webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · Horreur
Pas assez d’évaluations
56 Chs

Tamu Tak Diundang 2

"Aku tahu!! Masih ada satu orang lagi di dalam sana!! Bawa dia keluar, sebelum kau yang akan mati!!" Pria tersebut malah membentak Nauctha hingga Gadis tersebut terlonjak mundur.

"Apa alasanmu berkata begitu?" tiba-tiba Theodor menampakkan diri pula.

"Miki!!" bentak seseorang sambil berlari ke arah Pria pembuat onar itu.

"Maaf. Tolong maafkan Miki atas keributan yang diciptakannya hari ini. A-aku akan segera membawanya pulang. Ini tidak akan kembali terjadi oke, kalian...tidak apa-apakan? Dia tidak menyerang kalian kan?" cerocos Wanita yang mencekal Pria bernama Miki itu.

"Tidak masalah. Tetapi mengapa dia berbicara aneh hari ini?" Nauctha penasaran.

"Dia punya masalah mental yang sewaktu-waktu dapat kambuh. Sekali lagi maafkan Adikku Miki" jawabnya sambil menggeret Miki menuju rumahnya.

"Aku hanya ingin memberi peringatan padanya!! Lepaskan aku!! Makhluk keji itu, mengintai kalian semua!!" teriak Miki membuat para tetangga yang tinggal berdekatan dengannya muncul mencari tahu ada keributan apa diluar rumah mereka.

"Ayo masuk jangan terlalu lama di sini" bisik Theo menyadari para tetangga sedang menyorot mereka merasa terusik.

"Aku hanya ingin memberi peringatan padanya!! Lepaskan aku!! Makhluk keji itu mengintai kalian semua!!" teriak Miki membuat para tetangga yang tinggal berdekatan dengannya muncul mencari tahu ada keributan apa diluar rumah mereka.

"Ayo masuk jangan terlalu lama di sini" bisik Theo menyadari para tetangga sedang menyorot mereka merasa terusik.

Ceklek

Suara pintu rumah Nauctha ditutup rapat. Semua orang kembali berkumpul di ruang TV dalam posisi semula. Ada yang berbeda dari sikap bahkan ekspresi Nauctha.

"Kau masih memikirkan kata-kata orang sakit jiwa itu?" tanya Arletha sambil menyodorkan air mineral pada Nauctha. Gadis cantik itu menerima dengan senang hati, meminum sebotol air mineral sampai tak bersisa.

"Aku berpikir ulang"

"Soal?" tanya Arletha yang bingung dengan arah pembicaraan Nauctha.

"Kita tidak bisa diam saja. Diandra hampir mati di rumah Michell. Tahukan, maksudku apa? Hal seperti kemarin dapat terulang kembali di sini"

"Maksudmu kau keberatan Diandra dirawat di rumahmu begitu?" tanya Theo sebelum sempat Nauctha melanjutkan ucapannya.

"Maksudku kita tidak boleh hanya diam. Akan ku hubungi orang-orang itu sekarang juga"

"Kau pikir mereka benar-benar bisa membantu? Media apa pun bisa berbohong honey...ayolah" potong Theo tak mau percaya dengan hal-hal yang berbau pemburu hantu. Lagi pula selama perjalanan mereka yang Theo tahu mereka tidak pernah melihat musuh yang sesungguhnya.

Hanya ada teror berderet sepanjang yang dia tahu. Memang mereka berhubungan dengan hantu itu pun, karena demi dapat berkomunikasi dengan, Diandra.

"Kita sedang berhadapan dengan pemilik ilmu hitam Theo. Kau masih mau menyangkal? Insiden kuburan kosong? Jenazah Tuan Edmund? Jika tidak ada ilmu hitam, Polisi pasti bergerak, keluarganya tidak akan diam saja merasakan kejanggalan saat pemakamannya berlangsung."

"Kau hanya terkena serangan panik Nauctha. Tenangkan dirimu dahulu, kita masih membutuhkan banyak petunjuk untuk menemukan dalang dibalik kematian Tuan Edmund, sekaligus komanya Diandra" jawab Theo setelah mendengar perkataan Nauctha panjang lebar.

"Theo" tiba-tiba Lucas berinisiatif memotong pertengkaran pasangan kekasih itu.

