webnovel

Takdir Cinta Yang tertulis (pindah ke wattpad)

Tiba - tiba lelaki itu datang melamarnya, lelaki yang baru saja dia kenal seminggu. Apalagi setelah Sania tau bahwa dia tidak mengerti agama. Bagaimana takdir cinta mereka?

SheDry · Romance
Pas assez d’évaluations
18 Chs
avataravatar

5

Lala menghampiri ibunya yang sedang duduk diteras depan rumahnya.

"Ibu" panggil lala

"Apa!"

"Galak bange sih, bu aku nih ya, lagi ada bisnis sama Digo" jelasnya

"Terus?"

"Ya, aku mau join bisnis sama Digo. Boleh ya bu?"

"Digo yang buka bengkel kecil di depan gang sana?" tanya Tante Rina

"Iya bu. Entar diganti kok dua kali lipat"

"Ibu gak percaya sama Digo. Hanya bengkel kecil gitu emang bisa ganti uang kita"

"Yakin deh sama aku bu. Boleh ya bu"

"Nggak!"

"Ya ibu. Please"

"Lebih baik kami cari kerja yang benar. Dari pada ikut bisnis gak jelas gitu"

"Males ah bu, aku tuh pengennya kerja di Jakarta"

"Udah berapa kali ibu bilang, Ibu gak mau kamu kerja disana nanti kamu kayak Perempuan jala..." ucap Tante Rina memutuskan omongan yang belum selesai

"Apa bu?"

"Gak ada apa apa"

"Bu. Boleh ya. Kalau gak mau aku kerja aja di Jakarta" ancamnya

"Iya deh iya. Tapi awas ya kalau Digo sampai bohongin kita"

"Yakin deh sama aku. Makasih ya bu. Sayang ibu" ucapnya senang sambil memeluk ibunya

****************

Reno dan Sania baru saja pulang dari jalan - jalan. Ini kemauan kakeknya agar membawa Sania berjalan - jalan.

Seorang pria yang baru saja keluar dari rumah kakeknya melihat Sania tidak berkedip membuat Reno yang berada tepat disampingnya merasa aneh.

"Rian lo ngapain disini?" tanya Reno kepada Rian sekretaris kakeknya

Rian tersadar saat Reno bersuara. "aa hmm.. ada perlu sama pak Suroso" ucapnya

"Oh" Reno segera masuk sambil mencengkam lengan Sania. Sania memberontak ingin dilepaskan tetapi tidak dilepaskannya.

Sania berdiam diri di depan pintu dapur ditemani oleh bibi Sumi yang sedang mencuci piring.

"Sania nikah aja sih kalian berdua. kamu mikirin apa lagi? mas Reno serius sama kamu. Tapi kalian seperti tidak seperti orang pacaran. Sebenarnya kalian pacaran gak sih?" tanya bibi Sumi tetapi Sania hanya diam tak bicara dia sibuk dengan pikirannya sendiri.

Tiba - tiba dering ponsel Sania berbunyi. Sania melihat ternyata itu Farah. Dia setiap saat selalu menghubungi Sania, padahal dia tidak ingin terlibat dengan dirinya kembali.

"Angkat aja telponnya San, dari tadi bunyi terus" ucap bibi Sumi

"Biarin aja deh bi. Gak penting juga"

Bibi Sumi hanya menggeleng dan meninggalkan Sania yang termenung kembali.

****************

"Eh, Lala mau kemana kamu. Pergi - pergi aja kamu kira disini hotel apa?" tanya Rina kepada anaknya yang ingin pergi

Lala melihat sekita rumahnya sendiri "Memang rumah kita kayak hotel ya bu? perasaan nggak ada mirip miripnya" ujar Lala

"Terus kamu mau kemana pagi - pagi begini?"

