webnovel

Sebuah Keputusan

"Sebelum Aku bercerita kepadamu, aku mau bertanya kepadamu terlebih dahulu." Roran bertanya kepada laki-laki yang berada di hadapannya, dan dia pun langsung melihat Roran dengan tatapan yang begitu serius.

Nicholas hanya menganggukkan kepalanya, mengiyakan dengan apa yang baru saja dikatakan oleh laki-laki itu.

"Mengapa kamu begitu santai pada saat mengetahui bahwa dirimu adalah seorang Werewolf!" Roran bertanya dengan mata menyipit, seolah mengintimidasi Nicholas yang berada di hadapannya.

Nicholas yang mendengar kalimat tersebut terucap dari laki-laki yang berada di hadapannya, dia langsung melebarkan matanya dan melangkahkan kakinya beberapa langkah ke belakang.

Tangan kanannya langsung memegang ke arah dagunya, dan pandangan matanya sekarang melihat ke arah bawah, menandakan jikalau dirinya sedang berpikir saat ini.

Tak lama kemudian dia mengangkat wajahnya kembali, dan melihat kearah di mana Roran berada, dan berkata,

"Aku sebenarnya juga tidak tahu, aku mencoba untuk membuat diriku lebih tenang daripada sebelumnya, meskipun aku tahu sebagian di dalam diriku juga memberontak, ingin untuk berteriak, ketakutan dan segala macamnya, namun aku tidak melakukan hal itu. Karena sebagian diriku yang lain, seperti memintaku untuk tetap tenang dan bersikap biasa saja." Nicholas menjawab apa yang tadinya di tanyakan oleh Roran.

Namun jawaban dari laki-laki itu membuat Roran semakin bingung, karena dia malah mendapatkan jawaban yang di luar dugaannya.

Atau aku coba saja membuatnya takut dengan perubahan ku!. Batin Roran sambil melihat dengan tajam ke arah dimana Nicholas berada.

Dan tak lama kemudian, Roran memutuskan untuk merubah dirinya ke dalam wujud makhluk buas nya.

"RAAWWWRRR"

Suara geraman itu muncul pada saat Roran telah merubah dirinya menjadi werewolf. Dan spontan hal itu membuat Nicholas terkejut karena melihat perubahan laki-laki yang berada di depannya itu, dari wujud manusia normal menjadi wujud makhluk buas nya.

Aku rasa berhasil untuk membuatnya takut padaku. Batin Roran sambil tersenyum di dalam hati.

Namun tak lama setelah dia merubah dirinya di hadapan Nicholas, laki-laki itu malah memberikannya sebuah ekspresi yang datar.

"Mengapa kamu merubah wujudmu? Bukankah katamu akan lebih sulit jikalau kamu menjelaskan dengan wujud makhluk buah buasmu?" Nicholas bertanya dengan nada yang begitu santai, dan dia tidak takut sama sekali dengan laki-laki yang berada di hadapannya.

Deg

Kurang ajar, mengapa anak ini malah jatuhnya seperti menghinaku sih, bangsat. Batin Roran dan dengan segera merubah wujudnya kembali ke manusia normal.

"Aku hanya mengetes mu saja," Ucap Roran sambil bersikap sok sombong, di hadapan Nicholas. Namun sebenarnya di dalam hatinya, dia menjerit-jerit karena harga dirinya sebagai werewolf yang lumayan lama mendapatkan gelar tersebut, serasa di injak-injak seketika oleh laki-laki yang baru saja mendapatkan gelar sebagai werewolf baru.

"Owh, baiklah," Ujar Nicholas sambil menganggukkan kepalanya mencoba untuk mengerti apa yang di maksud oleh Roran.

Roran memutuskan untuk duduk di sofa, dan Nicholas pun melakukan hal yang sama, melihat laki-laki itu dengan tatapan yang serius, serta menunggu kalimat keluar dari mulutnya.

"Aku rasa kita memiliki pemimpin yang berbeda," Ucap Roran dengan melihat ke arah depan dengan pandangan yang kosong.  "The Alpha adalah pemimpin para werewolf, dan dia memiliki tingkatkan yang paling tinggi dari kita. Dan hanya dialah yang sanggup untuk menciptakan werewolf baru, hanya dengan satu gigitan darinya. Gigitan adalah sebuah anugerah, bagi kita yang sekarang menjadi werewolf."

