webnovel

Takdir Cinta Sang Arjuna

Bagi Caramel, gak ada yang lebih sial dan menyakitkan dari cinta yang terkhianati dan pernikahan akibat perjodohan. Apalagi harus terperangkap dalam kehidupan bersama seorang CEO menyebalkan. Dan, bukan perkara yang mudah buat Caramel untuk berdamai dengan hatinya ketika dia akhirnya harus memilih antara bertahan untuk sebuah akhir yang membahagiakan atau membiarkannya pergi dengan membawa segenap hatinya. Bagi Arjuna, keputusannya untuk menerima perjodohan hanyalah semata-mata demi Papa. Toh kalo dikemudian hari pernikahannya ternyata gak berjalan mulus, dia bisa bercerai. Tapi ternyata cinta datang lebih cepat dan membuatnya nyaris menyerah untuk mengalah. Sampai akhirnya ... sesuatu dari masa lalunya datang dan mengancam semua hal yang udah susah payah diusahakannya. Mampukah Caramel dan Arjuna melewatinya bersama tanpa ada lagi hati yang harus menjadi korban?

Chan_Chew · Urbain
Pas assez d’évaluations
24 Chs

16

Caramel menghela nafas. Dia terlalu menikmati suasana malam yang syahdu sampe-sampe lupa kalo dirinya lagi nun jauh di tanah orang lain. Dia bener-bener lupa kalo dirinya masih berada di Bandung, bukan di Jakarta. Dan entah kali ini dia harus menyebutnya ini sebagai musibah atau berkah. Selama seharian penuh dia terus bersama Arjuna dan untuk kali ini kebersamaan itu menghadirkan rasa yang lain di hatinya. 

"Hei!" Terdengar suara khas Arjuna membuyarkan lamunan Caramel, membuatnya menoleh ke arah asal suara. "Kok ngelamun? Ada masalah?"

"Udah malem. Pulang yuk?" sahut Caramel sesaat setelah melihat arloji di pergelangan tangannya. "Pasti jalanan udah gak macet lagi."

Arjuna menggeleng. "Kamu takut suami kamu marah?" goda Arjuna. Caramel tersenyum simpul. Hal itu tentu aja bikin Arjuna semakin semangat untuk menggodanya. Apalagi rasanya udah lama banget dia gak menggoda Caramel selain di Jogja tempo hari itu. "Dia gak bakal marah kok, Mel. Percaya deh."

Caramel menghempaskan tangannya di udara sesaat sebelum berlalu dari hadapan Arjuna. cewek itu mempercepat langkahnya menuju mobil tepat ketika hujan mulai turun membasahi bumi. Saking cepatnya sampe dia gak sadar kalo Arjuna menyusul langkahnya dengan sama cepatnya. "Ayo, Jun. Kita pulang! Sebelom ujan semakin deras!"

CUP!

Sesuatu yang hangat tiba-tiba menyentuh pipi kanan Caramel dan membuat cewek itu menghentikan aktivitasnya memasang sabuk pengaman. Tatapannya beradu pandang dengan milik Arjuna. "Stay with me, Mel," ucap Arjuna tanpa melepaskan tatapannya dari kedua mata Caramel. "Stay with me please."

"I'm here, Arjuna," jawab Caramel sambil menjulurkan kedua tangannya dengan pelan. Ditangkupnya kedua pipi suaminya itu. Diam-diam Caramel merapal doa, apapun keputusannya setelah ini semoga itu bukan sesuatu yang salah. Toh emang udah saatnya dia menutup buku masa lalunya dengan rapat dan mulai membuka hatinya untuk Arjuna. 

"Kita mulai dari awal lagi hubungan kita, Mel. Lupain soal apapun status kita di buku nikah. Aku bener-bener pengen kita menjalani hubungan kita dari awal. Kalo perlu, kita pacaran juga. Aku janji bakal bener-bener bahagiain kamu." Arjuna menggenggam erat kedua tangan Caramel. "Kasih aku kesempatan buat buktiin omongan aku ke kamu, Mel."

"Kalo kamu ngomong terus, kapan kita pulangnya? Besok kita harus kerja loh, Jun. Kamu juga ada rapat besok," sahut Caramel mengalihkan topik pembicaraan. "Ini udah lewat tengah malem."

"Kita gak usah pulang, Mel." Arjuna sibuk menstater mobil kesayangannya. "Tanggung juga kalo pulang, gak bakal bisa istirahat. Kita nginep aja di sini. Gimana?"