"Mau kerja lah bu"

"Kerja, eh kerja apa kamu lala?" tanya Rina geram

"Kerja apa aja lah bu. Bawel banget sih ibu. Mendingan ibu bersihin rumah deh dari pada duduk - duduk kayak gini kan. Liat deh kaki aku item nih gara - gara rumahnya kotor" protes Lala

"Enak yak nyuruh nyuruh ibunya. Yang harusnya bersih - bersih itu kamu bukan ibu. Coba kalau masih ada Sania sudah bersih rumah kita"

"Siapa suruh ibu usir dia? udah ya bu aku pergi dulu. Tapi sebelum aku pergi minta uang dong bu. Dikit aja" bujuk Lala ke ibunya

"Katanya udah kerja kenapa masih minta sama ibu?"

"Aku belum gajian ibu"

"Aah gak ada"

"Ibu. Please dikit aja. Sama anaknya gak boleh pelit pelit nanti aku aduin kesemua orang kalau ibu ngusir Sania terus ambil uang hak miliknya ibu mau itu trrjadi?" ancamnya

"Pandai ya sekarang ngancam ibu kayak gitu" ucap Rina mengambil uangnya dari tempat persembunyiannya. "Nih" Rina memberikan uang lima puluh ribu dua lembar kepada Lala.

"Makasih ibu. Sayang ibu" ucapnya sambil memeluk Ibunya

"Hmm"

"Aku pergi ibu" ucap Lala pergi dari rumahnya

"Jangan pulang malam malam" teriak Rina

"Iya ibu"

****************

Sania melihat Bibi Sumi sedang menyiram bunga ditaman rumah, dia segera menghampirinya.

"Bi" panggil Sania

"Eh. Sania"

"Bi itu aku liat bunga disana, bunganya kok diletakin di luar sih bi" ucap Sania

"Oh. Bunga itu. Bibi gak ngerti San, soal bunga mau diletakin dimana"

"Lebih baik bi, saran aku bunga yang seperti itu diletakkan di dalam rumah bi. Kalau diletakin diluar takutnya kelopak bunganya jadi jelek" jelasnya

"Oh gitu ya. Entar deh bibi pindahin" ucapnya melanjutkan menyiram bunga.

Kakek Suroso yang sedari tadi melihat Sania yang begitu paham tentang tata letak bunga dimana harus di taruh tersenyum ternyata Sania begitu peduli.

Sania yang menjelaskan sesuatu ke bibi Sumi melihat Kakek Suroso sedang tersenyum kearahnya dan senyuman dibalas oleh Sania. Sania yang paham segera memgikuti Suroso yang sedang menuju ke meja teras rumah.

"Sania kamu gak melanjutkan kuliah?" tanya Suroso

"Setelah lulus SMA sebenarnya saya ingin kuliah tetapi karena keterbatasan dana jadinya saya gak meneruskan kuliah"

"Emang kamu mau kuliah dibidang apa?"

"Rencananya mau ambil jurusan perancang busana kek"

"Oh gitu. Kalau gitu kerja ditempat kakek aja"

"Maksud kakek" bingung Sania

"Kamu gak tau kalau kakek punya perusahaan desain baju kamu bisa jadi desainer disana"

Sania hanya tersenyum saat ditawari kakek Suroso bekerja disana.

"Ya udah kalau gitu kakek masuk kedalam. Cuaca hari ini panas" ucap Suroso bangun dari kursinya.

"Sania" ucap Suroso yang berhenti sejenak

"Iyah kek?"

"Makasih" ucap Suroso sambil tersenyum dan pergi meninggalkan Sania.

****************

"Sania?" panggil nenek

"Iyah nek" ucap Sania yang sedang berada di dapur

"Ikut nenek yuk"

"Kemana nek?"

"Udah ikut aja. Kamu dirumah terus gak bosen?"

Sania tersenyum "Nggak kok nek"

"Kalau gitu kamu siap - Siap nenek tunggu di ruang tamu"

"Iyah nek, saya ganti baju dulu ya"

"Iyah" ucap Mirna sambil tersenyum

Beberapa menit kemudian Sania sudah rapi dengan pakaiannya. Mereka pun akhirnya pergi menggunakan mobil Mirna

Sesampainya ditempat tujuan Sania sedikit bingung karena mobil berhenti didepan stadion olahraga. Sania turun tetapi Mirna tidak ikut turun.

