sebuah mal. masuk ke salah satu toko baju membeli pakaian kemeja serta celana dan juga jas untuk keperluan besok, ada meeting penting.
memilih beberapa pakaian yang menurut Lin bagus ia bergegas ke kasir. memberikan nota pembelian pada kasir, membayar lalu keluar dari sana langsung menuju rumah.
ibu Lin telah menunggu semenjak tadi. saat melihat Lin telah sampai ibunya tersenyum senang, menemui Lin di parkiran mobil tersenyum hangat.
"maaf ya kalau mama nyusahin kamu." katanya
Lin geleng kepala. tak apa, itu ibunya wajar anak akan mendapatkan apa yang terbaik dari ibunya.
"gak papa ma," pelukan yang Lin berikan ke ibunya sebelum mereka masuk ke dalam rumah.
makanan telah tersedia banyak varian. ibunya memasak sangat banyak untuk tamu mereka yang akan datang. penasaran dengan siapa tamu yang akan datang Lin tidak berani bertanya. biar saja nanti akan tau sendiri siapa tamu itu.
Lin pamit pada ibunya ke kamar. ijin telah Lin kantongi segara bergegas naik ke lantai dua, masuk ke dalam kamar lalu langsung merebahkan diri di kasur berukuran king sizenya.
nyaman, Lin hampir tertidur. sayangnya ada ketukan di pintu yang menyuarakan Lin supaya bersiap-siap.
menginformasi Lin akan turun tiga puluh menit lagi ke bawah, Lin segara bergegas masuk ke dalam kamar mandi. membersihkan diri lalu siap-siap untuk menyambut tamu mereka.
***
Awan di dandani lagi oleh tulang makeup pilihan mamanya. tidak dapat menolak sama sekali, Awan pasrah dengan apa yang ibunya lakukan.
sangat berbeda, Awan menatap dirinya dalam pantulan cermin berada di depannya. ini benaran dirinya atau tidak. sungguh sangat asing sekali.
jarang-jarang Awan di dandani seperti ini. pembawaan Awan memang tidak terlalu feminim, menggunakan makeup tipis setiap hari karena Awan tidak ingin menjadi pusat perhatian.
kecantikan Awan itu tidak perlu di ragukan, tanpa makeup pun dia sudah menjadi pusat perhatian. banyak lelaki yang mendekati, tapi Awan tolak.
tidak mudah jatuh cinta tipe Awan. lagian belum waktunya pacaran menurut nya. masih banyak yang harus ia kejar terutama karir.
antusias Awan memang tinggi. gigihnya bekerja tidak di ragukan lagi, hingga membuktikan ketika tahun lalu Awan di nobatkan sebagai karyawan terbaik dengan pencapaian tertinggi.
tentu tidak mau hanya mau di situ saja. Awan harus bergerak menunjukkan apa yang terbaik baginya.
usai di dandan i cantik, ibunya memanggil nya, menyuruh Awan masuk ke dalam mobil. Awan tidak gunakan pakaian kantoran lagi, gaun Lilac menjuntai indah sampai lutut membuat kesan anggun. sangat pas di tubuh Awan yang tinggi dan ramping.
sesempurna itu mamanya menyiapkan Awan, sampai hingga dengan ditail mencocokkan apa yang tepat untuk Awan.
itu terbukti, malam ini siapa saja yang akan melihat Awan pasti akan takjub. dan setelah hampir menempuh jarak kurang lebih empat puluh lima menit mereka tiba.
Awan kenal dengan rumah ini.
deg...
ini apa maksudnya?
***
setelah pembicaraan di meja makan kedua sahabat itu tidak dapat berkata-kata lagi. ini dadakan, seperti mendapatkan sebuah zonk di dalam permainan.
sayangnya mereka tidak dapat menolak. fiks, mereka telah di jodohkan oleh kedua orang tua mereka. sayangnya lagi waktu untuk tunangan telah di tentukan yaitu bulan depan. kedua manusia itu saling tatap. seperti sepemikiran.
usai pembicaraan keduanya Lin dan Awan pamit ke belakang rumah. di taman yang ada kolam serta gazebo mereka duduk. diam tidak ada pembicaraan seolah tidak tau mau bicara apa. Awan yang lebih dahulu memulai nya.
"Apa kamu tau kalau kita yang akan di jodohkan seperti ini?" tanyanya.
Lin geleng kepala, ia tidak tahu sama sekali rencana gila ibunya dan mama Awan. dia pun tadi syok di awal. tidak mengerti maksud tujuan dari kedua wanita yang mereka sangat sayang i dan harga i itu.
