webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · Horreur
Pas assez d’évaluations
56 Chs

Kegilaan para anggota organisasi Hampho

"Teman-teman... jadi kita sedang dalam situasi macam apa sekarang?" Bertha tidak ingin menjadi bagian tim yang hanya memiliki paling sedikit informasi.

"Situasi di mana banyak hal gila yang akan terjadi. Bersiaplah semua" Ferghus hanya mengucapkan kalimat yang terdengar kurang mendetail.

"Oke semua, mari dinginkan pikiran terlebih dahulu. Intinya kami tahu sedikit tentang kegilaan para anggota organisasi Hampho pasti sama gilanya dengan organisasi Otra" Adel menghela napas sejenak sebelum melanjutkan.

"Pemimpin Hampho menggunakan jiwa-jiwa manusia untuk menjadi kekal dan kuat. tetapi akan menjadi masalah besar bagi si Pemimpin ketika dunia luar menemukan jasad-jasad korbannya yang menumpuk di rumahnya"

"Karena itu, sang Pemimpin membentuk organisasi Hampho. Seluruh anak buahnya menjalankan perdagangan organ manusia secara ilegal." keterangan Adel sungguh mengejutkan semua muda mudi di sekitarnya.

"Wonders Of The World bukannya tim yang menangani fenomena misteri supranatural? mengapa kalian bisa terlibat dengan organisasi Hampho?" Zack makin penasaran.

"Ceritanya panjang. Setelah kita menyelesaikan misi, kami akan berbagi cerita pada kalian" Adel tersenyum penuh misteri.

"Sekarang waktunya kembali melakukan perjalanan pulang. Jangan membuang waktu" Lucas menoleh ke kanan dan kekiri.

Maka semua orang bergerak memasuki mobil dan melajukan mobil tanpa hambatan apa pun.

"Hey, garis berwarna merah apa itu? tepat di tengah jalan?" Kabil terlihat lebih berhati-hati kali ini.

"Lewati saja. Itu batas wilayah antara dunia roh dengan dunia kita. Jangan pernah ragu" Lucas mengomando.

Setelah roda melewati garis merah, beberapa mobil dan truk baru terlihat di depan mobil mereka. Tanda-tanda aktivitas manusia mulai terlihat. Hati yang gelisah mulai tenang. Mata Kabil berulang kali melirik ke kaca spion memastikan mobil di belakang mereka masih mengikuti ke arah mana dirinya melajukan mobil.

"Perhatikan jalan Kabil. Kita sudah aman" Lucas menepuk bahu kabil agar tidak mengkhawatirkan mobil di belakang mereka.

Rumah Keluarga Theodor

Dua mobil berhenti tepat di halaman rumah Theodor ketika siang hari tiba. Ekor mata Theo menangkap mobil milik Oliver terparkir tak jauh dari mobilnya berhenti.

dia ingin segera menemui Oliver untuk meluruskan masalah yang mungkin menyebabkan kesalahpahaman di antara mereka berdua. dia memimpin teman-temannya memasuki ruang tamu lalu bergegas ke ruang keluarga.

Telinga Theo menangkap isak tangis dari si Ibu. Lalu Ayahnya dengan setia mendampingi bahkan memeluknya. mengapa reaksi mereka terlihat sangat hancur?

"Theodor," kalimat yang keluar dari mulut Oliver di dengar Ibu dan Ayah Theo. Mereka menoleh ke arah Oliver memandang.

"Theo... aku tahu kau akan baik-baik saja. Kau tidak mungkin pergi secepat itu" si Ibu menghambur kepelukan Theodor mencoba menahan isak tangisnya.

"Dad, mengapa reaksi kalian seperti ini? Ada apa?" Theo makin tidak mengerti.

Ayahnya meraih remote di meja lalu menyalakan TV. Berita tentang kecelakaan beruntun yang terjadi di jalan tol segera menjelaskan segalanya. Itu jalan tol di mana mereka semua mengalami hal misterius.

"Oliver dan kami sedang membicarakan tentang kesehatanmu. Lalu tidak sengaja kami melihat berita kecelakaan maut. Oliver tadinya ingin tahu kapan kau pulang jadi dia menelponmu. Karena tidak juga kau angkat panggilannya, dia segera mencari keberadaanmu melalui GPS." Ayahnya tak mampu lagi melanjutkan karena tubuhnya mulai gemetaran hebat.

"Dari GPS itu, kami tahu kau ada dilokasi yang sama dan diwaktu yang sama dengan peristiwa kecelakaan maut tersebut terjadi. tetapi syukurlah kau kembali dengan selamat" senyuman penuh rasa syukur terbit di wajah sang Ibu. dia menepuk kedua pipi Theo lembut.

"Kau berada jauh dari lokasi kejadian? untunglah kalau begitu. Ku dengar hampir semua pengemudi di lokasi kecelakaan maut itu terkena imbasnya" wajah pucat Oliver berangsur-angsur berubah menjadi tenang setelah mengutarakan isi kepalanya.

