webnovel

16. Kenyataan Yang Diterima

Wei Lian Zai menatap langit yang terlihat petang, pria itu tidak ingin lagi menatap Kai Wenning. Kai Wenning menundukkan kepalanya, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Kai Wenning dapat merasakan bagaimana sakit hatinya Wei Lian Zai. Keputusannya untuk meninggalkan Wei Lian Zai adalah keputusan paling berat dalam hidupnya. Bagaimana pun juga Wei Lian Zai adalah sahabat terbaiknya. Meski anak seorang raja, Wei Lian Zai tidak pernah menghinanya, saat ada yang merundungnya, Wei Lian Zai selalu maju paling depan untuk melindunginya. Bahkan Wei Lian Zai akan membalas dengan setimpal orang-orang yang berlaku jahat padanya. Namun, Kai Wenning malah meninggalkan sahabatnya. Lebih parahnya Kai Wenning berdiri di sisi berlawanan dengan Wei Lian Zai. Saat perang antara kerajaan Villain dan Ambuna, Kai Wenning ikut menghabisi keluarga Wei Lian Zai.

"Tuan muda, Maaf." Tiga patah kata lolos dari bibir Kai Wenning, pria itu masih menundukkan kepalanya dalam.

"Apa kamu pikir aku butuh permintaan maafmu?" tanya Wei Lian Zai. Pria itu tampak menyunggingkan senyum sinisnya.

"Aku hanya ingin tahu, kenapa, Kai Wenning? Kenapa kamu meninggalkanku?" tambah Wei Lian Zai. Kai Wenning menggelengkan kepalanya, ia tidak mempunyai jawaban dari pertanyaan Wei Lian Zai.

"Ada apa kamu sampai ke sini?" tanya Kai Wenning.

"Kamu mengatakan tidak ingin Giok Biru, apa kamu datang karena tahu aku ada di sini?" tanya Kai Wenning lagi.

Wei Lian Zai membalikkan tubuhnya menatap Kai Wenning. "Apa setelah sekian lama kita baru bertemu membuatmu menjadi bodoh mendadak?" tanya Wei Lian Zai.

"Aku datang ke sini tidak untuk menemuimu. Lagi pula sinyal antara kita sudah aku putuskan sejak lama," tambah Wei Lian Zai.

Wei Lian Zai dan Kai Wenning memiliki sinyal yang bisa mengetahui keberadaan satu sama lain. Dulu mereka sering menggunakannya, apalagi saat Kai Wenning mendapat masalah, Kai Wenning akan mengirimkan sinyal pada Wei Lian Zai dan tidak berapa lama sahabatnya itu akan datang.

Kai Wenning menatap ujung jari kelingking Wei Lian Zai. Wei Lian Zai bohong kalau sudah memutus sinyalnya, buktinya ujung jari kelingking itu masih ada cahayanya yang merupakan letak sinyal mereka. Namun yang membuat heran, Kai Wenning tidak bisa melacak keberadaan Wei Lian Zai, seolah ada yang mengalihkan menjadi ilusi.

"Kamu datang untuk mencari apa?" tanya Kai Wenning.

"Lihat wajahku, Kai Wenning!" titah Wei Lian Zai. Kai Wenning menatap lekat ke arah Wei Lian Zai.

"Apa kamu menemukan seorang perempuan yang wajahnya sama denganku?"

Kai Wenning tercenung di tempatnya, pria itu masih menatap lekat ke arah Wei Lian Zai. Wajah itu, wajah yang sangat tampan bak dewa, ia melihat versi perempuannya dalam raga Feifei.

"A … apa kamu punya-"

"Adik perempuan," sela Wei Lian Zai cepat.

"Dia tidak ada di sini," jawab Kai Wenning.

Wei Lian Zai menatap Kai Wenning dengan cepat, sedang yang ditatap langsung gelagapan. Sekarang Kai Wenning yakin seratus persen kalau Feifei adalah Wei Feifei adik dari Wei Lian Zai, keturunan Klan Wei yang saat ini tengah dicari untuk dihancurkan sampai tidak tersisa. Dalam perasaan Kai Wenning, ia tidak terima bila Wei Feifei diambil oleh Wei Lian Zai. Ia yang menemukan Wei Feifei, mengobati Feifei saat Feifei sakit.

"Kai Wenning!" desis Wei Lian Zai.

"Dia tidak ada di sini."

"Tapi sinyalku mengatakan dia ada di sini."

"Kamu tidak akan menemukan apapun."

"Akhhhh!" Wei Lian Zai jatuh ke tanah dan memegangi dadanya yang terasa sangat sakit. Kai Wenning bergegas menghampiri Wei Lian Zai.

"Tuan muda, ada apa?" tanya Kai Wenning yang tidak bisa menyembunyikan kepanikannya melihat Wei Lian Zai yang kesakitan.