Caramel membulatkan matanya, nyaris gak percaya dengan ucapan Arjuna barusan. Nginep bersama? Di Bandung? Haduuuuh, ide gila apa lagi ini? "Nginep? Di Bandung?"

"Iya, di Bandung," sahut Arjuna enteng. Dia sangat paham kalo istrinya masih agak parno soal inap menginap. "Ada yang salah emangnya?"

"Enggak ada yang salah sih." Caramel menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi sesaat setelah sabuk pengamannya berbunyi "KLIK". "Cuma apa gak terlalu cepat, Jun?"

Arjuna meraih tangan kanan Caramel lalu digenggamnya erat-erat. "Apanya yang terlalu cepat? Kamu takut? Tenang aja, Mel. Aku gak bakal menyentuhmu lebih dari ini, dan aku pastiin kalo tempat tidur kita bakal tetap terpisah walaupun satu kamar. Gimana?"

Mau gak mau akhirnya Caramel mengangguk setuju.

*

Caramel mengedarkan pandangannya begitu memasuki sebuah bangunan nan asri. Meskipun sejauh matanya memandang cuma nampak kegelapan, tapi dia yakin pemandangan alam di sekitar penginapan pastilah indah. Dan suasana di sini sangat nyaman. Untuk kali kedua Caramel harus mengakui soal selera Arjuna dalam memilih tempat penginapan yang patut diacungi jempol. 

"Yuk, Mel." Terdengar suara khas Arjuna membuyarkan lamunan si empunya nama. "Kamar kita ada di lantai dua. Sini tas kamu biar aku yang bawain. Kamu cukup bawa hati aku aja."

"Oke," sahut Caramel sambil tersenyum. Caramel sama sekali gak nyangka kalo sekarang Arjuna jago merayu. Belajar dari mana coba? Padahal dulu jaman sebelom kewong alias nikah, cowok super ngeselin ini boro-boro ngerayu? Bujuk buat setuju sama perjodohan mereka ada diwarnai dengan intimidasi.

*

Seutas senyum mengembang menghiasi wajah lelah Arjuna. Sepasang matanya lekat-lekat memandangi Caramel dari belakang. Dia tau, istrinya itu pasti merasa ... semacam takjub dan kaget dengan suasana kamar hotel yang dipesannya beberapa saat lalu. Sebenarnya dia sendiri juga gak nyangka kalo semua kamar di hotel ini udah penuh terpesan. Bahkan ada beberapa lantai yang sengaja di booking oleh pengunjung.

Arjuna melangkahkan kakinya mendekat dan berhenti tepat di belakang tubuh Caramel. Kedua lengan kekarnya terjulur dan merangkum tubuh Caramel begitu aja dan dia sangat menyadari perubahan gestur tubuh Caramel yang langsung berubah dengan rangkulannya ini.

"Gimana, suka?" Arjuna merangkul bahu Caramel dari belakang dan menyenderkan kepalanya di bahu cewek itu. "Kamar dengan twin bednya full booked. Tinggal tersisa kamar ini. Maaf ya?"

Hening. Gak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Caramel. Gak ada kata penolakan kayak yang biasa dilontarkannya beberapa waktu dulu itu. Yang ada cuma gestur kekakuan. sampai akhirnya ...

"Jun," panggil Caramel dengan susah payah. "Bisa tolong lepasin gak? Gue ... Gue gak bisa nafas."

*

Caramel langsung takjub begitu pintu kamar terbuka. Sejauh matanya memandang, suasana kamar ini cuma bernilai tiga kata - mewah, nyaman, dan wow. Caramel melangkahkan kakinya menyusuri ruangan ala room tour. 

Beberapa meter dari pintu ada sebuah ranjang berukuran king size dengan seprei berwarna putih lengkap dengan bed cover berwarna krem, yang kiri kanan tempat tidur tersebut dipercantik dengan meja-meja kecil nan imut serta dua buah lampu meja di masing-masing meja. Lalu, di pojok ruangan kamar ada kamar mandi dengan dua ruang khusus ; satu ruangan sebagai toilet lengkap dengan wastafel cantiknya dan satu ruangan lagi khusus shower yang dilengkapi dengan bath up dan dilapisi dengan pintu kaca. Kemudian, di selatan tempat tidur ada sebuah sofa 2 seater  berwarna krem dengan dua buah bantal berukuram 40 x 40 cm yang menghadap ke arah led tv yang tergantung di dinding.

