webnovel

7. Mata Air

"Akhhh sakit sekali." Li Rouwan berteriak nyaring tatkala hukuman mereka sudah selesai. Li Rouwan ambruk tengkurap tepat di bawah kaki Su Zanghi, sedangkan Feifei masih bisa duduk tegak meski punggungnya terasa sangat sakit. Lima puluh cambukan kencang membuat punggung Feifei terasa nyeri dan panas di waktu yang bersamaan.

"Aduh punggungku," ringis Feifei. Rasa perih dan panas menjadi satu di punggung Feifei. Mencoba sok kuat pun juga percuma karena semua mendengar teriakan kesakitan dari bibirnya. Namun Feifei termasuk kuat karena gadis itu masih bisa duduk tegak.

Su Zanghi tersenyum melihat kedua muridnya yang kesakitan, pandangan beralih pada Lan Yunxi yang saat ini masih betah mempertahankan wajah datarnya. Begitu pun dengan Feifei, gadis itu juga melirik ke arah Lan Yunxi.

"Guru, apa guru baik-baik saja?" tanya Feifei memegang lengan gurunya. Semua murid yang masih berdiri di sana tercekat menyaksikan keberanian Feifei yang memegang lengan Yunxi.

Lan Yunxi terkenal dengan sikap dingin dan datarnya. Yang sudah lama menjadi murid, tahu betul tabiat Lan Yunxi yang tidak suka disentuh. Namun kini, gadis kecil dengan lancangnya menyentuh Lan Yunxi.

"Turunkan tanganmu, tidak sopan," desis Kai Wenning pada Feifei. Feifei segera menurunkan tangannya.

"Ayo aku ajak ke tempat yang bisa menyembuhkan lukamu," ucap Kai Wenning membantu Feifei berdiri. Semua murid satu persatu meninggalkan ruang hukuman, begitu pun dengan Li Rouwan yang dibantu berdiri oleh Li Wen.

"Aku bisa sendiri," ucap Feifei menepis tangan Kai Wenning, gadis itu tertatih-tatih berdiri. Namun sayang, keseimbangan tubuh Feifei tidak bisa dikontrol. Feifei kehilangan kendali tubuhnya dan ambruk tepat menimpa Lan Yunxi.

Kai Wenning dan Su Zanghi membulatkan matanya. Sedangkan Lan Yunxi memejamkan matanya dengan tangan yang terkepal erat. Napas Lan Yunxi berembus naik turun, amarah yang sejak tadi mencoba ia pendam kini sudah ditambah lagi dan parahnya amarahnya bersumber pada satu orang yang sama, yaitu Feifei.

"Feifei," desis Lan Yunxi.

"Ah iya maaf-maaf," ucap Feifei segera berdiri. Feifei membungkukkan badannya beberapa kali pada Lan Yunxi.

"Maafkan Feifei guru, Feifei tidak akan melakukan kesalahan lagi," ucap Feifei masih membungkukkan badannya beberapa kali.

Lan Yunxi berdiri, pria itu menatap Feifei dengan sinis, "Menyusahkan," sinis Lan Yunxi segera pergi meninggalkan Feifei seraya mengibaskan bajunya.

Feifei meringis kecil, begitu pun dengan Kai Wenning. Pria itu menatap Lan Yunxi yang pergi meninggalkan mereka.

"Kamu sih buat guru marah. Kalau guru marah, dia bisa jadi raja iblis," ucap Kai Wenning memasang wajah semenyeremakan mungkin pada Feifei. Feifei berteriak kecil karena kaget, setelahnya gadis itu memukul wajah Kai Wenning pelan.

"Raja iblis tidak semenyeramkan kamu," ucap Feifei.

"Aku sudah memperingatkan kamu untuk tidak bertengkar, kamu malah adu pedang, lama-lama aku cincang kamu," oceh Kai Wenning.

"Hah, lupakan itu. Sekarang gimana caranya punggungku cepat sembuh," kata Feifei.

"Feifei, datanglah ke mata air yang ada di belakang padepokan. Ada mata air hangat yang bisa meringankan sakitmu," ujar Su Zanghi. Feifei menatap Su Zanghi dan menganggukkan kepalanya.

"Terimakasih, Guru. Maaf sudah menyusahkan," ujar Feifei segera pergi meninggalkan Su Zanghi dan Kai Wenning.

"Feifei, tunggu!" teriak Kai Wenning yang segera menyusul Feifei.