"Yang penting kami semua baik-baik saja. Sepertinya sebelum kejadian nahas terjadi, mobil kami mengalami mogok. Jadi kami terpaksa menepi dan turun. Kurasa Tuhan masih melindungi kami" jawab Theodor mengarang cerita sambil menepuk lembut punggung tangan Ibunya.

Meski terlihat lebih tegar dari Ibunya, dia tahu sang Ayah masih belum sembuh dari syok. Karena itu dia segera duduk di samping Ayahnya lalu memijit lembut bahu sang Ayah agar lebih rileks.

"Dad... kau lihat sendiri aku baik-baik saja. Aku tidak akan semudah itu meninggalkan kalian. Ayolah..., aku masih hidup" bujuk Theo masih sibuk memijat.

"Oliver, kau datang ke sini untuk menunjukkan hasil pengobatanku bukan? apa ada kemajuan? atau justru kemunduran?"

mengapa Theo bertanya sesantai itu? Orang bernama Oliver ini... mengapa auranya samar terasa mirip dengan aura milik Dokter Sergei? Aku harus terus mengawasi. Hisashi memicingkan mata sejenak.

"Dua hari ini Theodor tidak mau tidur karena takut dia bangun sebagai orang lain. Apa kau pernah berkomunikasi dengan Theodor yang lain?" Hisashi sengaja mengubah topik pembicaraan saat Oliver membuka mulutnya akan menjawab pertanyaan Theo.

"Theodor yang lain? mengapa Anda melabeli Theo yang tidur sambil berjalan, dengan sebutan Theodor yang lain?" Oliver berjalan mendekat lalu duduk disamping Ibu Theo.

"Mengapa? apa kau tidak pernah mendengar Theo mengucapkannya dengan lantang dihadapanmu? dia selalu menyebut dirinya yang lain akan bangun jika dia tertidur" Hisashi mengernyit sejenak menatap sorot mata tajam milik Oliver lalu beralih melirik pada Theodor.

"Semenjak Theo lebih sering menghilang dari rumah, pengobatan yang dijalaninya otomatis terhambat. Terapi sebelumnya membuat dia jauh lebih baik. Rupanya karena hambatan dia jadi mengalami kemunduran" jawab Oliver seolah sedang berbicara pada diri sendiri.

"Jadi menurutmu Theo memang tidur sambil berjalan?" Hisashi mengangkat kedua alisnya. Bahkan ujung bibirnya mulai berkedut gelisah.

"Bukannya Anda sendiri juga melihat rekaman CCTV? penjelasan logis mana lagi, yang bisa menjelaskan kejadian tersebut selain tidur sambil berjalan?" Oliver terkekeh kecil merasa Pria dihadapannya sedang bercanda.

"Sebaiknya kau bisa membedakan mana yang benar-banar tidur sambil berjalan, atau ada hal lain sedang terjadi pada pasienmu"

"Mr. Hisashi... Anda sedang ingin membuktikan apa?" kilatan kabut hitam kelam menguar di atas kepala Oliver. Dia tidak suka keahlian medisnya dipertanyakan oleh orang awam seperti Hisashi.

Pemuda ini memang mencurigakan. Auranya tidak biasa sebagai Psikolog sekaligus Psikiater biasa. Theodor tidak bisa ditinggalkan hanya berdua dengannya. Batin Hisashi masih memerhatikan kilatan kabut hitam kelam yang semakin jelas.

"Tidur berjalan yang kamu sebutkan, tidak sesuai dengan ciri khas yang ditunjukkan oleh pasienmu saat kejadian. Kau bisa mengulang melihat rekam CCTVnya" Hisashi mempertahankan pendapatnya.

"Orang yang memiliki gejala tidur sambil berjalan, menutup kedua matanya dan berjalan sesuai dengan apa yang dilihatnya di dalam alam bawah sadarnya"

"Kasus Theo jelas merupakan hal yang berbeda. Dia membuka kedua matanya lalu berjalan dengan kesadaran penuh. Bahkan tanpa segan merusak apa pun yang menghalangi jalannya"

"Bukan kah ukuran manusia yang tidur sambil berjalan terlalu kuat untuk bisa merusak segalanya?" pernyataan Hisashi membuat kening Oliver berkeringat dingin.

"Hapus keringatmu. Jangan sampai masuk angin. Theo masih membutuhkan pengobatan darimu" senyuman Hisashi mengembang, tangannya meraih dua lembar tisue di atas meja, sambil menyodorkan langsung ke arah Oliver yang diam mematung.

"Mr. Hisashi. Theo adalah pasien saya. Dia kesulitan membedakan yang mana kenyataan dan ilusi. Lalu dari mana Anda begitu yakin jika Theo memiliki kesadaran penuh saat kejadian tersebut terjadi?" Oliver tersenyum sambil mengambil tisue yang ditawarkan Hisashi padanya.

"Terlepas dari hal itu, apa kau masih mau menyangkal bukti autentik yang sudah susah payah aku kemukakan di sini panjang lebar?" pendapat yang dikemukakan Hisashi tak dapat disangkal dengan mudah kali ini.