"Kamu sekarang masuk kesana, nih sekalian bawa makanan untuk Reno" ucap Mirna

"Tapi nek, ini tempat apa?" tanya Sania

"Ini tempat Reno berlatih tennis, kamu kedalam aja"

"Nenek gak ikut?"

"Nenek mau kerumah temen dulu. Kamu nanti pulang sama Reno aja ya?"

"Tapi nek?"

"Udah gak papa. Nenek pergi ya?" ucap nenek lalu pergi meninggalkan Sania disana

Sania masuk kedalam tetapi ia urungkan karena dia tidak tau apa benar Reno didalam sana.

"Aduh masuk gak ya?" tanya diri sendiri

Sania ragu ingin masuk kedalam. Tiba - tiba ada seseorang yang menyapanya datang.

"Hay ngapain kamu disini?" tanya pria itu

Sania berbalik badannya seketika "Oh. Ini aku mau ketemu Reno"

"Oh Reno. Ada kok didalam. Btw kenalin aku Dira" ucap Dira mengulurkan tangannya ke Sania

Sania tidak membalas uluran tangan Dira dan hanya tersenyum saja. "Sania" ucapnya

"Ya udah aku anterin kedalam"

Sania pun mengikuti Dira dari belakang untuk bertemu Reno.

Reno yang saat ini sedang berlatih tennis dikagetkan dengan kedatangan Sania. Dia tampak terkejut kenapa Sania bisa datang kesini. Akhirnya latihan selesai. Sania dan Dira menghampiri Reno yang sedang duduk di tepi lapangan.

"Hey Ren, lo punya gebetan gak cerita ke gue. Mana cantik lagi" ucap Dira

"Ah, apaan sih lo"

"Kalau gitu gue pergi ya. Bye"

Dira lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Ngapain lo kesini?" tanya Reno dingin

"Aku disuruh nenek untuk kasih kamu makanan"

Reno menatap tajam kearah Sania. Membuat Sania bergidik ngeri.

"Gue gak nyuruh lo antar makanan kesini"

"Bukan gue yang mau. Tapi nenek"

"Ikut gue!" Reno menarik lengan Sania dengan kencang dan membawanya keluar.

"Sakit Ren" lirihnya

Reno melepaskan cengkramannya. "Jangan pernah kesini lagi. Gue gak mau lo kesini paham"

"Semua bukan kemauan aku. Nenek kamu aja yang tiba - tiba bawa aku kesini" ucapnya

"Ah bulshit Sania. Gue gak ingin lo kesini, karena...."

"Karena apa? Karena malu?" tanya Sania geram

"Buk... bukan itu..."

"Terus kenapa?" udah deh aku per..."

Omongan Sania terpotong karena tiba - tiba Tara datang menghampiri mereka.

"Baby...." ucap Tara langsung menggandeng Reno

"Wait lo kok pembantu ada disini? jangan macem - macem ya?" ucap Tara saat melihat Sania disamping Reno

"Lepas Tar" ucap Reno melepaskan diri dari Tara

"Aku disuruh nenek anterin makanan ke Reno Mbak" ucap Sania

"Oh gitu ya"

"Ngapain kamu disini?" tanya Reno

"Aku mau ngajak kamu makan lah"

"Maaf aku pergi ya" ucap Sania

"Sana lo ganggu aja!" ucap Tara tidak suka

"Oh iya ini makanannya" ucap Sania memberikan kantong yang berisi makanan.

"Kamu bawa pulang aja sana. Aku mau makan sama Tara

"Beneran baby mau makan sama aku?" tanyanya girang

"Hmmm"

"Ya udah kalau gitu aku pergi. Assalamualaikum" Sania langsung pergi meninggalkan Tara dan Reno.