Wei Lian Zai mendongakkan kepalanya, darah segar keluar dari hidung Wei Lian Zai. Kai Wenning yang panik segera mengambil sesuatu dari balik bajunya, mengambil obat untuk Wei Lian Zai.

"Ada apa dengan adikku, Kai Wenning? Adikku pasti terluka parah," ucap Wei Lian Zai.

"Aku tidak tahu."

"Apa yang kamu inginkan, Kai Wenning? Kamu menghianatiku, dan sekarang kamu menyembunyikan adikku. Kamu tahu, aku sangat menyayangi adikku, seujung kuku pun orang yang menyakiti adikku tidak akan aku biarkan hidup. Tetapi apa yang kalian lakukan pada adikku sampai adikku menggunakan mantra penakluk? Ukhukk uhukkk …." Wei Lian Zai berbicara terbata-bata, pria itu terbatuk-batuk mengeluarkan darah.

"Aku yakin Wei Feifei ada di sini, sekarang dia sedang kesakitan," kata Wei Lian Zai.

"Dia tidak ada di sini!" jawab Kai Wenning yang masih kukuh.

"Kai Wenning, aku tidak tahu apa tujuanmu menyembunyikan Wei Feifei di sini. Kalau pun kamu ingin mencelakainya, celakai saja aku. Aku tidak akan melawanmu," ujar Wei Lian Zai memegang tangan Kai Wenning. Kai Wenning menatap tangan Wei Lian Zai yang tampak bergetar. Terlihat jelas kalau Wei Lian Zai sedang menahan kesakitan.

"Cepat tolong adikku, adikku sedang kesakitan. Aku akan menunggu di sini, gantikan aku sebagai tawanan mu dan Klan Lan!" pinta Wei Lian Zai memohon pada Kai Wenning. Kai Wenning menatap Wei Lian Zai yang darah segar keluar dari hidung dan bibirnya.

"Cepat, Kai Wenning. Adikku sedang tidak baik-baik saja. Setelah kamu obati adikku, aku yang akan menyerahkan diri. Aku menunggumu di sini," ucap Wei Lian Zai.

Kai Wenning membantu Wei Lian Zai untuk duduk tegak untuk meminimalisir sakit Wei Lian Zai. Pria itu memberikan obat pada Wei Lian Zai.

"Aku pergi dulu," ucap Kai Wenning. Kai Wenning berlari meninggalkan Wei Lian Zai. Pria itu berlari menuju kamar Wei Feifei. Dengan mengedap-edap, pria itu berhasil memasuki kamar Feifei.

Tubuh Feifei bergetar hebat dengan darah yang keluar dari hidung dan bibirnya, persis seperti yang dialami Wei Lian Zai. Kai Wenning mendekati Feifei, pria itu melihat cahaya yang sangat terang dari dada Feifei.

"Aurum core," batin Kai Wenning. Kai Wenning duduk bersila, pria itu mengeluarkan cahaya putih dari keningnya dan menyalurkannya pada kening Feifei.

Tubuh Feifei masih bergetar, tadi separuh energi Lan Yunxi sudah disalurkan pada Feifei. Namun tubuh Feifei masih kekurangan tenaga. Aurum core yang ada di diri Feifei memberontak, kultivasi yang dijalani Feifei belum kuat membuat efek di tubuhnya tidak baik.

Keringat dingin bercucuran di kening Kai Wenning, pria itu berusaha menyembuhkan Feifei. Baaimana pun juga yang membuat Feifei seperti ini adalah dirinya, andai ia mencegah Feifei agar tidak ikut dengannya. Mungkin saat ini Feifei masih sehat. Perasaan Kai Wenning benar-benar bercampur aduk saat mengetahui dengan jelas bahwa Feifei adalah adik Wei Lian Zai. Dari awal ia sudah merasa familiar dengan wajah cantik Feifei, tetapi ia berusaha mengelaknya.

Klan Wei adalah Klan yang paling dicari untuk dimusnahkan, Kai Wenning berpikir pasti Wei Lian Zai juga mengiranya ia akan memusnahkan Wei Feifei. Namun hal itu jelas tidak akan Kai Wenning lakukan. Meski ia tahu kenyataan Feifei adalah Klan Wei, ia akan menjaganya, pun dari Lan Yunxi yang punya dendam dengan Klan Wei.

"Aku akan menjaga adikmu, Wei Lian Zai," batin Kai Wenning. Lambat laun, tubuh Wei Feifei berangsur membaik. Kai Wenning menghela napasnya lega, pria itu berhenti menyalurkan sebagian energinya pada Feifei.

Kai Wenning menaikkan selimut yang dipakai Feifei sampai ke batas leher. "Tidak peduli kalau kamu dari Klan Wei, aku akan menjagamu. Sama halnya saat kakakmu menjagaku, Wei Feifei," bisik Kai Wenning.