Roran menjelaskan kepada Nicholas, dengan mengingat kembali dirinya pada waktu masih pertama kali menjadi werewolf baru.

"Dan The Alpha biasanya hanya menggigit satu orang saja untuk di jadikan Beta-nya." Ucap Roran sambil melihat ke arah dimana Nicholas berada.

"Dan kita memiliki Alpha yang berbeda," Ucap Roran menambahkan.

Nicholas yang mendengar penjelasan dari Roran, dia hanya diam saja mencoba untuk memahami dengan apa yang di katakan oleh laki-laki tersebut.

Banyak sekali pertanyaan yang menyeruak keluar dalam kepala Nicholas, namun sekarang dia tidak ingin menanyakannya kepada Roran, mungkin hanya beberapa saja yang hendak dia tanyakan, kepada laki-laki tersebut.

"Seperti apa The Alpha itu?" Nicholas bertanya dengan penasaran,

"Hmmm, bagaimana ya cara jelasinnya. Intinya dia memiliki kekuatan yang lebih besar dari pada kita, dan dia tidak tertandingi sama sekali..."

"Bukan itu yang ku maksud, melainkan perwujudannya seperti apa?" Nicholas memotong Roran yang sedang menjelaskan kepadanya.

Roran langsung melihat ke arah dimana Nicholas berada, dengan tatapan tajam dia langsung mendekat ke arahnya,

"Ggrrrrr"

Dia menggeramkan suaranya kepada Nicholas, "Dia memiliki wujud yang berbeda dengan kita, dia memiliki wujud lebih besar dan hampir semua tubuhnya berbulu, bisa di katakan dia mirip sekali dengan seekor Srigala, namun dia bisa berdiri dengan badan tegap. Dan satu lagi, dia memiliki warna bola mata berbeda dari kita,"

Nicholas langsung melihat ke arah Roran dengan tatapan yang serius,

"Dia memiliki warna merah terang pada bola matanya, dan melihatnya saja akan membuatmu pingsan..." Ujarnya sambil mendekat ke arah Nicholas.

"Dia seperti monster yang menakutkan!" Roran berbisik kepada Nicholas, lalu duduk kembali ke tempat sebelumnya.

Dan hal itu berhasil membuat Nicholas tidak bernafas untuk beberapa saat, ketika Roran menjelaskan dan berbisik di dekat telinganya.

"Huhhh, aku rasa aku sudah bertemu dengannya..." Nicholas berkata sambil terengah-engah mencoba mengatur nafasnya.

Roran membelalakkan matanya saat mendengar kalimat itu keluar dari mulut Nicholas.

"Apa kamu bilang? Kamu sudah bertemu dengannya?" Roran bertanya dengan terkejut, mendekatkan dirinya ke arah Nicholas.

Nicholas hanya menganggukkan kepalanya pelan, "Dia menemui ku beberapa kali, namun dia hanya melihatku dari kejauhan!" Ujar Nicholas.

Roran lalu memundurkan tubuhnya dan menyandarkan punggungnya di sofa, "Untung daja kamu tidak di habisi olehnya."

"Hah, mengapa demikian?"

"Hmmm, bisa di katakan The Alpha sering melakukan ritual itu. Dia menggigit seseorang untuk dijadikan Beta-nya, dan lalu setelah berhasil dia akan membunuhnya, untuk menambah kekuatannya. Maka dari itu aku selalu melarikan diri dari The Alpha yang mengigit ku, karena aku takut saja jikalau memang cerita itu memang benar adanya." Ujar Nicholas sambil bergidik saat mencoba untuk membayangkannya.

Nicholas hanya diam, dan matanya teralihkan pada jam dinding yang berada di ruang tamu itu.

"Hah, sudah jam 04.35 pagi. Gawat aku terlambat nanti, aku harus pulang!" Nicholas berkata dengan panik, lalu bangkit berdiri dan melihat ke arah Roran berada.

"Hah, mau kemana kamu?"

"Sekolah lah!" jawab Nicholas singkat.

"Aku rasa Sekolah, bukan lagi tempatmu  sekarang, karena itu akan membahayakan dirimu!" Ucap Roran sambil tersenyum kepada Nicholas, "Ikutlah dengan bersama denganku, aku akan mengajarimu untuk menggunakan kekuatanmu dengan baik, dan pastinya kamu tidak akan menyesalinya..."