webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · Horreur
Pas assez d’évaluations
56 Chs

Siapa Yang Mengkhianati Marcus?!

"Marcus... bisa tahu kemampuanku?" Eve menatap penuh tanda tanya pada Lucas.

"Tidak aneh kalau Marcus mengetahui kemampuanmu Eve. Dia dalam genggaman Sergei. Semua orang di sini harus tahu Sergei adalah roh yang berubah menjadi Iblis..." ucap Hisashi memberi tahu semua orang jika ini dilanjutkan mereka harus berhadapan dengan makhluk macam apa kali ini.

"Kabar buruknya adalah Marcus perlahan akan dirubah menjadi Iblis seperti dirinya" tambah Hisashi sedih.

"Maksudmu hanya iblis yang bisa mendeteksi kemampuan Eve?" Theodor memicingkan mata merasa segala hal yang diucapkan Hisashi dan Lucas tidak masuk akal.

"Iblis juga bisa mencium aroma darahmu Theo..." desis Hisashi menatap serius Theo yang wajahnya kini makin memucat.

"Semua orang punya darah, bagaimana cara Sergei dapat membedakan antara aroma darah kami dengan aroma darahnya? " tanya Kabil ingin menguji Hisashi.

"Keluarga Sanders memiliki darah unik. Warna dan aroma yang tak sama dengan kebanyakan orang. Dia tidak boleh meneteskan, setetes pun darahnya. Karena dapat mengundang para iblis untuk mendekat" kali ini suara Hisashi dipelankan seolah takut ada orang lain yang mendengarkan ucapannya.

"Apa Iblis membutuhkan darahnya untuk di minum?" tanya Arletha penasaran.

"Si pemilik darah memiliki kemampuan khusus untuk melihat kejadian dan ingatan terakhir, seseorang di akhir hidupnya. Itulah yang diincar Sergei" Hisashi meluruskan pemikiran Arletha.

"Kau harus menyelamatkan nyawa Putra kami. Tolonglah dia satu-satunya harta berharga kami" rengek Ibu Theo memohon dengan sungguh-sungguh.

"Itu pun jika Putra Anda mau bekerja sama" tegas Hisashi.

"Mau bagaimana lagi. Aku sudah terlalu lama ingin keluar dari mimpi burukku. Tetapi ternyata sekarang aku mendapatkan kenyataan yang jauh lebih mengerikan dari mimpiku itu sendiri" desis Theo tak berdaya.

"Di rumah ini harus menyediakan kopi hitam sebanyak mungkin. Berikan juga suplemen yang cukup untuk Theo. Karena mulai sekarang, Theo dilarang tidur" Hisashi mendapatkan tatapan protes dari semua orang di ruang tamu.

"Masalah utama Theo sulit tidur Hisashi, dia sudah lama mengalaminya kalau dia memaksakan diri untuk tetap membuka mata sepanjang hari, aku takut kesehatan Theo akan terganggu" Nauctha melemparkan ketidak setujuannya secara langsung.

"Jika dia tertidur, aku takut kita semua akan kesulitan menghadapi jiwa lain yang terkurung di alam bawah sadarnya. Ini seperti kita membeli sebuah lotre. Jika beruntung yang datang adalah jiwa murni yang baik masalahnya, ada juga kemungkinan, kita akan menghadapi jiwa yang jahat" desis Hisashi tak bosan-bosannya mengingatkan.

"Apa katamu? jiwa yang terkurung? jangan-jangan apa yang dikatakan Diandra adalah...jiwa ini? tetapi sebelum dia menghilang bukankah dia bilang temannya disandera Sergei?" kata Theodor bergumam dengan sangat jelas.

"Diandra? siapa dia?" Eve mengernyit meminta penjelasan.

"Apa kami lupa mengatakannya padamu?" tanya Theo seperti orang linglung.

"Dia korban dari Sergei yang belum lama ini meninggal dunia" jawab Theo datar.

"Bagaimana dengan barang temuan Lucas? Kalian sudah tahu isinya apa? lalu..., Vaksinnya sudahkah teridentifikasi?" tiba-tiba Kenatt mengingat tujuan awal dia masuk ke rumah Theodor. Menatap tajam ke arah Armian dan Riche.

Tak terasa pembicaraan mereka berlangsung sangat lama. Malam pun semakin larut.

"Zack, tolong tutup pintu ruang tamu ini" Theodor meminta Zack mengunci rapat pintu ruang tamu.

"Mom, Dad, selama aku bersama mereka, yakinlah aku akan aman. Tolong beristirahatlah. Ini sudah larut malam. Mereka akan menjagaku" mohon Theo menatap lembut kedua orang tuanya.

"Kau dalam bahaya. Bagaimana aku bisa tidur dengan tenang" sahut Ibu Theo lemah.

"Biarkan mereka menjaga Theo malam ini. Kita harus punya tenaga untuk bergantian menjaganya besok. Ayo," potong Ayah Theo, berdiri lalu mengulurkan tangan. Mau tidak mau Istrinya menuruti dan pergi masuk ke dalam kamar bersamanya.