"Gimana, suka?" Arjuna merangkul bahu Caramel dari belakang dan menyenderkan kepalanya di bahu cewek itu. "Kamar dengan twin bednya full booked. Tinggal tersisa kamar ini. Maaf ya?"

Hening. Mulut Caramel terkunci rapat-rapat. Bulu kuduknya meremang seiring dengan dagup jantungnya yang bergemuruh. Lagi, dengan posisi sedekat ini memberikan sensasi rasa lain di hatinya. Dan entah kenapa lututnya mendadak terasa lemas. 

Haduuuh! Kenapa sih Arjuna harus meluk gue dari belakang kayak gini? Bikin gue sport jantung aja!

"Jun," panggil Caramel dengan susah payah. "Bisa tolong lepasin gak? Gue ... Gue gak bisa nafas."

HAHAHAHAHAHA!!!! Terdengar suara tawa lepas Arjuna begitu mendengar ucapan Caramel barusan. Dia bener-bener gak abis pikir kenapa istrinya itu beneran kelewat polos atau pura-pura polos. Entahlah. Lagipula, sejak kapan merangkul seorang cewek dari belakang bisa membuat si cewek kesulitan bernafas? Nah, aneh kan tuh!

Alih-alih melepaskan, Arjuna malah membalikkan tubuh Caramel dan memeluknya lagi. "Sampe kapanpun aku gak bakal lepasin kamu, Mel."

"Kenapa?" tanya Caramel hati-hati.

"Listen. I've been searching for someone like you for most my life. Happiness ain't a thing I'm used to. You could have fallen hard for anyone. Plenty of fish in the sea, hey now for all of time, now I know. It's just my angel and me." Arjuna semakin mengeratkan pelukannya. Dia bersungguh-sungguh dengan ucapannya. "And now I found someone with all the boxes that I want ticked. 'Cause your love is all I ever wanted. Set my heart on fire, I needed something. This is all I wanted to be, you and I."

"Gombal!"

"No. This is serious, Caramel. It's true. Your love is all I ever wanted. Set my heart on fire, I needed something. This is all I wanted to be, you and I."

Huft. Mendengar ucapan Arjuna barusan mau gak mau bikin Caramel akhirnya menghela nafas penuh kepasrahan. Lagipula, dia bener-bener gak mau memancing keributan di tengah malem buta kayak sekarang cuma demi meladeni ucapan Arjuna barusan kayak yang dulu sering terjadi di antara mereka. Caramel cuma pengen satu hal saat ini. Menghempas diri ke atas ranjang dan bermimpi indah dalam lelapnya untuk beberapa jam ke depan. 

"Kalo kamu ngantuk, tidur aja di pelukan aku kayak gini, Mel," ucap Arjuna seolah membaca pikiran Caramel. "Aku rela kok jadi sandaran kamu selama itu bisa bikin kamu nyaman." Dan ucapan Arjuna membuahkan hasil. Arjuna merasakan sebuah anggukan kepala dengan gerakan sangat pelan. Lagi, Arjuna memasang senyumnya. 

*

Arjuna terjaga dan menahan nafasnya sesaat tepat di saat Caramel tiba-tiba melingkarkan membalikkan badannya dan menjulurkan lengannya ke pinggangnya sembari mendekatkan tubuh mereka. Dia sama sekali gak punya persiapan antisipasi apapun sejak memutuskan untuk tidur seranjang dengannya. 

Arjuna gak bisa menolak pesona Caramel meski cewek itu terlelap. Ini pertama kalinya dia bisa berlama-lama memandangi wajahnya lebih rinci dan intim semenjak mereka menikah. Sumpah demi apapun, Arjuna menginginkan lebih dari sekadar ini. Arjuna ingin meleburkan semua jarak di antara mereka. Persetan dengan ucapannya soal gak akan menyentuhnya lebih dari sekedar ciuman mesra.

Dan akhirnya ...

Perlahan Arjuna menanggalkan kain yang membatasi kulitnya dengan kulit Caramel. Dikecupnya bibir Caramel dengan intens dan penuh penuntutan. Dia biarkan dahaga dan bara cintanya membakar sisa malam mereka. Arjuna gak peduli apapun lagi. Ini yang diinginkannya; memiliki Caramel seutuhnya.

*

Please ... Vote & comment ya guys! :)