"Kenapa? Mau ikut aku ke mata air? Jangan mesum kamu," sentak Feifei membalikkan tubuhnya menatap Kai Wenning.

Kai Wenning menghentikan langkahnya, pria itu menggaruk kepalanya yang terasa tidak gatal karena canggung.

"Itu, aku hanya menghawatirkanmu. Kakimu masih sakit, dan sekarang punggungmu juga sakit. Kalau begitu aku akan membuatkan obat dari tanaman. Setelah kamu berendam di mata air belakang, datanglah padaku aku kasih obatnya," ujar Kai Wenning.

"Itu baru temanku. Nanti aku datang, jangan lupa juga masakkan sesuatu untukku!" kata Feifei yang segera berlari untuk menuju ke belakang padepokan. Gadis itu berlari meski kakinya juga terasa sakit.

Melanggar peraturan dan mendapat hukuman benar-benar tidak pernah ada dalam tujuan Feifei saat masuk padepokan. Ia hanya ingin belajar, mendapat ilmu dan menjadi kultivator suci, tapi kenyataannya ada halangan. Dan sialan lagi yang menghalangi adalah laki-laki pengecut yang bukan tandingannya.

Feifei menuju ke belakang padepokan. Mata air yang berada tepat di balik padepokan adalah mata air hangat. Saking hangatnya, sumber mata air itu megeluarkan embun putih yang sangat tebal.

"Waaahhh …." Feifei terpekik senang tatkala melihat air. Gadis itu melepas sabuk di pinggangnya dan segera menceburkan diri di sumber air.

Feifei tertawa seorang diri, gadis itu merasa tubuhnya hangat dan perih di punggung dan kakinya menjadi tidak berasa lagi.

"Hahahah …." Feifei terus tertawa dan bermain air seorang diri. Yang dikatakan Su Zanghi benar adanya, mata air sangat ampuh meringankan lukanya.

"Untung Kai Wenning tidak ada di sini," ucap Feifei merebahkan tubuhnya di atas air dengan telentang. Tubuh gadis itu mengapung, kepalanya mendongak ke atas menatap dahan pepohonan yang menutupi langit.

Lan Yunxi bertelanjang dada sembari berendam di mata air tepat di balik batu pemisah antara dirinya dan Feifei. Lima menit yang lalu Lan Yunxi merasa damai karena berendam seorang diri. Namun semua buyar setelah suara gadis yang tertawa masuk di indra pendengarannya.

Lan Yunxi berjalan keluar dari balik batu besar, ia melihat Feifei tengah telentang dia air seraya memainkan air dengan tangan. Gadis itu tampak senang seolah tidak pernah ada yang terjadi di ruang hukuman tadi.

Feifei menyudahi telentangnya, gadis itu membalikkan tubuhnya, matanya membulat sempurna saat melihat Lan Yunxi yang bertelanjang dada. Rambut panjang Lan Yunxi tampak basah. Bukannya menutupi wajahnya, Feifei malah menatap keindahan di depannya.

"Kenapa kamu mengikutiku?" desis Lan Yunxi. Feifei semakin membulatkan matanya.

"Siapa yang mengikuti guru?" tanya Feifei balik.

"Aku tidak mengikuti guru. Guru Su Zanghi yang meyuruhku ke sini," tambah Feifei lagi.

"Pergi!" desis Lan Yunxi. Lan Yunxi menatap baju Feifei yang basah, wajah cantik gadis itu semakin cantik dalam keadaan basah dan bibir yang berkilau air.

"Kenapa aku yang harus pergi?"

"Pergi, Feifei!" desis Lan Yunxi lagi. Feifei menggelengkan kepalanya.

Lan Yunxi merasa geram dengan gadis di hadapannya. Pria itu menuju pinggir mata air dan menarik bajunya. Lan Yunxi memakai baju dengan cepat dan segera pergi dari sana. Feifei menatap kepergian Lan Yunxi dengan terbengong.

"Kenapa guru senang meninggalkanku?" tanya Feifei berteriak. Lan Yunxi tidak membalas apa-apa, pria itu masih melanjutkan langkahnya.

Feifei sudah membuat kesalahan, bukannya meminta maaf padanya, Feifei malah semakin membuatnya marah. Feifei hanya meminta maaf sekilas, tapi Lan Yunxi tahu betul kalau besar kemungkinan Feifei akan melanggar peraturan lagi. Namun, mau bagaimana lagi karena ia lah yang membawa Feifei masuk padepokan.