"Biarkan Lucas, Zack, Kabil, aku berbicara dengan Ferghus dan timnya. Para Gadis beristirahatlah" tegas Theo sambil melirik Nauctha dan kawan-kawan.

"Apa kalian berdua juga ingin istirahat?" tawar Theo pada Anastasya, Adel dan Eve.

"Kami bagian dari tim Ferghus. Mana bisa tidur sebelum misterinya terpecahkan" jawab Anastasya sambil merangkul Eve. Dua gadis ini tidak boleh diremehkan. karena mereka punya masa lalu yang tidak biasa.

"Oke. Mari kita bicarakan di perpustakaanku" tegas Theo sambil menuntun ke arah perpustakaan keluarga.

Riche meletakkan Flash disk dan hasil uji lab yang sudah disimpan ke dalam map berwarna merah.

"Siapa yang mengenal pemilik Flash disk ini? Dia menggunakan kode yang unik untuk bisa mengakses file di dalamnya" ada nada frustrasi dari nada suara Armian.

Seorang genius yang aku kenal akhirnya mendapatkan tantangan? bahkan dia kesulitan untuk memecahkan sebuah kode? Kenatt tertegun sesaat dalam pikirannya.

"Kau ahlinya membobol apa pun, bagaimana bisa sekarang kau malah kehilangan kemampuanmu?" keluh Kenatt memijit pelipisnya.

"Ini kode yang aneh. Siapa yang bisa menghubungi pemilik Flash disck ini?" jawab Armian mengulangi pertanyaan.

"Tidak ada yang bisa menghubunginnya. Pemilik benda itu belum lama meninggal" jawab Theo mengusap-usap tengkuknya perlahan.

Reche menyalakan lap top miliknya lalu menghubungkan Flash disk ke laptop. Amarru dan Hisashi saling melirik begitu melihat hologram apa yang ada di layar.

"Kau beruntung. Tuhanmu masih melindungimu. Jika kau berhasil menemukan passwordnya, nyawamu langsung melayang begitu kau menekan enter" desis Amarru panik.

"Bagaimana bisa sebuah password dapat menghilangkan nyawa seseorang?" tanya Reche meminta jawaban.

"Lihat hologram di layar laptop. Itu simbol kutukan abadi. Sekali manusia jatuh dalam perangkap, maka akan sulit untuk ditemukan oleh orang awam" balas Hisashi datar.

Deg!!

jantung Eve berdetak sangat kuat. Dahulu dirinya juga pernah harus berurusan dengan laptop dan password misterius. Ingatan masa lalu yang kelam membuatnya gemetaran. Apakah musuhnya kali ini sekuat musuhnya pada masa lalu? atau...jangan-jangan jauh lebih kuat?! pikir Eve.

"Kau terlihat pucat. Apa kau sedang sakit?" tanya Kabil menatap Eve serius.

"Mungkin karena dia terkejut mendapati ada sedikit kesamaan dengan kasus lamanya" sahut Adel yang kini menyerahkan sebotol air mineral pada Eve.

"Apa kau bersinggungan dengan hologram yang sama dengan ini?" tunjuk Kabil ke arah gambar hologram di layar.

"Tidak. Hanya saja aku pernah mendapatkan sebuah laptop yang hanya bisa diakses dengan memindai mata. Lupakanlah, itu masa lalu. Saatnya konsentrasi menuntaskan kasus Theo" jawab Eve mencoba menghindari pertanyaan yang jauh lebih dalam tentang masa lalunya.

"Ini akan mudah jika aku bisa menyentuh mayat Sergei" geram Theo sambil memukul dinding.

"Lalu bagaimana dengan bawaanmu yang lain?" tanya Zack penasaran dengan hasil lab di dalam map merah.

"Kau yakin, pemilik dari benda yang kau pikir berisi vaksin ini, ada dipihak kita?" Riche bertanya sambil membuka map, meminta semua orang membaca dengan saksama isi map tersebut.

"Seperti yang tertulis di situ. Benda yang kalian berikan padaku bukan vaksin. Ini adalah beberapa golongan virus yang sengaja di ekstrak menjadi satu. Aku curiga mereka memiliki lebih banyak pengembangan virus mematikan di suatu tempat" Armian menatap Theo tajam.

"Mereka salah satu rekan Dadku Marcus. Seharusnya mereka sedang mempersiapkan sesuatu untuk melawan Sergei dan anteknya. Namun mereka semua telanjur mati sebelum pergi ke medan perang yang sesungguhnya" tegas Theo.

"Bagaimana jika salah satu dari rekan Marcus berkhianat? bisa kau jelaskan mengapa mereka menyimpan benda berbahaya itu tanpa menciptakan vaksinnya?" kini Armian mencoba membuka pemikiran Theo agar bisa berpikir logis dengan barang temuan Lucas.