"Ku rasa Nauctha tidak ada salahnya. Maksudku, di Motel tersebut aku dan Zack sempat terjebak hanya berdua kan? Salah satu dari kami juga pernah bilang kalau ada yang aneh sedang terjadi waktu itu"

"Orang-orang tersebut tiba-tiba bisa bicara bahkan menyentuh kami. Bagaimana jika itu terjadi kembali? Satu-satunya cara, hanyalah membawa orang-orang yang memahami betul kondisi medan pertempuran kita atau, kita semua bisa mati tanpa tahu mengapa hal itu bisa terjadi pada kita"

"Aku sangat setuju setelah mempertimbangkan pemikiran mereka berdua Theo" sambut Zack sambil menepuk bahu Theodor mendukung pemikiran Nauctha dan Lucas.

"Kalau yang lainnya setuju aku bisa apa lagi?" jawab Theo mendesis jengkel. Semua orang kecuali Theodor bersorak mendengar persetujuan Theo.

Nauctha segera menghubungi pihak majalah Wonders Of The World khusus divisi misteri sambil mengaktifkan pengeras suara.

"Hallo, Wonders Of The World divisi misteri di sini Adeline, bisa saya bantu?"

"Kami membutuhkan bantuan tim kalian untuk menguak misteri percobaan pembunuhan terhadap salah satu teman kami. Bisakah kau mengatur pertemuan dengan kami secepatnya? Nyawa kami bergantung pada kebaikan kalian" kata Nauctha yang dianggap Theodor terlalu berlebihan.

"Kami bisa mengatur pertemuan dua minggu yang akan datang"

"Ku bilang nyawa kami diujung tanduk. Belum tentu usia kami sampai sepanjang itu Nona Adel, bagaimana kalau kami melakukan kecerobohan dan mati sebelum kalian datang? Kau akan kehilangan sumber beritamu" jawab Nauctha menegaskan.

"Hallo, dengan siapa saya berbicara?" tiba-tiba ada suara lain di seberang sana.

"Nauctha"

"Bisa Anda jelaskan permasalahan apa yang sedang Anda alami saat ini?"

"Percobaan pembunuhan"

"Apa? Seharusnya Anda lapor Polisi"

"Polisi tidak dapat menangani hal mistis seperti ini Tuan, mereka lebih ahli menangkap pembunuh biasa. Masalahnya pembunuh ini, memiliki senjata tak terlihat sehingga tidak ada bukti yang dapat memberatkannya di mata Polisi itu sendiri"

"Apa Anda paham sampai di sini? Permasalahan kami tidak hanya itu, tetapi seluruhnya berhubungan dengan pembunuh ini. Jadi Tuan, Anda bersedia datang membantu atau tidak?" Ferghus Cloy dan Adeline Minna saling memandang mempertimbangkan berita baru yang datang dengan sendirinya kepada mereka berdua.

"Waktu luang kami nanti jam tujuh malam selain itu jadwal kami sangat padat. Apa tidak masalah?" jawab Ferghus memberi kode pada Adel agar diam dahulu.

"Tidak masalah. Akan saya kirim alamat rumah saya setelah ini. Bisa beri tahu saya nomor ponsel, yang bisa saya hubungi?" jawab Nauctha tanpa berpikir panjang lagi.

Sambungan telepon telah terputus hanya menyisakan tatapan tajam, dari Adel ketika Ferghus meletakkan gagang telepon.

"Ada banyak sekali telepon omong kosong dari para orang tidak waras. Bagaimana jika dia salah satunya?"

"Tugas kita memburu berita. Bertemu dengan orang-orang seperti itu, adalah risiko Profesi kita. Selama kita hadapi bersama, ini tidak akan masalah bagi tim kita" jawab Ferghus setenang mungkin.

Di lain tempat, semua orang yang berkumpul di rumah Nauctha terdiam seribu bahasa. Tak ada apa pun yang bisa mereka lakukan sekarang selain menunggu tim Wonders Of The World.

"Apa kau sudah tenang setelah menghubungi mereka?" tanya Theo setelah berdehem kecil pada kekasihnya.

"Masih belum. Karena belum tentu mereka bisa menangani kasus kita ini"

"Bisa" potong Lucas sambil membuka matanya perlahan. Pembicaraan Nauctha dan Theo ini terdengar di telinga Lucas, ketika dia berusaha menggunakan kemampuannya.

"Menurut beberapa roh, mereka yakin tim itu bisa memberi bantuan besar bagi kita. Rumah Elzaedar dan Pulau tak bernama yang pernah kau sebutkan itu Nauctha, menyimpan banyak hal menakutkan lebih dari yang kita alami di sini. Artinya masalah kita semua, akan sangat mudah bagi mereka selesaikan" tambah Lucas membuat teman-temannya mampu bernafas lega kali ini.