webnovel

Takdir Cinta Sang Arjuna

Bagi Caramel, gak ada yang lebih sial dan menyakitkan dari cinta yang terkhianati dan pernikahan akibat perjodohan. Apalagi harus terperangkap dalam kehidupan bersama seorang CEO menyebalkan. Dan, bukan perkara yang mudah buat Caramel untuk berdamai dengan hatinya ketika dia akhirnya harus memilih antara bertahan untuk sebuah akhir yang membahagiakan atau membiarkannya pergi dengan membawa segenap hatinya. Bagi Arjuna, keputusannya untuk menerima perjodohan hanyalah semata-mata demi Papa. Toh kalo dikemudian hari pernikahannya ternyata gak berjalan mulus, dia bisa bercerai. Tapi ternyata cinta datang lebih cepat dan membuatnya nyaris menyerah untuk mengalah. Sampai akhirnya ... sesuatu dari masa lalunya datang dan mengancam semua hal yang udah susah payah diusahakannya. Mampukah Caramel dan Arjuna melewatinya bersama tanpa ada lagi hati yang harus menjadi korban?

Chan_Chew · Urbain
Pas assez d’évaluations
24 Chs

15

Caramel mengerjapkan matanya begitu kakinya menjejak pelataran parkir. Sekali lagi dia gak percaya dengan kejutan kehidupan yang hari ini diterimanya berturut-turut. Entah Caramel harus bersyukur atau menyesali semua yang terjadi padanya hari ini. Semuanya terjadi begitu aja seperti air yang mengalir.

Awalnya Caramel pikir ucapannya tadi di perjalanan cuma dianggap sebatas angin lalu oleh Arjuna, tapi ternyata enggak. Arjuna bener-bener mengajaknya ke Kampung Daun.

"Gimana, kamu suka?" tanya Arjuna. Caramel menjawab lewat anggukan kepala. Bibirnya terkunci rapat, dia terlalu fokus dengan suasana romantis yang ditatapnya saat ini. "Yuk kita cari meja. Aku udah laper banget nih."

Sekali lagi Caramel mengangguk dalam diam. Matanya masih terlalu fokus dengan suasana romantis yang terpancar dari tempat ini.

Caramel memilih sebuah saung yang letaknya gak jauh dari tempat mereka masuk tadi. Sebuah saung kecil dengan tempat duduk lesehan dan sepasang lilin yang udah menyala di atas meja. Keromantisan suasana pun semakin sempurna dengan suara merdu gemericik air yang berada gak jauh dari meja saung mereka.

Arjuna mengamati satu per satu menu yang dipegangnya. "Kamu mau pesan apa, Mel? Kamu yang lebih tau menu terbaik dan enak dari tempat ini."

"Kalo soal enak, itu relatif Pak," sahut Caramel. "Kalo saya sih nasi timbel komplit, Pak."

Arjuna memberikan buku menu yang mereka pegang ke pelayan yang datang. "Nasi timbel komplit dua porsi dan teh tawar panas dua."

"Ada tambahan lain Pak?" tanya sang pelayan ramah.

"Jus jambu tanpa gula satu porsi ya A," sahut Caramel ramah sambil mengembalikan buku menu ke sang pelayan.

"Mel, aku harus ngulang lagi? Sekarang ini kita lagi gak di kantor. Santai aja." Arjuna melengkungkan senyum terbaiknya begitu sang pelayan beranjak pergi meninggalkan mereka. "Bisa kan kamu panggil aku kayak biasa? Oke?"

Mendengar ucapan Arjuna barusan membuat Caramel mau gak mau jadi tersenyum canggung. "Oke, Jun."

Wajah Arjuna langsung berubah serius. Dipandanginya sepasang mata indah Caramel. "Aku sebenernya mau bilang sesuatu ke kamu."

"Kalo boleh tau soal apa, Jun?"

"Soal kita."

Caramel mengernyitkan keningnya. Soal kita, dua kata itu terdengar agak canggung. Caramel berpikir sejenak. Ada apa antara dirinya dan Arjuna sampe bikin cowok itu mengajaknya sejauh ini? "Maksudnya soal kita? Emangnya kita kenapa?"

"Udah beberapa hari ini kita tinggal terpisah. Dam itu sesuai dengan permintaan kamu di saat terakhir kita bersama. Apa kamu .. Hm .. mungkin merasa kangen gitu sama aku?" Arjuna mengarahkan pandangannya lekat-lekat ke sepasang mata indah Caramel. Untuk kesekian kali dirinya merasa terhanyut dan membuat kepalanya mendadak agak keliyengan. Dia seketika itu juga mabuk kepayang dengan pesona Caramel. Andai aja situasi dan kondisinya berbeda, mungkin dirinya udah mencumbu Caramel sampe lemas.

"Kamu mau jawaban jujur atau setengah jujur?" goda Caramel. Suasana hatinya lagi membaik.

"Mel, please. Let me know," pinta Arjuna gemas. Setelah berhari-hari gak bertemu, dirinya malah dipertemukan di kantor dengan situasi yang jauh dari dugaannya. Sebagai seorang lelaki dan suami, Arjuna bisa menangkap adanya perubahan dari sikap Caramel. "Did you miss me?"

Caramel meraih jemari Arjuna dan digenggamnya erat. Genggaman yang selama ini gak pernah diberikannya sejak mereka menikah. Caramel pengin Arjuna tau, dirinya gak lagi sama kayak dulu.

"Arjuna," panggil Caramel lembut. "Aku mau minta maaf sama kamu, Jun."

"Minta maaf?" Arjuna mengulum senyumnya walopun agak bingung. Ini kali kedua Caramel meminta maaf. "Minta maaf untuk apa? Kamu gak ada salah apa-apa sama aku, Mel. Even itu soal pekerjaan."

"Aku minta maaf atas semua sikap dan perlakuan aku ke kamu. Aku tau itu salah dan pasti menyakiti kamu. I do appologize, Jun."

Arjuna mengangguk. "Bukan salah kamu, Mel. Kita memulainya dengan sesuatu yang agak dipaksakan. Aku juga salah karna terlalu buru-buru menyatakan cinta ke kamu, padahal aku tau situasi dan kondisinya yang emang gak pas. Aku juga minta maaf dan aku kangen kamu."

Caramel mengunci rapat-rapat mulutnya. Sebuah anggukan dan senyum yang menjadi isyarat jawabannya. Caramel gak tau harus jawab apa.

Yang jelas, dia merasa kehilangan Arjuna setelah semua yang terjadi di antara mereka. Di saat malam-malam panjang ketika dirinya masih terjaga dari kantuk, dia menantikan pesan singkat ataupun perhatian-perhatian yang selalu diberikan Arjuna sebelumnya. Rindukah itu?

Arjuna memasang senyum terbaiknya. "Gak harus kamu jawab sekarang, Mel. Nanti aja kalo kamu udah siap."

"Terima kasih, Jun."

"Nah, ini pesenan kita udah dateng. Yuk kita makan aja. Aku udah laper banget," ucap Arjuna yang dibalas dengan anggukan oleh Caramel.

*