"Aku gak tau apa sama sekali di sini." jawab Lin. wajahnya terlihat risau.
"Terus kita gimana?"
diam sebentar sebelum Lin angkat kedua bahunya.
"Ya mau gimana lagi? nolak pasti akan percuma."
helaan nafas Awan terdengar, ini membingungkan bagi keduanya. dadakan lebih tepatnya. mereka sahabat. apa mereka akan bisa seperti ini setiap harinya jika menikah nanti? kini saja keduanya sudah di Landa canggung yang teramat. terlalu buru-buru membuat mereka tidak amat sangat bisa berpikir.
keduanya diam sampai kembali lagi ke dalam rumah. tidak ada titik temu yang mereka temukan saat pembicaraan. kedua orangtuanya mereka pun telah sepakat untuk merencanakan pertunangan mereka berdua yang akan di lakukan dalam waktu satu bulan kedepan.
usai pulang dari sana Awan bicara empat mata dengan mamanya.
"Ma, apa ini tidak buru-buru? aku dan Lin adalah sahabat, masa mau di nikahkan?"
ketakutan Awan teramat sangat akan persahabatan mereka. Awan tidak ingin karena ini keduanya canggung padahal dari kecil mereka telah sama.
"Mama yakin sama Lin. dia sahabat kamu selama ini, karena itu mama setuju jika dia jadi menantunya mama."
"Tapi ma---"
"Sudah lah Wan, kamu akan bahagia ko sama Lin nanti."
***
benar kecanggungan telah membuat keduanya tidak seperti dulu lagi. Lin dan Awan kini jarang bertukar pesan, jarang pula sekarang Lin menjemput nya sehingga Awan naik mobil sendiri.
Awan jadi merasa sendiri, setelah Lin menghilang dua hari yang lalu tanpa ada kabar setelah perjodohan yang dilakukan, Awan rasa ada hilang dari dalam dirinya.
kosong, mencoba beberapa kali mengecek ponsel yang tergeletak di meja kerja Awan. tidak ada pesan sama sekali.
iash....
desah Awan. gengsi menguasai dirinya, ingin mengirim pesan ke Lin saja dia tidak berani sama sekali.
menelungkup kan kepalanya ke meja, Awan coba pikirkan cara menemui Lin. hingga sebuah ide melintas di dalam dirinya.
senyum Awan mengembang. segara bergegas menyusun barangnya kedalam tas lalu segara bergegas ke kantor nya Lin.
tidak lama ia telah tiba. berjalan kearah sang receptionis, Awan telah mendapatkan kabar kalau Lin belum pulang. ada rapat sebentar tadi beri tahu yang berjaga di sana. Awan senyum senang dalam hati. ia menunggu di ruang tunggu. hingga lima belas menit kemudian pria yang di tunggu nya muncul.
Awan segara jalan ke arah di mana Lin berdiri. menepuk pundak pria itu, membuat Lin menoleh padanya dengan wajah kaget
"Wan..."
"Hm, kemana dua hari ini?" Awan tidak akan bisa basa-basi, langsung bertanya kepada intinya.
"ke mobil dulu yok.." ajak Lin. mereka jalan ke parkiran. membuka kursi di samping kemudi, menyuruh Awan masuk.
memastikan gadis itu telah aman, Lin menyusul di kursi kemudi. melajukan mobil ke jalan raya.
"kamu belum jawab aku loh." kata Awan.
"pertanyaan yang tadi?" Awan menganggukkan kepala atas pertanyaan Lin.
"Aku sibuk..." tapi tidak berani menatap Awan.
"Yakin?"
"Hmm...."
diam sebentar.
"Lin, kalau kamu gak setuju untuk perjodohan kita kamu bisa batalin ko." kata Awan.
"a-aku gak mau gara-gara ini kita jadi Secanggung ini Lin," air mata Awan mengalir, sedih dengan jarak terbentang di antara mereka. "aku mau kita temanan seperti setiap hari, aku gak mau ada jarak."
hiks...
pecah tangis Awan.
Lin henti kan mobilnya. tiba-tiba Tarik Awan dalam pelukan. jantung Lin berdetak kencang begitu juga Awan. keduanya diam dalam rasa yang entah apa yang ada pada diri mereka. nyaman.... itulah yang mereka rasakan untuk saat ini, dekapan itu juga menangkan sekaligus membuat ada sesuatu yang bangkit pada diri mereka yang tidak mereka sadari. yaitu adalah cinta